Hasil Observasi HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

68

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi

Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas VII E SMP Negeri 1 Kalasan ini dilakukan dalam dua siklus atau dua kali pertemuan. Pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 01 Oktober 2009 dan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Oktober 2009. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan observasi pendahuluan pra penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kegiatan pembelajaran di kelas VII E pada hari Kamis, 27 Agustus 2009. Adapun hasil observasi pendahuluan serta penerapan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Pendahuluan Observasi pendahuluan dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Agustus 2009 yaitu pada pukul 08.45 – 09.45 WIB. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu Winarni, S.Pd. Peserta pembelajaran adalah 36 siswa. Adapun materi yang dipelajari pada saat itu adalah Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Ekonomi. Dalam observasi pendahuluan ini, ada tiga hal yang diobservasi yaitu guru, perilaku siswa, dan kelas. Berikut ini diuraikan hasil dari observasi pendahuluan: a. Observasi guru observing teacher Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal hasil observasi kegiatan guru lampiran 4a. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama-sama para siswa selanjutnya guru mengucapkan salam kepada siswa, memeriksa kesiapan siswa, dan mengecek kehadiran siswa presensi. Setelah hal tersebut diselesaikan, guru melakukan apersepsi dengan mengulangi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan menghubungkan materi tersebut dengan materi yang akan diberikan pada hari itu. Hal ini guna merangsang perhatian siswa dalam memasuki materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru mulai masuk ke dalam materi. Selama menjelaskan materi, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dan memanfaatkan media papan tulis sebagai penunjang proses belajar mengajar. Setelah selesai menjelaskan, guru membentuk kelompok untuk mendiskusikan materi yang sudah diberikan, kemudian guru meminta mempresentasikan hasil diskusi. Pada waktu siswa menjelaskan di depan kelas, sebagian besar siswa asyik berbicara dengan teman sebangkunya, namun ada juga siswa yang memperhatikan penjelasan temannya. Interaksi antara guru dan siswa juga dirasakan masih terbatas, karena hanya beberapa siswa yang berinteraksi dengan guru sehingga suasana kelas tampak menjadi kaku. Interaksi guru dengan siswa hanya sebatas untuk memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaan dari siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung, guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang berikutnya. Dari seluruh rangkaian kegiatan guru tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN No Deskriptor Ya Tidak Catatan 1 Guru membuka pelajaran √ Guru mengucapkan salam dan berdoa 2 Guru memeriksa kesiapan siswa √ Guru berjalan mengelilingi siswa untuk melihat kesiapan siswa 3 Guru mengabsen siswa √ Guru memanggil nama siswa satu per satu 4 Guru mengulas materi yang lalu dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari √ Guru mengadakan _anya jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya 5 Selama KBM peran guru lebih dominant √ Hanya sebagian kecil siswa yang aktif 6 Guru memanfaatkan media √ Guru menggunakan papan tulis 7 Guru memberikan contoh konkrit terkait dengan materi pelajaran √ Guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari 8 Guru berinteraksi dengan seluruh siswa dengan baik √ Interaksi baik hanya dengan beberapa siswa 9 Guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi √ Siswa berdiskusi dengan satu kelompok yang terdiri dari 4 orang anggota 10 Guru memberikan rangsangan pemikiran kepada siswa. √ Guru memberikan inti materi kepada siswa yang maju ke depan kelas 11 Guru berinteraksi dengan siswa, menumbuhkan semangat kerja. √ Guru lebih banyak ceramah 12 Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di depan untuk memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaan dari siswa √ Guru lebih sering berdiri di depan 13 Guru hanya memperhatikan beberapa siswa tertentu saja. √ Guru hanya menunjuk beberapa siswa saja 14 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaannya masing- masing sehingga suasana kelas menjadi kaku. √ Guru lebih memperhatikan siswa yang maju ke depan 15 Guru menegur siswa ketika siswa melakukan kelalaian √ Guru memanggil nama siswa yang melakukan kelalaian 16 Guru membimbing siswa membuat rangkuman √ Guru tidak meminta siswa membuat rangkuman 17 Guru memberikan tugas PRbaca bukumencari informasi, dsb untuk pertemuan berikutnya √ Guru meminta siswa membaca materi yang akan dibahas selanjutnya di buku paket a. Observasi perilaku siswa observing student Perilaku siswa selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal hasil observasi kegiatan siswa lampiran 6a. Motivasi siswa selama proses pembelajaran tampak sebagai berikut: lampiran 7a Tabel 5.2 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran No. Deskripsi Nilai Relatif Catatan 1 Keinginankemauan