Hasil Uji Pendahuluan Uji pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam fraksi etil Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

dan Makanan RI, 1995; Laboratoire, 2009. Washbensin digunakan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yg bersifat nonpolar seperti lipid, klorofil, dll. Setelah didapatkan fraksi air kemudian dilakukan ekstraksi cair menggunakan etil asetat, pada ekstraksi ini dilakukan pengulangan 3 kali yang bertujuan mengoptimalkan senyawa fenolik yang terekstraksi pada fase etil asetat. Setelah semua fraksi etil asetal di dapatkan kemudian diuapkan pelarut dengan vacum evaporator, setelah hampir menguap secara keseluruhan ekstrak ditampung dalam cawan porselen kemudian di oven hingga bobot konstan pada suhu 50ºC. Rendemen yang di dapat berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman.

D. Hasil Uji Pendahuluan Uji pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam fraksi etil

asetat ekstrak etanolik kulit jeruk purut terdapat kandungan senyawa fenolik serta apakah fraksi tersebut memiliki aktivitas antioksidan. Pada uji pendahuluan keberadaan senyawa fenolik, senyawa uji ditambahkan pereaksi fenol Folin- Ciocalteu, didiamkan selama dua menit kemudian ditambahkan larutan natrium karbonat 1M. Pembanding yang digunakan untuk uji ini adalah asam galat yang merupakan senyawa fenolik. Gambar 1. Hasil uji pendahuluan fenolik A = kontrol negatif [blanko reagen fenol Folin-Ciocalteu], B = larutan uji [fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut] + reagen Folin-Ciocalteu, C = kontrol positif [asam galat] + reagen Folin-Ciocalteu Adanya senyawa fenolik dalam fraksi uji akan mengubah warna larutan menjadi biru. Perubahan warna tersebut terjadi karena oksidasi senyawa fenol dalam fraksi uji oleh pereaksi Folin-Ciocalteu. Hasil pengujian pada fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit buah jeruk menunjukkan positif terdapat kandungan fenolik karena terbentuk warna biru, hal tersebut terjadi pula pada senyawa pembanding asam galat. Pada uji pendahuluan aktivitas antioksidan, baik senyawa uji maupun senyawa pembanding, yaitu rutin ditambahkan pada larutan DPPH dalam metanol. Adanya aktivitas antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH yang semula berwarna ungu menjadi kekuningan. Hasil pengujian baik untuk senyawa uji maupun senyawa pembanding semuanya positif karena terjadi perubahan warna pada larutan DPPH dalam metanol menjadi kekuningan, dibandingkan dengan kontrol berupa larutan DPPH dalam metanol yang berwarna ungu. Gambar 2. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan A = kontrol negatif [DPPH], B = kontrol positif [rutin], C = larutan uji [fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut] + DPPH

E. Optimasi Metode 1.

Penentuan operating time OT Penetuan operating time dimaksudkan untuk memperoleh waktu pengukuran absorbansi dengan nilai yang stabil. Waktu pengukuran absorbansi ditentukan saat warna yang terbentuk stabil, ditandai dengan nilai absorbansi yang stabil dari senyawa yang diukur. a. Uji aktivitas antioksidan. Penentuan operating time dilakukan dengan mengukur serapan larutan DPPH yang telah ditambahkan senyawa uji maupun senyawa pembanding rutin pada tiga konsentrasi berbeda low, medium, dan high. Larutan divorteks dahulu selama 30 detik sebelum diukur untuk menghomogenkan campuran tersebut agar bereaksi optimal. Pembacaan absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang teoritis dari DPPH yaitu 517 nm selama 1 jam. Pengukuran absorbansi dilakukan tiap 5 menit dikarenakan instrumen yang digunakan tidak dapat digunakan untuk mengukur OT secara otomatis. Gambar 3. Kurva penentuan OT rutin Operating time OT yang diperoleh untuk larutan pembanding rutin adalah 35 menit, ditandai dengan nilai absorbansi yang tetap gambar 3. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 20 40 60 80 a b so rb a n si waktu t Penentuan OT Rutin 12,25 µgmL 26,25 µgmL 40,25 µgmL Gambar 4. Kurva penentuan OT sampel Operating time OT yang diperoleh untuk larutan uji adalah 35 menit, ditandai dengan nilai absorbansi yang tetap gambar 4. b. Penetapan kandungan fenolik total. Penentuan operating time dilakukan dengan mengukur serapan kompleks molybdenum blue yang terbentuk oleh reaksi antara senyawa fenolik, yaitu asam galat dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dalam suasana basa. Pembacaan absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang teoritis kompleks molybdenum blue, yaitu 750 nm selama 30 menit. Pengukuran absorbansi dilakukan tiap 5 menit dikarenakan instrumen yang digunakan tidak dapat digunakan untuk mengukur OT secara otomatis. 0,2 0,4 0,6 0,8 20 40 60 80 a b so rb a n si waktu menit penentuan OT sampel 300 600 1500 Gambar 5. Penentuan OT fenolik sampel Operating Time OT yang diperoleh untuk larutan asam galat adalah 30 menit, ditandai dengan nilai absorbansi yang tetap gambar 5.

