24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tumbuhan
Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah determinasi tanaman. Tujuan determinasi tanaman tersebut adalah untuk mengetahui
kebenaran identitas tanaman yang digunakan dalam penelitian. Kebenaran identitas tanaman tersebut digunakan untuk menghindari adanya kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan sampel pada analisis fitokimia Harborne, 1987. Hasil determinasi menurut Bonivia 1888 sampel yang uji dalam
penelitian ini telah dibuktikan, yaitu Citrus hystrix DC lampiran 1.
B. Hasil Pengumpulan Bahan
Buah dipanen pada tanggal 23 Agustus 2012 di perkebunan salah satu warga di Kabupaten Klaten, Dukuh Gandekan Maliman, desa Keden, kecamatan
Pedan. Buah tersebut dipanen dengan kriteria diameter buah ± 3 cm. Waktu
pemanenan dilakukan pada musim kemarau dan dilakukan pada waktu pagi hari, yang bertujuan menghindari penguraian senyawa aktif pada kulit buah oleh
mikroorganisme dan pekembang biakan mikroorganisme meningkat seiring meningkatnya kelembaban udara lingkungan. Dilakukan pada pagi hari bertujuan
untuk menghindari senyawa metabolit sekunder telah mengalami perubahan pada tahap fotosintesis oleh pengaruh mtahari. Usaha pemanenan seperti kriteria diatas
bertujuan untuk mengoptimalkan metabolit sekunder yang dihasilkan dalam ekstraksi.
C. Hasil Preparasi Sampel
Tujuan dalam preparasi sampel yaitu untuk mendapatkan fraksi etil asetal ekstrak kulit jeruk purut yang diduga dalam fraksi tersebut mengandung banyak
senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan. Kulit jeruk yang didapatkan kemudian dicuci dengan air mengalir kemudian dipotong kasar dan
dikeringkan dalam oven pada suhu ± 50ºC selama 24 jam. Sampel kasar kemudian dihaluskan dengan cara di blender tujuanya adalah untuk memperkecil
ukuran partikel permukaan kulit jeruk sehingga penyarian akan bertambah baik jika permukaan simplisia yang kontak dengan penyari semakin luas Harborne,
1987. Selanjutnya proses ekstraksi, pada penelitian ini menggunakan metode
maserai. Menggunakan metode maserasi bertujuan untuk menghindari penggunahan panas berlebih dimaksudkan untuk menjaga ksetabilan senyawa
fenolik Bruneton,1999. Cara maserasi yang dilakukan oleh peneliti menggunakan alat bantu berupa shaker yang digunakan untuk membantu proses
maserasi agar penyari dapat lebih optimal kontak langsung dengan sel-sel dalam simplisia dari pada hanya didiamkan saja. Hal ini membuat proses maserasi dapat
secara efektif mengekstraksi metabolit sekunder dalam simplisia. Pada proses maserasi, dilakukan pula remaserasi dengan tujuan untuk memaksimalkan proses
penyarian agar mendapatkan lebih banyak senyawa fenolik dibandingkan hanya digunakan maserasi saja.
Etanol 76 digunakan dalam proses ini karena peneliti ingin mengekstraksi senyawa fenolik dari kulit buah jeruk purut. Untuk mengekstraksi
senyawa fenolik dalam bahan tumbuhan dapat dilakukan dengan pelarut polar seperti etanol, metanol, n-butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida,
dan air Markham, 1988. Alasan tidak digunakan pelarut aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air adalah senyawa fenolik lebih larut
dalam campuran larutan alkohol dengan air daripada pelarut polar lainnya Bruneton, 1999.
Tujuan penyaringan filtrat menggunakan corong Buchner yang diintegrasikan dengan pompa vacuum daripada dengan penyaringan biasa adalah
untuk mempercepat proses penyaringan dan memperbanyak hasil penyaringan. Setelah itu, untuk menguapkan pelarut hasil penyaringan filtrat, digunakan alat
vacuum rotary evaporator. Alat tersebut dapat menguapkan pelarut dibawah titik didih t.d. pelarut , yaitu etanol. Etanol memiliki t.d. sebesar 78,5
C . selain mempercepat penguapan juga menngunakan suhu dibawah titik didih
dimaksudkan agar menjaga kestabilan senyawa fenolik pada filtrat ONeil, Smith, Heckelman, Obenchain Jr., Gallipeau, DArecca et al., 2001.
Setelah didapatkan ekstrak kental etanolik kulit jeruk purut, kemudian ekstrak tersebut dilarutkan dengan air hangat. Digunakan air hangat agar dapat
lebih melarutkan ekstrak etanolik sampel. Fraksi air berada di bagian bawah, sedangkan fraksi wash bensin berada di bagian atas. Hal ini dikarenakan berat
jenis b.j. air lebih besar daripada wash bensin. Air memiliki b.j. sebesar 0,996 sedangkan b.j. wash bensin sebesar 0,730 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan RI, 1995; Laboratoire, 2009. Washbensin digunakan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yg bersifat nonpolar
seperti lipid, klorofil, dll. Setelah didapatkan fraksi air kemudian dilakukan ekstraksi cair menggunakan etil asetat, pada ekstraksi ini dilakukan pengulangan 3
kali yang bertujuan mengoptimalkan senyawa fenolik yang terekstraksi pada fase etil asetat. Setelah semua fraksi etil asetal di dapatkan kemudian diuapkan pelarut
dengan vacum evaporator, setelah hampir menguap secara keseluruhan ekstrak ditampung dalam cawan porselen kemudian di oven hingga bobot konstan pada
suhu 50ºC. Rendemen yang di dapat berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman.
D. Hasil Uji Pendahuluan Uji pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam fraksi etil