belajar 2,8 Cukup baik, siswa kurang tertarik dengan meteri pelajaran, terutama materi pelajaran ekonomi dan hanya beberapa siswa saja yang tertarik dengan pelajaran ekonomi 2 Hasrat berprestasi 2,4 Sangat buruk, siswa merasakan puas dengan nilai yang sudah di dapat dan tidak berkeinginan untuk mendapat nilai yang lebih baik 3 Hasrat mengerjakan tugas 2,4 Sangat buruk, siswa mengerjakan tugas yang diberikan tanpa berusaha mengerjakan sendiri, hanya mengandalkan siswa yang pintarpandai saja 4 Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 2,6 Buruk, hadiah merupakan motivator utama siswa dalam belajar, jadi belajar jika ada hadiah 5 Hasrat mengikuti pelajaran 2,9 Cukup baik, siswa mengikuti pelajaran tetapi sering ijin keluar kelas pada saat pelajaran berlangsung 6 Hasrat mendapat simpati 2,6 Buruk, siswa dalam belajar hanya ingin mendapatkan teman banyak saja, mereka tidak menginginkan simpati dari orang lain terutama orang tua dan guru 7 Hasrat untuk menang 2,5 Buruk, siswa merasakan aman mengikuti pelajaran walaupun tidak menguasai materi pelajaran Tabel 5.2 di atas menunjukkan motivasi siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung pada observasi pendahuluan. Tampak pada tabel bahwa Hasrat dan keinginan belajar nilai relatifnya 2,8 termasuk kategori cukup baik, karena hanya sebagian siswa yang tertarik dengan materi atau pelajaran ekonomi. Hasrat berprestasi nilai relatifnya 2,4 termasuk kategori sangat buruk, karena banyak siswa yang sudah merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai meskipun hanya biasa saja. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 2,4 termasuk kategori sangat buruk, karena siswa lebih banyak siswa yang mengandalkan teman yang pandai dalam mengerjkan tugas. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar nilai relatifnya 2,6 termasuk kategori buruk, karena siswa hanya mengharapkan hadiah saja tanpa memahami materi pelajaran. Hasrat mengikuti pelajaran nilai relatifnya 2,9 termasuk kategori cukup baik, karena banyak siswa yang hanya melamun saja saat mengikuti pelajaran dan banyak siswa yang keluar masuk kelas saat pelajaran berlangsung. Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 2.6 termasuk kategori buruk, karena banyak siswa hanya ingin mendapatkan banyak teman saja dalam belajar, tidak untuk mendapatkan simpati dari orang lain karena prestasinya. Hasrat untuk menang nilai relatifnya 2,5 termasuk kategori buruk, karena banyak siswa yang mengikuti pelajaran tetapi tidak menguasai materi yang diajarkan oleh guru. b. Observasi kelas observing classroom Secara fisik ruang kelas sudah cukup memadai dan nyaman untuk melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Di dalam kelas terdapat 2 white board, 1 papan pengumuman absensi siswa, 1 jadwal piket siswa, 3 penggaris papan tulis, 1 meja guru, meja dan kursi yang dapat digunakan untuk 36 orang, ventilasi yang memadai, pencahayaan yang cukup, serta suasana yang tenang dan nyaman untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Suasana serta aktivitas kelas selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal hasil observasi kegiatan kelas lampiran 5a. Saat guru masuk ke kelas dan meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran, masih ada keributan-keributan kecil dikarenakan masih ada beberapa siswa yang asyik ngobrol dengan temannya tetapi ketika guru meminta siswa untuk berdoa suasana kelas mulai hening, namun suasana kembali ribut ketika guru mempresensi siswa dan mengucapkan salam. Suasana kelas mulai terkendali ketika guru menerangkan materi karena siswa harus memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Ketika mengalami kesulitan siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Selama berdiskusi kerja sama antar siswa kurang begitu baik, sebagian besar cenderung lebih berfikir sendiri-sendiri bahkan sibuk dengan aktivitasnya sendiri ditambah lagi lemahnya pengawasan dari guru sehingga suasana kelas kurang begitu terkendali. Usai berdiskusi ada beberapa siswa yang berpendapat atau menjawab pertanyaan yang masih dirasa sulit tadi. Ketika waktu sudah habis, siswa diberi tugas untuk mempelajari materi yang berikutnya. Dari seluruh rangkaian keadaan kelas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran No Deskriptor Ya Tidak Catatan 1 Kondisi kelas mendukung untuk pelaksanaan KBM √ Ruang kelas yang nyaman 2 Ada sejumlah aturan yang harus diikuti oleh para siswa √ Ada tata tertib sekolah 3 Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. √ Karena sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru 4 Buku-buku dan perlengkapan siswa mudah ditemukan di kelas lingkungan √ Sebagian besar siswa mempunyai buku, namun jika ada yang tidak membawa buku dapat meminjam di perpustakaan 5 Ada kegaduhan di dalam kelas sehingga menghambat jalannya proses pembelajaran. √ Sebagian besar siswa ribut sendiri 6 Banyak siswa yang bertanya kepada guru jika menghadapi kesulitan. √ Hanya sebagian kecil saja yang bertanya 7 Kelas terorganisir dengan baik. √ Cukup terorganisir dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada guru, perilaku siswa, dan suasana kelas berikut ini disajikan analisis situasi pembelajaran dari hasil