2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

a. Uji aktivitas antioksidan Meskipun telah diketahui dari sejumlah literatur Blois, 1958; Lu dan Foo, 2000; Zhu et al., 2002 bahwa panjang gelombang serapan maksimum DPPH yaitu pada 517 nm, tetapi tetap perlu untuk dilakukan penentuan dikarenakan panjang gelombang serapan maksimum dapat mengalami perubahan pergeseran dikarenakan perbedaan kondisi percobaan yang dilakukan. Perubahan tersebut dapat berupa perbedaan instrumen, waktu pengukuran, pelarut, iklim, maupun individu yang melakukan penelitian. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan terhadap larutan DPPH dalam pelarut metanol pada tiga konsentrasi, setelah sebelumnya divorteks. Scanning dilakukan pada panjang gelombang 400-600 nm. Hasilnya 0,24 0,26 0,28 0,3 0,32 20 40 60 80 A b so rb a n si waktu menit OT fenolik sampel 300 diperoleh panjang gelombang serapan maksimum untuk penelitian ini adalah 515,7 nm. Selisih panjang gelombang ini dengan panjang gelombang maksimum teoritis sebesar 1,3 nm, selisih nilai ini masih memenuhi selisih yang diperbolehkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu kurang dari 2 nm. Karena hal diatas, panjang gelombang maksimum yang diperoleh dapat digunakan dalam penelitian. b. Penetapan kandungan fenolik total Dilakukan pula penentuan panjang gelombang serapan maksimum untuk pengujian kandungan fenolik total. Scanning dilakukan pada tiga seri konsentrasi asam galat low, medium, dan high pada panjang gelombang 600-800 nm. Dari hasil scanning diperoleh panjang gelombang maksimum untuk penentuan kandungan fenolik total adalah 750 nm. Hasil tersebut sesuai dengan panjang gelombang maksimum teoritis dari kompleks molybdenum blue, yaitu 750 nm. Panjang gelombang maksimum merupakan faktor penting dalam analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena pada panjang gelombang tersebut diperoleh serapan optimum dari suatu senyawa yang diukur. Selain itu, panjang gelombang serapan maksimum dapat digunakan untuk identifikasi molekul yang bersifat karakteristik. Panjang gelombang serapan maksimum tidak bergantung pada struktur senyawa melainkan pada gugus yang mengabsorbsi radiasi sinar UV-Vis, sehingga jika ada dua senyawa dengan spektra UV-Vis yang sama, belum tentu keduanya adalah senyawa yang sama. Hal inilah yang menyebabkan panjang gelombang maksimum digunakan sebagai data sekunder dalam analisis kualitatif. Dalam analisis kuantitatif, pengukuran absorbansi selalu dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum dikarenakan perubahan absorbansi untuk tiap perubahan konsentrasi adalah paling besar sehingga memberikan kepekaan analisis yang tinggi. Selain itu, bila dilakukan pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum maka untuk pengukuran berulang hasilnya lebih reprodusibel sehingga kesalahan yang terjadi makin kecil Mulja dan Suharman,1995. F. Validasi Metode Analisis Aktivitas Antioksidan Validasi metode analisis adalah suatu penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan yang digunakan Harmita, 2004. Validasi metode analisis perlu dilakukan baik untuk uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH maupun penetapan kandungan fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu. Parameter validasi yang dinilai meliputi presisi, linearitas serta spesifisitas pengukuran. Tabel I. Hasil pengukuran absorbansi seri baku rutin yang direaksikan dengan DPPH Dilihat dari data persamaan regresi linear seri baku rutin yang di atas, dipilih persamaan dari hasil replikasi, yaitu y =1,7697x + 5,8873-yang akan digunakan untuk menghitung nilai dan presisi Coefficient of variation dari rutin. Dipilih persamaan tersebut karena nilai r dari replikasi menghasilkan nilai yang paling mendekati 1 atau -1, yaitu r = 0,9965. Replikasi Rutin Absorbansi Kontrol Absorbansi IC Persamaan Regresi Linier 1 11,53 0,882 0,650 26,30 y = 1,5296x + 14,693 r = 0,9957 18,77 0,537 39,12 27,29 0,404 54,20 34,92 0,285 67,69 39,66 0,211 76,08 2 12,11 0,897 0,652 27,31 y = 1,7328x + 7,8707 r = 0,9953 20,23 0,523 41,69 28,23 0,396 55,85 34,09 0,303 66,22 39,45 0,218 75,70 3 11,27 0,863 0,640 25,84 y = 1,7697x + 5,8873 r = 0,9965 19,72 0,511 40,79 27,36 0,394 54,35 33,54 0,300 65,24 39,36 0,211 75,55 Tabel II. Hasil pengukuran absorbansi seri fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut yang direaksikan dengan DPPH Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Konsentrasi Fraksi µg2mL Absorbansi Konsentrasi Fraksi µg2mL Absorbansi Konsentrasi Fraksi µg2mL Absorbansi 302 0,664 300 0,675 300 0,683 600 0,540 604 0,542 604 0,545 904 0,414 902 0,421 900 0,430 1200 0,324 1204 0,328 1202 0,333 1508 0,230 1500 0,232 1506 0,235 Persamaan regresi linear y = 0,00036x+ 0,7569 r = 0,9968 Persamaan regresi linear y =0,00037x + 0,7696 r = 0,9967 Persamaan regresi linear y =0,000369x + 0,7776 r = 0,9971 Berdasarkan tabel II dari tiga replikasi fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut yang dilakukan dipilih persamaan replikasi tiga, yaitu y = 0,000369x + 0,7776 ; r = 0,9971 sebagai persamaan yang akan digunakan untuk menghitung coefficient of variation CV untuk fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut.

