keputusan rasional. Contoh, “Kalau nilai ujian kita mau baik, nyontek saja punya si Pulan yang menjadi peringkat satu di sekolah”. Namun
sama halnya dengan Id, Ego pun tidak memiliki moralitas. Keduanya tidak mempertimbangkan apakah yang diputuskan itu benar atau
salah. Oleh karena itu, Freud memperkenalkan struktur kepribadian
yang ke tiga, yaitu Superego, Sturktur kepribadian yang berfungsi
menghadapi tuntutan moral dari kepribadian. Superego akan mempertimbangkan apakah keputusan itu benar atau salah.
Superego dapat kita sebut sebagai “hati nurani”. Contoh perbedaan perkataan yang disampaikan masing-masing
struktur kepribadian, tentang seks.
Id Anda mengatakan “Saya ingin kepuasan, hubungan seksual itu
menyenangkan”.
Ego Anda mengatakan “Saya hanya akan berhubungan seksual
sekali-sekali dan akan menggunakan kontrasepsi, karena saya tidak ingin punya anak dulu selama saya mengembangkan karir”.
Superego Anda mengatakan “Saya merasa berdosa melakukan
hubunga seksual di luar nikah” .
1. Tinjauan Psikologis
Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Mereka
mendeskripsikan identitas dirinya dan berpikir bahwa itulah identitas dirinya .padahal, yang sebenarnya mereka itu masih belum punya
identitas atau jati diri, mereka masih mencari bentuk, masih mencari karakter. Perhatikan deskripsi diri seorang remaja laki-laki berikut ini:
“Saya seorang laki-laki, pandai, seorang atlit, berpandangan politik
48
yang liberal, ekstrovert, dan berperasaan.” Remaja ini merasa nyaman dengan keunikan dirinya: “Tidak ada orang lain yang sama
dengan diri saya. Tinggi saya 175 cm dan berat saya 76 kg. Saya besar di daerah pinggiran kota dan menjadi mahasiswa perguruan
tinggi negeri. Saya belum menikah, tapi teman saya ada yang sudah menikah. Saya ingin menjadi wartawan olahraga. Saya pandai
membuat perahu. Ketika saya sedang tidak belajar untuk ujian, saya menulis cerita-cerita pendek mengenai tokoh-tokoh olahraga, yang
saya harap bisa dipublikasikan suatu hari nanti.” Nyata atau tidak, berkembangnya pemikiran seorang remaja mengenai diri dan
keunikan dirinya merupakan suatu kekuatan yang besar dalam hidup. Penjelasan tentang diri akan dimulai dan informasi mengenai
pemahaman diri remaja dan kemudian rasa percaya diri dan konsep diri.
2. Identitas Kedirian Remaja
Siapakah saya? Apa yang terjadi pada diri saya? Apa yang akan saya lakukan dengan hidup saya? Apakah yang berbeda dengan diri
saya? Bagaimanakah cara melakukan sesuatu secara sendirian? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak terlalu difikirkan di
masa kanak-kanak. Namun menjadi masalah umum, nyata, dan universal ketika seseorang mulai memasuki masa remaja. Remaja
bingung untuk mendapatkan solusi dari pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep kedirian atau identitas dirinya.
Pendidik dan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam mengarahkan dan membimbing mereka ke arah yang lebih bermakna,
berharkat dan bermartabat bagi perkembangan remaja untuk
49
membentuk jati dirinya atau kedirian para remaja di jenjang Sekolah Menegah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Identitas versus kebimbangan identitas identity versus identity confusion merupakan tahap perkembangan yang terjadi di saat
individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini , remaja berusaha menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada di
dalam dirinya, kemana arah mereka dalam menjalani hidup.
Psychological moratorium adalah masa kesenjangan antara
rasa aman di masa kanak-kanak dengan otonomi individu dewasa yang dialami remaja sebagai bagian dari eksplorasi identitas mereka.
Ketika remaja mengeksplorasi dan mencari identitas budayanya, remaja seringkali bereksperimen dengan peran yang berbeda-beda.
Ketika remaja berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang saling bertentangan akan mendapatkan pemikiran baru dan dapat
diterima mengenai dirinya. Sedangkan remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami kebimbangan
akan identitasnya identity confusion. Kebimbangan tersebut akan mengalami tiga hal, yaitu: Penarikan
diri individu, pengisolasian diri dari teman sebaya atau keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan
identitas dirinya. Ini yang harus menjadi perhatian kepala sekolah.
Eksperimen Kepribadian dan Peran
Pada masa psychological moratorium para remaja akan mencoba peran dan kepribadian yang berbeda-beda sebelum pada akhirnya
mencapai suatu pemikiran diri yang stabil. Remaja kan menjadi argumentative di suatu saat dan akan menjadi kooperatif di saat yang
lain.
50
Contoh. Seorang remaja akan menyukai seorang teman pada minggu pertam, tetapi akan membencinya pada minggu yang lainnya.
Remaja akan dapat berpakaian rapi pada suatu waktu, tetapi kemudian berpakaian berantakan pada minggu berikutnya.
Eksperimen kepribadian ini merupakan usaha remaja dalam mencari tempat mereka yang sesuai di dunia ini.
Ketika remaja secra bertahap menyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan diri mereka sendiri, remaja akan mencari
seperti apakah kehidupan mereka nanti. Banyak orang tua atau orang dewasa lainnya guru atau kepala sekolah yang terbiasa memiliki
anak yang melakukan apa-apa yang mereka katakan, kemudian akan menjadi terheran-heran atau akan menjadi marah mendengar
komentar para remaja, pemberontakan, demo, dan perubahan suasana hati yang sering terjadi pada para remaja.
Penting bagi para guru dan kepala sekolah untuk memberi waktu dan kesempatan kepada para remaja untuk mengeksplorasi peran-
peran dan kepribadian yang berbeda. Karena pada akhirnya para remaja akan membuang peran-peran dan kepribadian yang tidak
mereka harapkan. Ada beratus-ratus peran yang dapat dicoba oleh para remaja, dan
mungkin banyak cara untuk memperoleh satu peran. Di masa remaja akhir, peran dalam dunia kerja merupakan titik pusat dari
perkembangan identitas. Para kaum muda yang telah terlatih untuk memasuki dunia kerja yang menawarkan potensi rasa percaya diri
yang tinggi, akan mengalami hanya sedikit tekanan pada selama perkembangan identitas berlangsung.
Beberapa kaum muda menolak pekerjaan yang menawarkan gaji yang baik dan status social yang tinggi dan lebih memilih bekerja
51
pada lingkungan yang membuat mereka bisa membantu sesama manusia, seperti Peace Corps, klinik kesehatan jiwa, atau di sekolah-
sekolah bagi peserta didik yang memiliki latar belakang ekonomi rendah.
Bagi beberpa kaum muda lebih memilih jadi pengangguran, jika mereka tidak sanggup untuk bekerja dengan baik, atau jika mereka
merasa tidak berguna bila memiliki pekerjaan tersebut. Sikap demikian ini menunjukkan adanya keinginan untuk
mendapatkan identitas yang berarti dengan cara bersikap jujur terhadap dirinya sendiri daripada mengubur identitas dirinya dalam
masyarakat yang lebih luas.
3. Layanan Pendidikan