observasi pendahuluan. Selama pembelajaran berlangsung guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Metode ceramah merupakan suatu metode dimana guru mentransfer materi pembelajaran kepada siswa secara lisan. Guru menggunakan metode ceramah ketika menyampaikan materi pembelajaran serta memberikan penjelasan kepada siswa, peneliti menduga guru menggunakan metode ceramah karena disamping memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran juga lebih menghemat waktu. Dengan metode ceramah pada mulanya siswa masih antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru, namun lama-kelamaan siswa cenderung menjadi bosan sehingga akan mencari kesibukan sendiri seperti berbincang dengan siswa yang lain, memainkan benda-benda di sekitar mereka sehingga perhatian mereka terpecah . Selain metode ceramah guru juga menggunakan metode tanya jawab, metode ini digunakan untuk merangsang kemampuan siswa, namun ketika ada beberapa siswa yang bingung atau ragu-ragu terhadap materi yang diberikan, guru meminta agar siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok yang sudah di bentuk. Hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar memikirkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga akan mempermudah dalam menyelesaikannya. Ketika diskusi berlangsung tidak semua siswa berdiskusi dengan baik, sebagian cenderung bekerja secara individu dan kurang serius, serta sebagian lagi berdiskusi dengan sungguh-sungguh. Peneliti menduga hal ini dikarenakan guru hanya sebatas memberikan rangsangan pemikiran saja, guru tidak mengawasi secara mendalam jalannya diskusi dan tidak memberikan dorongan kepada siswa untuk saling bekerja sama . Secara keseluruhan, peranan semua siswa dalam pembelajaran dirasa kurang karena meskipun ada beberapa siswa yang ditunjuk untuk menjelaskan materi di depan kelas namun guru berperan lebih dominan di dalam pembelajaran. Saat ini idealnya di dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator sedangkan siswa yang berusaha untuk menemukan atau memahami pengetahuan dengan kemampuan yang dimilikinya baik dengan membaca, berdiskusi, bertanya, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan permasalahan pembelajaran diantaranya rendahnya motivasi dari siswa selama proses pembelajaran, hal ini tampak dari kemauan siswa selama proses pembelajaran berlangsung baik untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan interaksi dalam diskusi dirasa masih tergolong rendah karena hanya beberapa siswa tertentu saja yang berpatisipasi. Peneliti menduga akar dari permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya interaksi antara guru dan siswa yang dirasa kurang terjalin dengan baik, kebosanan siswa terhadap metode yang dipergunakan guru selama ini yang dirasa monoton dan tidak bervariasi, serta mental siswa yang kurang terdidik untuk berani berpendapat atau mengemukakan pendapat serta rasa percaya diri yang rendah. Dari permasalahan tersebut, menurut peneliti alternatif pemecahannya yaitu perlunya menciptakan suatu proses pembelajaran yang bervariasi, dapat lebih memberdayakan kemampuan siswa, melatih mental siswa untuk lebih berani mengungkapkan sesuatu, lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab, dan tentunya yang mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang harmonis baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa. Untuk itu guru harus mampu menerapkan suatu metode yang berbeda dan variatif. Ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dimana masing-masing model memiliki langkah-langkah yang bervariasi. Dari permasalahan tersebut, selanjutnya guru dan peneliti berkolaborasi untuk menerapkan suatu metode alternatif selain metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab, juga ditambah dengan menerapkan metode yang lebih bervariasi yaitu metode kooperatif tipe Jigsaw. Dalam metode ini tugas guru hanya sebagai fasilitator terutama ketika jalannya diskusi kelompok jigsaw jadi siswa disini lebih berperan aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa juga tidak merasa jenuh dan bosan mendengarkan ceramah dari guru karena dengan metode jigsaw ini siswa bisa bekerja sama dengan siswa yang lain di dalam kelompok. Selama jalannya diskusi dalam dalam kelompok juga berbeda dengan diskusi yang biasanya. Jika dalam diskusi pada umumnya siswa hanya membahas suatu masalah di dalam kelompok yang kemudian hasil diskusinya tersebut dicatat dan jika perlu dilanjutkan dengan presentasi, tetapi disini siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi masing- masing untuk dapat menggali pemahamannya dalam pembelajaran. Jika dilihat dalam diskusi yang biasa digunakan oleh guru, sekilas siswa memang terlibat aktif di dalam diskusi, namun jika dilihat lebih mendalam hanya beberapa siswa yang aktif dan sungguh-sungguh. Berbeda dengan diskusi dalam metode Jigsaw, dalam metode ini siswa dibagi dalam kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam kelompok asal siswa dituntut untuk bisa berdiskusi dengan menggali kreativitas masing-masing dengan topik atau materi yang sudah di berikan. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda-beda, yang kemudian akan didiskusikan dengan kelompok ahli, dimana kelompok ahli mendapatkan materi yang sama. Pada kelompok ahli ini siswa diharapkan bisa bekerja sama dengan baik serta dapat menjelaskan materi yang mereka diskusikan dalam kelompok ahli kepada teman-teman di kelompok asal mereka masing-masing. Dengan menerapkan metode ini siswa lebih antusias untuk mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih berani untuk bertanya, mengungkapkan pendapatnya, dan mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi. Dengan demikian secara tidak langsung siswa harus terdorong untuk dapat memahami materi yang didapatnya. Di sini tugas guru hanya menjadi fasilitator dimana mendampingi siswa terlebih jika siswa menemui kesulitan. Dengan menerapkan metode ini tidak menutup kemungkinan suasana yang tadinya kurang kondusif dan kurang antusias dari siswa akan menimbulkan suasana yang lebih antusias, hidup, kondusif serta bervariasi. 2. Siklus Pertama Siklus pertama ini dilaksanakan pada hari Kamis, 01 Oktober 2009 pada jam kelima sampai dengan jam keenam. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran ini 2 x 40 menit pukul 09.15 – 10.35. Standar kompetensi yaitu Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan. Kompetensi Dasar yaitu Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan. Sub pokok bahasan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia yang dibawakan oleh guru mitra yaitu Ibu Winarni, S.Pd. Peserta pembelajaran adalah siswa kelas VII E sebanyak 36 siswa. Keseluruhan siswa hadir pada siklus pertama ini. Adapun metode pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah tipe Jigsaw. Berikut ini dideskripsikan penerapan metode pada siklus pertama: a. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Langkah-langkah perencanaan yang diterapkan pada siklus pertama adalah sebagai berikut: 1 Peneliti dan guru mitra bersama-sama mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran mencakup rencana pelaksanaan pengajaran RPP, materi, lembar kerja siswa, soal turnamen. a. Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, serta evaluasi. Semua dibuat secara rinci dan sistematis.lampiran 1a b. Materi Materi ajar pada siklus pertama adalah kebutuhan manusia. Peneliti dan guru mitra membuat handout. Handout berisi tentang materi kebutuhan manusia dan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk dijawab dan dibahas dalam diskusi. Handout ini selanjutnya diberikan kepada siswa setelah pembagian kelompok selesai. lampiran 2a c. Lembar Kerja Siswa LKS Peneliti bekerja sama dengan guru mitra membuat LKS yang meliputi daftar pertanyaan yang harus didiskusikan siswa di dalam kelompok ahli kemudian dijelaskan di dalam kelompok asal, dan selanjutnya dipresentasikan di kelas. lampiran 3a 2 Peneliti dan guru mitra membentuk kelompok kooperatif dimana terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah awal yang dilakukan yaitu menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang bersifat heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada ranking tinggi, siswa dengan prestasi sedang akan ditempatkan pada ranking sedang, dan siswa dengan prestasi rendah ditempatkan pada ranking bawah. Pada tahap ini peneliti bekerja sama dengan guru mitra mengklasifikasikan siswa ke dalam 6 kelompok asal dan 6 kelompok ahli. Untuk kelompok asal diberi nama kelompok A, B, C, D, E dan F. Kelompok asal dibentuk dengan cara menempatkan enam siswa dengan ranking teratas ke dalam masing-masing kelompok kelompok A 1 orang, kelompok B 1 orang, dan seterusnya, selanjutnya dipilih 6 orang siswa dengan ranking terbawah dan ditempatkan kembali pada masing-masing kelompok kelompok A 1 orang, kelompok B 1 orang, dan seterusnya, selanjutnya dipilih kembali 6 siswa dari atas di samping kelima siswa yang telah dipilih sebelumnya dan ditempatkan pada masing-masing kelompok, begitu seterusnya hingga semua siswa masuk ke dalam kelompok asal. Kemudian dalam pembentukan kelompok ahli, peneliti mengambil data dari kelompok asal. Selanjutnya setiap anggota kelompok asal masing- masing diberi nomor urut dari atas ke bawah, untuk kelompok selanjutnya diberi nomor urut dari bawah ke atas, begitu seterusnya. Dengan demikian siswa yang mendapatkan nomor 1 maka akan menjadi anggota kelompok ahli 1, siswa yang mendapatkan nomor 2 akan menjadi anggota kelompok ahli 2, begitu seterusnya sehingga diperoleh 6 kelompok ahli kelompok ahli 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. 