1. Presisi

Presisi merupakan keterulangan dari perolehan hasil analisis beberapa kali minimal 3 terhadap sampel yang dianalisis dengan metode yang digunakan. Presisi dari metode analisis dinyatakan dalam Coeffisien of Variant CV. Persyaratan nilai CV yang baik untuk bahan p.a pada konsentrasi sekitar 10 ppm adalah 5 sedangkan nilai CV yang baik untuk bahan alam 15 Harmita, 2004. Tabel III. Hasil presisi aktivitas antioksidan standar rutin Konsentrasi µg2ml Rerata konsentrasi µg2ml Rerata IC SD CV Seri1 11,64 26.48 0,425 3,651 Seri2 19,57 40,53 0,739 3,778 Seri3 27,63 54,78 0,525 1,899 Seri4 34,18 66,38 0,697 2,038 Seri5 39,49 75,77 0,151 0,383 Berdasarkan hasil yang diperoleh yang ditunjukkan pada tabel III, Nilai ini masih masuk dalam persyaratan CV menurut Harmita 2004, di mana CV yang baik adalah CV ≤ 5. Tabel IV. Hasil presisi aktivitas antioksidan fraksi etil asetat Konsentrasi µg2ml Rerata konsentrasi µg2ml Rerata IC SD CV 300 300,67 19,13 0,242 0,012 600 602,67 35,56 0,537 0,015 900 902,00 49,60 0,607 0,012 1200 1202,00 60,99 0,182 0,003 1500 1504,67 72,39 0,131 0,002 Berdasarkan hasil yang diperoleh yang ditunjukkan pada tabel IV, didapat nilai CV berturut-turut 0,012; 0,015; 0,012; 0,003; 0,002 untuk lima konsentrasi sampel uji yang digunakan. Nilai ini masih masuk dalam persyaratan CV menurut Harmita 2004, dimana CV yang baik adalah CV ≤ 5

