Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

Hasil perhitungan korelasi menggunakan Product Moment Pearson menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,443 dengan nilai p sebesar 0,000. Nilai p kurang dari 0,05 p 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi komunikasi dan kesepian. Selain itu, koefisien korelasi yang bernilai negatif juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara kompetensi komunikasi dan kesepian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi komunikasi yang dimiliki mahasiswa baru dan pendatang maka ia cenderung memiliki kesepian yang rendah. Oleh karena itu hipotesis yang berbunyi,”Terdapat hubungan negatif antara kompetensi komunikasi dengan kesepian, diterima. Semakin tinggi kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa baru dan pendatang di Yogyakarta, maka semakin rendah kesepian yang dia rasakan. Sebaliknya, semakin rendah kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa baru dan pendatang maka semkain tinggi kesepian yang dirasakan”, diterima. Hubungan antara kesepian dan kompetensi komunikasi pada mahasiswa baru dan pendatang di Yogyakarta dijelaskan karena pada hakikatnya mereka adalah mahluk sosial. Dalam kehidupannya setiap manusia membutuhkan orang lain disekitarnya. Sama halnya dengan para mahasiswa baru dan pendatang. Sebagai bagian dari manusia mereka membutuhkan orang lain disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi yang dilakukan dengan memanfaatkan komunikasi Shockley dan Zalabak, 2006. Komunikasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Komunikasi menjadi hal yang penting untuk menyampaikan pesan. Ketika pesan yang ingin disampaikan tidak tepat, maka dapat terjadi kesalahpahaman antar individu. Oleh karena itu agar pesan yang dapat disampaikan tepat dan efektif dibutuhkanlah kompetensi komunikasi Shockley dan Zalabak, 2006. Dengan memiliki kompetensi komunikasi yang baik, seorang mahasiswa dapat menyampaikan apa yang mereka inginkan dan mereka rasakan secara tepat kepada mahasiswa lain. Hal tersebut mengakibatkan mahasiswa tidak terjadi kesalahpahaman. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang ingin menyampaikan keinginannya untuk berteman dengan mahasiswa daerah lain akan dibutuhkan komunikasi yang berbeda ketika ingin menjalin relasi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah yang sama Sears, 1985. Kompetensi komunikasi yang baik menjadi senjata mahasiswa dalam menjalin relasi. Ketika relasi telah terpuaskan atau terpenuhi maka mahasiswa baru dan pendatang tersebut tidak perlu takut karena kebutuhan sosialnya telah terpenuhi Santrock, 2002. Berbeda dengan mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan kompetensi yang baik. Mahasiswa tersebut akan dihindari karena sering salah dalam menyampaikan informasi Leclerc, 2014. Akibatnya, mahasiswa ini merasa dirinya menjadi tidak berguna. Ditambah lagi dengan keadaan dirinya yang jauh dari orang-orang terdekatnya semakin merasa dirinya tidak memiliki siapa-siapa untuk membantunya. Perasaan-perasaan negatif dalam dirinya semakin muncul dan banyak hingga pada akhirnya mahasiswa baru dan pendatang tersebut menjadi depresi karena merasa tidak berguna Peplau dan Perlman, 1982. Pada akhirnya, mahasiswa baru dan pendatang ini perlahan-lahan akan merasa kesepian. Tidak adanya teman untuk berbagi, jauhnya dengan kerabat dekat, dan adanya perasaan tidak berguna meningkatkan kesepian yang dialami oleh mahasiswa tersebut Taylor, 2009. Kesepian yang dialami tersebut berdampak terhadap perilaku- perilaku yang dimunculkan. Mahasiswa baru dan pendatang yang mengalami kesepian tersebut akan menampakan perilaku negatif seperti menjauhi kelompok, menjadi lebih pendiam ketika terlibat dalam percakapan, dan gugup ketika menghadapi teman Peplau dan Perlman, 1982. Dari deskripsi data diatas juga dapat dijelaskan bahwa mahasiswa baru dan pendatang di Yogyakarta mengalami kesepian yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai empirik lebih rendah dari nilai teoretik pada deskripsi data diatas. Rendahnya perasaan kesepian yang dialami oleh mahasiwa disebabkan oleh tingginya kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Ada beberapa penelitian yang mendukung dalam hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan dari Santrock 2002 yang mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengatasi perasaan kesepian adalah dengan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik. Selain itu, Realita 2014 juga mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa membangun relasi yang baik dapat membantu seseorang dalam mengatasi kesepian. Dalam membangun relasi tentu dibutuhkan komunikasi yang baik antar individu sehingga relasi yang terjalin baik dan kesepian dapat hilang. Salah satu cara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik ialah dengan kompetensi komunikasi masing-masing pribadi. Dengan memiliki kompetensi komunikasi yang baik seperti yang diungkapkan Arroyo 2010 dapat membantu individu diterima dilingkungan barunya. Individu yang memiliki kompetensi komunikasi yang baik dapat mengembangkan relasinya tanpa takut ketika ditempatkan disebuah lingkungan yang baru. Dengan menyadari memiliki kompetensi komunikasi yang baik, mahasiswa tersebut optimis dalam membangun sebuah relasi yang baru dalam lingkungan barul. Hal tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian Carolyn dan Russel dalam Sears, 1985 yang mengungkapkan bahwa beberapa mahasiswa yang berhasil mengatasi kesepiannya dikarenakan mereka optimis akan mendapat teman baru di lingkungan barunya. Selain itu melihat hasil dari tabel 9 dan 10, ditunjukkan bahwa mahasiwa perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan nilai empirik yang cukup berarti. Dari data tersebut menjelaskan bahwa penelitian Borys dan Perlman 1985 yang mengungkapkan bahwa perempuam lebih sering mengalami kesepian dibandingkan dengan laki-laki tidak terbukti dalam hasil penelitian ini. Melihat hasil uji hipotesis perbandingan antara laki- laki dan perempuan juga tidak nampak adanya perbedaan. Baik laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara kesepian dan kompetensi komunikasi. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang cukup berarti antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa baru dan pendatang di Yogyakarta. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN