Perbandingan Rerata Hba1c pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kgm

melibatkan 295 responden dimana responden tersebut terbagi menjadi 4 kelompok sesuai diagnosa meliputi 120 responden normoglikemi, 44 responden diabetes melitus, 62 responden impaired fasting glucose, dan 69 responden impaired glucose tolerance menunjukkan bahwa HbA1c dapat digunakan untuk diagnosa diabetes melitus pada penduduk Turki. Penggunaan nilai cut-off untuk diagnosa diabetes melitus 6,1 , HbA1c memiliki sensitivitas sebesar 81,8 dan spesifisitas 80 . Pada penelitian ini juga menunjukkan kadar glukosa darah puasa dan glukosa darah sewaktu berkorelasi positif sedang dengan kadar HbA1c masing-masing, r = 0,47 ; p=0,001 dan r = 0,52 ; p=0,000.

B. Perbandingan Rerata Hba1c pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kgm

2 dan Body Mass Index 25 kgm 2 Tujuan dari uji komparatif atau perbandingan adalah untuk mengetahui perbandingan antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kgm 2 dengan HbA1c pada kelompok BMI 25 kgm 2 . Pada penelitian ini, klasifikasi nilai BMI berdasarkan WHO 2006. Jumlah responden yang memiliki nilai BMI ≥ 25 kgm 2 sebanyak 28 responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki nilai BMI 25 kgm 2 sebanyak 24 responden. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data dari masing-masing kelompok ≤ 50. Hasil dari uji normalitas kedua kelompok adalah pada kelompok BMI ≥ 25 kgm 2 n=28 tidak terdistribusi normal p=0,000, sedangkan pada kelompok BMI 25 kgm 2 n=24 terdistribusi normal p=0,642. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka uji komparatif yang digunakan adalah Mann-Whitney karena terdapat satu kelompok yang tidak terdistribusi normal. Pada uji komparatif apabila nilai p 0,05 maka menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kedua kelompok data Dahlan,2009. Berikut ini adalah hasil dari uji komparatif rerata HbA1c pada dua kelompok data: Tabel VI. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index ≥ 25 kgm 2 dan 25 kgm 2 Body mass index ≥ 25 kgm 2 n=28 Body mass index 25 kgm 2 n=24 P HbA1c 5,56 ± 0,57 5,47 ± 0,31 0,941 p0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna Hasil uji komparatif pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kgm 2 dengan HbA1c pada kelompok BMI 25 kgm 2 , dapat dilihat pada nilai p = 0,941, selain itu dapat dilihat pula pada rata-rata kadar HbA1c tiap kelompok. Kedua rata-rata kadar HbA1c termasuk dalam kategori normal menurut American Diabetes Association 2014 sehingga hasil uji statistik menyatakan rata-rata kadar HbA1c pada kedua kelompok sama atau berbeda tidak bermakna. Hasil penelitian ini menyerupai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Martins, Jones, Cumming, Silva, Teixeira, and Verissimo 2012, dimana hasil uji perbandingan pada penelitian ini antara kadar HbA1c pada kelompok responden obesitas nilai BMI ≥ 30 kgm 2 ; 5,8 ± 1,0 dengan kelompok non obesitas nilai BMI 30 kgm 2 ; 5,4 ± 0,5 adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna p=0,14. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bhale 2013 menyerupai hasil penelitian sekarang. Penelitian tersebut menunjukkan pada uji perbandingan antara kadar HbA1c pada kelompok responden obesitas 9,93 ± 2,02 dengan kelompok non obesitas 8,9 ± 1,53 terdapat perbedaan yang tidak bermakna p=2,15. Penelitian yang dilakukan oleh Dofuor 2013 juga menyerupai hasil penelitian sekarang, dimana menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna p=0,79 antara kadar HbA1c pada kelompok responden diabetes 6,58 ± 0,14 dengan kelompok responden non diabetes 5,36 ± 0,08. Hasil penelitian sekarang tidak menyerupai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saikumar, Sudha, and Chandraselvi 2014, yang menunjukkan kadar glukosa darah pada kelompok responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 pria 144,6 ± 43,8 dan wanita 140,7 ± 41,4 lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol pria 105,6 ± 22,5 dan wanita 91,4 ± 15,4 dimana secara statistik memiliki perbedaan yang bermakna p=0,000. Perbandingan nilai BMI pada kelompok responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 27 ± 4,4 lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol 27,6 ± 4,7 memiliki perbedaan yang bermakna p=0,02. Hasil penelitian Saikumar, Sudha, and Chandraselvi 2014 ini tidak menyerupai hasil penelitian sekarang dikarenakan pada penelitian ini salah satu kelompok menggunakan responden yang telah menderita diabetes melitus tipe 2 sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan responden sehat yang tidak menderita penyakit degeneratif misalnya diabetes melitus tipe 2, hal ini dapat mempengaruhi kadar HbA1c yang terukur. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya BMI pada kondisi responden yang sehat tidak menimbulkan perbedaan rerata kadar HbA1c yang bermakna pada kedua kelompok responden pada penelitian sekarang, sedangkan pada penelitian lain dimana kedua kelompok tersebut adalah kelompok DM tipe 2 dan kelompok kontrol non DM tipe 2 dapat menunjukkan perbedaan rerata kadar glukosa darah yang bermakna.

C. Korelasi Body Mass Index BMI terhadap HbA1c