3 Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data meliputi: a lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Cakupan isi lembar observasi kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, keterampilan guru dalam mendampingi siswa belajar kelompok, dan keterampilan guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam belajar kelompok dan belajar mandiri . b lembar observasi pengamatan siswa. Cakupan isi lembar pengamatan siswa adalah catatan anekdotal lampiran 6b dan motivasi siswa lampiran 7b. c lembar observasi pengamatan kelas. Cakupan isi lembar pengamatan kelas antara lain: interaksi antar siswa, sumber belajar, dan kedisiplinan.lampiran 5b b. Tindakan Pada tahap tindakan, guru mitra dan peneliti mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan. Langkah-langkah pada tahap ini sebagai berikut: 1 Penyampaian prosedur pelaksanaan Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Namun, guru tidak secara terbuka menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Guru membagi siswa dalam kelas ke dalam sejumlah kelompok kelompok asal, dan di dalam kelompok asal masing-masing siswa akan mendapatkan lembar pertanyaan yang berbeda-beda dimana di dalam lembar pertanyaan tersebut telah diberi kode yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok ahli. Setelah bergabung di dalam kelompok asal, selanjutnya siswa diminta bergabung dengan siswa yang lain yang memiliki pertanyaan dan nomor yang sama yang selanjutnya disebut sebagai kelompok ahli. Kemudian di dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi membahas masalah yang diberikan. Selanjutnya siswa akan kembali ke dalam kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi tadi kepada siswa yang lain di dalam kelompoknya. Selama guru menyampaikan prosedur pelaksanaan, suasana kelas sedikit kurang kondusif, hal ini disebabkan siswa masih bingung dan kurang jelas dengan prosedur pelaksanaannya. 2 Membagi siswa ke dalam kelompok Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan kelompok asal sudah dilakukan guru bersama peneliti pada tahap awal perencanaan pembelajaran. Jumlah kelompok yang dibentuk adalah enam kelompok siswa dengan anggota 6 orang. Pada tahap ini guru menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut anggota-anggotanya. Selama pembentukan kelompok asal suasana sedikit kurang kondusif, ada beberapa siswa yang membuat gaduh mungkin dikarenakan merasa kurang puas dengan anggota kelompoknya atau bahkan sebaliknya. Setelah berkumpul dalam kelompok asal kemudian guru mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli, suasana semakin kurang kondusif dikarenakan siswa masih bingung mencari kelompok ahlinya. 3 Diskusi Setelah siswa berkumpul di dalam kelompok ahli, selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang telah didapatkannya. Di sini masing-masing kelompok mendapatkan pertanyaan yang berbeda-beda. Untuk kelompok ahli 1 mendapatkan pertanyaan tentang definisi kebutuhan, kelompok ahli 2 mendapatkan pertanyaan perbedaan dari kebutuhan dan keinginan, kelompok ahli 3 mendapatkan tugas untuk menjelaskan mengapa kebutuhan manusia itu tak terbatas, kelompok ahli 4 mendapatkan tugas untuk menyebutkan dan menjelaskan macam- macam kebutuhan, kelompok ahli 5 mendapatkan tugas memberikan contoh macam-macam kebutuhan, dan kelompok ahli 6 mendapatkan tugas menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan sumber daya alam dan manusia. Selama berdiskusi di dalam kelompok ahli suasana kelas terkendali, hanya saja suasana sedikit ramai hal ini dikarenakan setiap siswa di dalam diskusi kelompok saling bertukar pendapat. Sesekali ada juga beberapa siswa yang membuat kegaduhan kecil dan berbicara di luar materi diskusi. Selama diskusi, aktivitas guru adalah mendampingi, memotivasi, dan memantau siswa. Jika ada yang mengalami kesulitan, guru membantu siswa guna memecahkan kesulitan tersebut. Setelah berdiskusi di dalam kelompok ahli, selanjutnya siswa kembali ke kelompok asal dan mengutarakan hasil diskusinya bersama kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian masing-masing siswa akan menerima dan memberikan informasi siswa yang lain. 4 Pembahasan Setelah siswa selesai berdiskusi, selanjutnya guru bersama dengan siswa membahas semua masalah yang telah didiskusikan oleh siswa di dalam kelompok ahli. Kemudian guru menunjuk salah satu kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya, kemudian guru juga memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi atau memberikan pendapat yang berbeda. Reaksi tiap-tiap kelompok ketika ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusinya sangat beragam, ada yang dengan antusias mempresentasikan jawaban, ada yang presentasi sambil diselingi dengan gurauan, ada juga yang kaku dalam mempresentasikan jawaban. Namun secara keseluruhan dalam siklus I ini presentasi berjalan lancar terkendali. 5 Penyimpulan Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan jawaban mereka, selanjutnya guru bersama siswa mencoba untuk menarik kesimpulan dari seluruh rangkaian pembelajaran. Dalam penyimpulan ini, guru mengutarakan inti–inti dari materi yang telah dibahas dalam diskusi. Guru juga mengutarakan pertanyaan- pertanyaan singkat kepada siswa untuk menguji pemahaman mereka. Dalam siklus I ini secara umum telah dapat ditarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari, namun dikarenakan terkendala waktu yang tidak memungkinkan lagi sehinnga penarikan kesimpulan dirasakan kurang optimal. c. Observasi Hasil pengamatan observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1 Pengamatan terhadap guru Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus pertama. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut ini : lampiran 4b Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I No Deskriptor Siklus I 1 Guru menjelaskan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw Ya 2 Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit Ya 3 Guru membantu siswa dalam pembentukan kelompok jigsaw Ya 4 Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok Ya 5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok Ya 6 Guru mendorong siswa untuk bekerja dengan siswa lainnya dalam suasana persaahabatan, untuk meningkatkan hasil kerja salah satu kelompok Ya 7 Guru mendorong siswa untuk bekerja sama di antara mereka agar lebih baik dengan kelompok lainnya Ya 8 Guru mengobservasi kegiatan kelompok, memberikan motivasi untuk merangsang pemikiran kelompok dan mendorong semua kelompok bekerja dengan baik Ya 9 Guru berinteraksi dengan setiap siswa, menumbuhkan semangat kerja, keterlibatan dalam kelompok untuk mencapai tujuan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa secara perorangan Ya 10 Guru berinteraksi dengan sebagian siswa saja untuk memperjelas cara kerja kelompok, tugas yang harus dikerjakan, kebersamaan, dan tujuan dari pembelajaran kelas yang sedang dilakukan Tidak 11 Guru tidak berinteraksi dengan satu siswa pun. Guru hanya bekerja di belakang mejanya, keluar dari ruangan kelas dan mengawasi siswa dari luar kelas Tidak 12 Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di muka kelas untuk memberikan penjelasan atau jawaban kepada siswa secara perorangan Tidak 13 Guru membiarkan siswa untuk berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya sehingga kerja sama kelompok menjadi kacau Tidak 14 Guru dan siswa terlibat percakapan serius sehingga kelas menjadi gaduh dan mengganggu siswa lain Tidak 15 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaan masing-masing sehingga suasana menjadi kaku Tidak Tabel 5.4 menunjukkan aktivitas guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung pada siklus I. Guru telah menjelaskan metode pembelajaran tipe jigsaw secara teknis, guru mengorganisasikan pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia yang bersifat umum menjadi pokok bahasan yang lebih sempit sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi, guru juga ikut berperan dalam pembentukan kelompok kooperatif mulai dari pengklasifikasian data awal, pembentukan kelompok asal hingga akhirnya terbentuk kelompok ahli. Selain itu guru juga mendorongmemotivasi siswa agar dapat terlibat dalam diskusi kelompok, selain dorongan guru juga memberikan kesempatan siswa berdiskusi untuk memaparkan pendapat dan pemikirannya serta mendorong agar siswa mampu bekerja sama di dalam kelompok diskusinya. Kemudian untuk memantau jalannya diskusi kelompok guru juga mengamati jalannya diskusi sehingga jika ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa maka guru dapat membantu memberikan solusi. Guru mengamati diskusi kelompok tidak hanya pada beberapa kelompok saja melainkan pada seluruh kelompok, tidak hanya jika ada kelompok yang mengalami kesulitan saja, dari sini maka terjalin sebuah interaksi antara guru dengan siswa atau kelompok. Selama berinteraksi dengan siswa aatu kelompok, guru juga menumbuhkan semangat kerja para siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah dan mencapai tujuan dari pembelajaran. Dalam siklus I ini masih banyak siswa yang masih bingung dengan prosedur pelaksanaannya sehingga guru harus menjelaskan lagi prosedurnya di dalam kelompok. Di sini waktu yang dimiliki oleh guru cukup longgar dikarenakan seluruh media telah dibagikan kepada siswa sehingga konsentrasi guru tertuju dalam mengamati jalannya diskusi kelompok, namun guru kurang dapat mengorganisasikan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga waktu untuk berdiskusi di dalam kelompok ahli dirasa terlalu lama sehingga waktu untuk pemaparan di kelompok asal, presentasi kelompok, dan penarikan kesimpulan kurang maksimal. 2 Pengamatan terhadap siswa Pengamatan terhadap siswa dilakukan peneliti dimulai dari awal sampai dengan akhir pembelajaran, yaitu dengan catatan anekdotal lampiran 6b. Motivasi siswa dalam megikuti proses pembelajaran ini tampak dalam tabel sebagai berikut: lampiran 7b. Tabel.5.5 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I No. Deskripsi Target Nilai Relatif Catatan 1 Keinginankemauan belajar 3,5 3,8 Sangat baik, siswa sadar, senang dan tertarik mempelajari ekonomi, siswa juga belajar ketika akan ada ujian 2 Hasrat berprestasi 3,0 3,5 Baik, siswa belajar giat untuk meningkatkan prestasi dan malu jika mendapatkan nilai jelek 3 Hasrat mengerjakan tugas 3,0 3,4 Baik, siswa mendiskusikan tugas yang sukar dengan guru dan teman, siswa juga mengerjakan tugas dengan sungguh- sungguh 4 Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 3,0 3,2 Baik, siswa tidak merasa tersaingi bila teman mendapatkan nilai yang lebih baik dan menyadari bahwa hadiah bukan sebuah motivasi utama dalam belajar 5 Hasrat mengikuti pelajaran 3,5 3,7 Sangat baik, siswa selalu mengikuti pelajaran, mempersiapkan sesuatu yang mendukung pelajaran dan tidak membolos 6 Hasrat mendapat simpati 3,0 3,2 Baik, siswa mempunyai keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman yang lain 7 Hasrat untuk menang 3,5 4,3 Sangat baik, siswa mendapatkan rasa aman bila mengikuti dan menguasai materi pelajaran Keterangan: Nilai Relatif Nilai Mutu › 3,54 Sangat Baik 3,17 – 3,54 Baik 2,79 – 3,16 Cukup Baik 2,41 – 2,78 Buruk ‹ 2,40 Sangat Buruk Tabel 5.5 menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I. Di sini tampak bahwa Hasrat dan keinginan belajar nilai relatifnya 3,8 termasuk kategori sangat baik, karena siswa sadar, tertarik dan senang mempelajari materi ekonomi. Hasrat berprestasi nilai relatifnya 3,5 termasuk kategori baik, karena beberapa siswa termotivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan mereka malu jika mendapatkan nilai yang jelek. