Kendala dalam implementasi kurikulum Implementasi dan evaluasi kurikulum

praktek di ruang kelas. Tujuannya ialah untuk menfasilitasi perubahan-perubahan dalam praktek yang dianjurkan oleh program baru. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasar kriteria yang dikembangkan pada kegiatan awal. Tujuan evaluasi formatif ialah untuk melihat apakah hambatah-hambatan yang muncul dapat diatasi, evaluasi sumatif terhadap inovasi dilakukan untuk memastikan apakah sebagian besar kendala telah dapat diatasi.

4. Kendala dalam implementasi kurikulum

Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam rangka otonomi berhadapan dengan beberapa kendala. Menurut Sukmadinata 1997:2001, kendalä tersebut ialah: 1 tidak adanya keseragaman, oleh karena itu untuk daerah dan situasi yang memerlukan keseragaman dan persatuan dan kesatuan nasional, kurikulum ini sulit diterapkan 2 tidak adanya standard penilaian yang sama, sehingga sukar untuk memperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolahdistrik dengan sekolahdistrik lain, 3 adanya kesulitan bila terjadi perpindahäh siswa ke sekolahdistrik lain, 4 sukar untuk melakukan pengelotaan dan penilaian secara nasional, 5 belum semua sekolahdistrik memiliki kesiapan untuk menyusun dan rnengembangkan kurikulum sendiri. Kendala tersebut di atas dapat diatasi dengan lebih banyak melibatkan guru. Guru dilibatkan bukan dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunancaturwulan atau satuan pelajaran, tetapi juga untuk menyusun kurikulum menyeluruh di sekolahnya. Jika sejak awal guru dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, mereka akan 25 memahami benar substansi kutikulum dan cara implementasinya secara tepat.

1. Implementasi dan evaluasi kurikulum

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi kurikulum, perlu dilakukan evatuasi. Miller dan Seller 1985: 329 menegaskan bahwa evaluasi kurikulum perlu dilakukan untuk méndapatkan informasi yang digunakan untuk perbaikan-perbaikan di sekolah. Dengan demikian, evaluasi memiliki peran untuk menentukan apakah suatu kurikulum perlu diteruskan atau dihentikan. Sukmadinata 1997: 180 menyatakan bahwa evaluasi kurikulum minimal berkenaan dengan tiga hal, yakni: 1 moral judgment, 2 penentuan keputusan, 3 konsensus nilai. Evaluasi kurikulum dan moral judgment. Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tesebut suatu obyek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat dinilai. Evaluasi dan penilalan keputusan. Pengambil keputusan dalam pendidikan dah kurikulum itu banyak, ada guru, orang-tua, murid, kepala sekolah, pengembang kurikulum, birokrat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seterusnya. Lalu siapa diantara mereka yang memiliki peran paling menentukan. Pada dasarnya tiap kelompok di atas memiliki peran sesuai posisi masing-masing. Besar kecilnya peranan keputusan sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab masing-masing serta lingkup masalah yang dihadapinya. 26 Evaluasi dan konsesus nilai. Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai dibawakan oleh orang-orang yang turut berpartisipasi. Masing-masing dari mereka memiliki sudut pandang yang mungkin berbeda, kepentingan-kepentingan nilai serta pengalaman tersendiri. Kesatuan penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus.

F. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP

KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolahmadrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama KabupatenKota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP . Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: 1 Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2 Beragam dan terpadu, 3 Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, 4 Relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5 Menyeluruh dan berkesinambungan, 6 Belajar sepanjang hayat, 7 Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah 27