2. Linearitas

Linearitas pada suatu metode analisis dari suatu prosedur suatu analisis merupakan kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi jumlah analit di dalam sampel. Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Linearitas dinyatakan sebagai koefisien korelasi r. Dalam penentuan kurva kalibrasi yang baik, konsentrasi minimal terdiri dari lima konsentrasi dengan jarak antara 50-150, sedangkan untuk koefisien korelasi adalah 0,995 ataupun diharapkan lebih dari nilai tersebut Chan, Lam, Herman, Lee, 2004. Tabel V. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH Replikasi Rutin Absorbansi Kontrol Absorbansi IC Persamaan Regresi Linier 1 11,53 0,882 0,650 26,30 y = 1,5296x + 14,693 r = 0,9957 18,77 0,537 39,12 27,29 0,404 54,20 34,92 0,285 67,69 39,66 0,211 76,08 2 12,11 0,897 0,652 27,31 y = 1,7328x + 7,8707 r = 0,9953 20,23 0,523 41,69 28,23 0,396 55,85 34,09 0,303 66,22 39,45 0,218 75,70 3 11,27 0,863 0,640 25,84 y = 1,7697x + 5,8873 r = 0,99649 19,72 0,511 40,79 27,36 0,394 54,35 33,54 0,300 65,24 39,36 0,211 75,55 Gambar 6. Kurva persamaan regresi linear antioksidan rutin Berdasar tiga hasil replikasi yang ditunjukan pada tabel V untuk validasi metode analisis rutin, didapatkan persamaan regresi linear untuk replikasi satu y = 1,5296x + 14,693; replikasi dua y = 1,7328x + 7,8707 ; dan replikasi tiga y = 1,7697x + 5,8873. Dari tiga hasil tersebut nilai r yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan linearitas menurut Chan et al. 2005, di mana koefisien korelasi linearitas yang baik minimal r = 0,995. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam analisis rutin mempunyai linearitas yang baik. y = 1,7697x + 5,8873 r = 0,99649 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 10 20 30 40 50 I C konsentrasi µgmL Kurva Persamaan Regresi Linear Aktivitas Antioksidan Rutin Tabel VI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol dengan metode DPPH Replikasi Konsentrasi µg2mL IC Persamaan regresi linier 302 20 y = 0,0433x+ 8,5231 r = 0,9966 600 34,94 I 904 50,32 1200 60,96 1508 72,29 300 20,1 y =0,0434x + 8,8617 r= 0,9969 604 35,86 II 902 50,18 1204 61,18 1500 72,54 300 19,64 y =0,0433x + 8,478 r= 0,9972 604 35,88 III 900 49,1 1202 60,82 1506 72,35 Gambar 7. Kurva persamaan regresi linear antioksidan fraksi etil asetat Hasil dari persamaan regresi linier hasil dari tiga replikasi fraksi etil asetat ekstrak yang ditunjukan pada tabel VI, di dapatkan persamaan regresi y = 0,043x + 8,478 r=0,9972 20 40 60 80 500 1000 1500 2000 A k ti v it a s a n ti o k si d a n konsentrasi kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan fraksi etil asetat linear berturut-turut adalah replikasi satu r = 0,9966; r = 0,9969, dan r = 0,9972. Tiga hasil ini masih diatas nilai koefisien korelasi linearitas minimal menurut Chan, et al. 2005, yaitu r = 0,995. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan metode ini memiliki linieritas yang baik untuk menganalisis fraksi etil asetat ekstrak kulit buah jeruk purut.

3. Spesifitas

Spesifitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya dapat mengukur senyawa tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel Harmita, 2004. Dalam metode analisis ini yang menggunakan spektrofotometri visibel pada pengukuran rutin dan fraksi etil asetat sampel uji, spesifikasi metode dapat dilihat dengan tidak adanya serapan dari sampel sebelum ditambah DPPH pada panjang gelombang pengukuran yang digunakan, yaitu 515,7 nm. Dari hasil spektra terlihat bahwa larutan rutin, larutan uji fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut dan pelarut metanol tidak menunjukkan adanya gangguan berarti terhadap absorbansi DPPH hasil reaksi, dengan demikian dapat dikatakan metode ini memilki spesifitas yang baik. Dari hasil validasi metode analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa metode penangkapan radikal bebas DPPH oleh rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut sebagai antioksidan terbukti sudah baik dalam, presisi, spesifisitas dan linearitas sehingga hasil yang diperoleh dapat dipercaya.

G. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Metode ini menggunakan senyawa radikal bebas, yaitu DPPH karena terdapat elektron yang tidak berpasangan pada strukturnya sehingga dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan suatu senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya sehingga terjadi penurunan intensitas warna atau absorbansi larutan DPPH. Dalam uji ini, rutin akan mereduksi radikal DPPH menjadi senyawa 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil sehingga terjadi penurunan intensitas warna pada larutan dari yang semula ungu menjadi kekuningan. Gambar 8. Reaksi terbentuknya warna kuning dari DPPH oleh adanya antioksidan Molyneux, 2004 Pengurangan intensitas warna larutan DPPH tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul radikal DPPH dengan satu atom hidrogen yang dilepaskan komponen bahan uji sehingga terbentuk senyawa 1,1 difenil-2 pikrilhidrazil yang berwarna kuning. Pengurangan intensitas warna ungu larutan DPPH karena adanya penambahan senyawa penangkap radikal bebas dapat dihitung secara kuantitatif dari berkurangnya absorbansi larutan tersebut. Pada dasarnya absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH yang tidak bereaksi dengan bahan uji atau DPPH yang masih tersisa dalam campuran larutan, sehingga dengan bertambahnya konsentrasi senyawa penangkap radikal bebas dalam larutan, maka absorbansi larutan akan berkurang. Hal ini berarti bahwa aktivitas penangkapan radikal bebasnya semakin meningkat. Menurut metode ini, aktivitas antioksidan dari senyawa uji dinyatakan dengan IC 50 . Nilai IC 50 diperoleh dari persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa uji dengan persen penangkapan radikal yang dimilikinya. Semakin kecil nilai IC 50 , maka semakin aktif suatu ekstrak tanaman sebagai senyawa antioksidan. Rutin digunakan sebagai senyawa pembanding dalam uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit buah jeruk purut ini karena rutin merupakan senyawa antioksidan alami golongan flavonoid yang telah diketahui memiliki potensi penangkapan radikal yang poten. Gambar 9. Struktur rutin dos Santos et al., 2008 Tabel VII. Hasil perhitungan IC 50 rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit buah jeruk purut Bahan Uji IC 50 µg2mL Rata-rata µg2mL SD CV Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 rutin 23,08 24,31 24,93 24,11 0,94 0,882 Fraksi etil asetat 964,60 957,70 965,70 962,67 4,34 0,005 Dari analisis regresi linier diperoleh nilai IC 50 rata-rata rutin sebesar 24,108 gmL. Hal ini berarti untuk menangkap radikal bebas sebesar 50 diperlukan konsentrasi rutin sebesar 24,108 gmL. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit buah jeruk purut dengan metode DPPH disajikan pada tabel berikut. Tabel VIII. Penggolongan Tingkat Kekuatan Antioksidan Rutin dan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol kulit buah jeruk purut Aryanto, 2006 Intensitas Nilai IC 50 Rutin Fraksi etilasetat ekstrak etanol Sangat kuat 50 µgmL √ - Kuat 50-100 µgmL - - Sedang 101-150 µgmL - - Lemah 150 µgmL - √ Hasil kekuatan antioksidan tergolong sangat lemah dibanding baku rutin, karena lebih dari 150 µgmL.

H. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total

Dokumen yang terkait

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.).

0 2 114

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak metanol kulit buah jeruk lemon (Citrus x limon (L.) Burm. f.).

0 1 96

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.).

0 4 119

Uji daya antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck).

0 3 96

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil 2 Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli

1 2 112

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol buah anggur Bali

0 2 9

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik herba seledri (Apium graveolens L.) - USD Repository

0 0 106

Uji aktivitas penangkapan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit buah jeruk purut ( Citrus hystrix DC.) - USD Repository

0 1 98

UJI DAYA ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2- PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L.) Osbeck)

0 0 94

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak metanol kulit buah jeruk lemon (Citrus x limon (L.) Burm. f.) - USD Repository

0 1 94