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 3,4 termasuk kategori baik, karena siswa mendiskusikan tugas yang sukar dengan guru dan teman dan siswa juga mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar nilai relatifnya 3,2 termasuk kategori baik, karena siswa tidak merasa tersaingi bila teman mendaptkan nilai yang lebih baik dan menyadari bahwa hadiah bukan sebuah motivasi utama dalam belajar Hasrat mengikuti pelajaran nilai relatifnya 3,7 termasuk kategori sangat baik, karena siswa selalu mangikuti pelajaran, mempersiapkan sesuatu yang mendukung pelajaran dan tidak ada yang ,membolos, siswa sudah tidak keluar masuk kelas lagi. Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 3,2 termasuk kategori baik, karena banyak siswa yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru bahkan temannya sendiri. Hasrat untuk menang nilai relatifnya 4,3 termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang merasa aman jika mengikuti pelajaran dan menguasai materi pelajaran. d. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan analisis, evaluasi, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap tingkat pemahaman siswa. Refleksi yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus pertama. Berikut ini dipaparkan hasil refleksi siklus pertama: 1 Kesan guru terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tabel 5.6 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I No Uraian Komentar 1 Kesan guru terhadap komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode jigsaw. Sudah baik tetapi terlalu sedikit untuk ukuran waktu 2 JP 2 Kesan guru terhadap aktivitas siswa selama kerja kelompok. Cukup aktif, sulit berpendapat 3 Kesan guru terhadap minat siswa selama pembelajaran dengan menerapkan metode jigsaw. Siswa ada yang berminat dengan diskusi dan ada yang tidak 4 Hambatan yang ditemui, jika nanti guru akan merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw seperti yang telah dilakukan Dalam pembagian kelompok karena tempat duduk siswa masih belum dikelompok- kelompokkan sehingga memakan waktu yang tidak sedikit 5 Hal-hal yang mendukung jika nanti guru merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw Minat siswa 6 Manfaat yang diperoleh dalam merencanakan dan menerapakan rencana pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Siswa mempunyai motivasi dan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. 7 Hal-hal apa saja yang masih perlu diperbaiki kembali dari pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw seperti yang telah dilakukan Manajemen waktu Catatan : lihat lampiran 8a Tabel 5.6 memperlihatkan kesan guru mitra terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw setelah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kesan guru dalam hal komponen, materi dan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan yaitu sudah baik tetapi masih ada kendala dalam alokasi waktu. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan materi yang diberikan memang cukup sedikit, namun ketika jalannya diskusi alokasi waktu yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga terjadi ketimpangan dimana materi yang diberikan sedikit dan waktu yang tersedia cukup longgar namun dalam pelaksanaannya yang seharusnya waktu yang tersedia cukup untuk membahas materi menjadi kurang dikarenakan alokasinya yang belum maksimal. Hal ini mungkin antara guru dan siswa masing-masing masih beradaptasi dengan metode kooperatif tipe jigsaw yang baru pertama kali dilaksanakan. Kemudian dalam kaitannya dengan siswa, dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cukup dapat meningkatkan motivasi dan konsentrasi belajar siswa dimana bisaanya hanya guru yang menjadi pusat pembelajaran di sini siswa belajar untuk menjadi pusat atau pelaksana pembelajaran dan guru hanya menjadi motivator. Keuntungan dari metode ini siswa menjadi tidak bosan mendengarkan ceramah dari guru dan termotivasia untuk belajar menemukan sesuatu dengan kemampuan mereka sendiri. 2 Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada refleksi siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. lampiran 9a Tabel 5.7 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I Skala penilaian No Aspek yang diamati Sangat Senang Senang Tidak Senang Sangat Tidak Senang 1. Bagaimanakah mengenai komponen kegiatan mengajar ini: a. Topik ekonomi yang dipelajari b. Materi Ajar c. Lembar Kerja Siswa d. Suasana Kelas e. Penampilan Guru f. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan 16,67 19,44 19,44 13,89 16,67 16,67 75 80,56 58,33 63,89 75 75 8,33 - 22,22 19,44 5,56 8,33 - - - 2,78 2,78 - Berminat Tidak Berminat 2. Apakah anda berminat untuk Kegiatan Belajar Mengajar KBM berikutnya seperti yang telah Anda ikuti? 80,56 19,44 Ya Tidak 3. Selama kerja kelompok saya: a. Mendengarkan orang lain b. Mengajukan pertanyaan c. Mengorganisasika n ide-ide saya d. Mengorganisasika n kelompok e. Mengacaukan kegiatan f. Melamun 61,11 63,89 77,78 77,78 27,78 22,22 38,89 36,11 22,22 22,22 72,22 77,78 Komentar 4. Keuntungan yang saya peroleh dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Sebanyak 54,28 siswa merasa cepat mengerti dan senang. Selebihnya siswa belajar berpikir kritis, membangun kerja sama, tidak tegang, dan belajar berbagi. Komentar 5. Hambatan yang saya temui, selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti yang telah dilakukan. Sebanyak 28,57 siswa menyatakan tidak ada hambatan, 57,14 siswa kurang konsentrasi, serta 14,29 suasana kelas yang ramai. Tabel 5.7 Dari data tersebut tampak bahwa kesan mereka terhadap komponen kegiatan belajar topik yang dipelajari, suasana kelas, penampilan guru, dan sebagainya sebagian besar siswa merasa tertarik dan menikmati karena adanya sesuatu hal yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa yaitu berdiskusi, berpendapat, dan bertanya. Kemudian tanggapan siswa terhadap minat mereka untuk mengikuti KBM berikutnya dengan metode yang sama sebagian besar dari siswa berminat untuk mengikuti dengan alasan karena pelajarannya tidak membosankan, menyenangkan, bisa bersosialisasi. Hal ini menunjukkan adanya indikator bahwa selama ini siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan selama ini, ada yang takut terhadap guru sehingga suasana kelas menjadi tegang. Sementara beberapa hambatan dari siswa terkait penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yaitu ketika ada anggota kelompok yang tidak ikut ambil bagian, ketika ada perbedaan pendapat dan masing-masing berdiri pada pendiriannya masing-masing sehingga sulit dalam mengambil keputusan, jika ada anggota kelompok yang tidak memahami materi sehingga ketika menjelaskan kepada kelompok asal anggota kelompok belum dapat memahami materi yang disampaikannya. Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus pertama yaitu alokasi waktu yang tidak sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang, pemilihan materi yang terlalu sedikit untuk ukuran 2 JP, diskusi kelompok yang terlalu lama sehingga waktu untuk presentasi dan pembahasan penarikan kesimpulan menjadi terbatas dan terburu- buru. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru mitra, maka pada siklus selanjutnya siklus II guru bersepakat untuk lebih memperhatikan manajemen waktu pembelajaran sehingga dalam pelaksanaan pada masing-masing tahapan dapat berjalan dengan optimal. 3. Siklus Kedua Berdasarkan hasil analisis dan permasalahan serta diskusi dengan guru terkait dengan pemecahan masalah dalam siklus I, maka pada hari Kamis, 15 Oktober 2009 pada jam keempat sampai dengan kelima yaitu pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB dilaksanakan siklus kedua. Adapun materi yang dipelajari pada siklus kedua ini adalah pokok bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi dengan standar kompetensi Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan, kompetensi dasar Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, tujuan pembelajaran dapat mendeskripsikan pengertian tindakan ekonomi rasional dan irrasional yang dilakukan manusia, dapat menjelaskan pengertian motif ekonomi dan prinsip ekonomi, dan dapat mengidentifikasi macam-macam motif dan prinsip ekonomi. Guru mitra yang mengajar dalam penelitian ini adalah Ibu Winarni, S.Pd sebagai guru bidang studi ekonomi. Jumlah siswa kelas VII-E pada tahun ajaran 2009-2010 yang hadir sebanyak 36 siswa. Berikut ini diuraikan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada siklus kedua: a. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw . Berikut ini disajikan langkah-langkah perencanaan yang diterapkan pada siklus II : 1 Peneliti dan guru mitra bersama-sama mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran mencakup : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, materi presentasi hand out, Lembar Kerja Siswa LKS. Berikut ini disajikan uraian masing-masing perangkat pembelajaran : a Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan evaluasi yang kesemuanya telah dibuat secara rinci dan sistematis.lampiran 1b b Materi presentasi Guru mitra dan peneliti bekerja sama membuat hand out dengan pokok bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi. Hand out akan dibagikan kepada masing-masing siswa. Isi hand out mencakup materi tentang tindakan ekonomi dan motif-motif ekonomi yang akan digunakan pada saat pembelajaran. lampiran 2b c Lembar Kerja Siswa LKS Peneliti bekerja sama dengan guru mitra membuat LKS yang meliputi daftar pertanyaan yang harus didiskusikan siswa di dalam kelompok ahli kemudian dijelaskan di dalam kelompok asal, dan selanjutnya dipresentasikan di kelas.lampiran 3b 2 Peneliti dan guru mitra membentuk kelompok kooperatif dimana terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah awal yang dilakukan yaitu menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada ranking tinggi, siswa dengan prestasi sedang akan ditempatkan pada ranking sedang, dan siswa dengan prestasi rendah ditempatkan pada pada ranking bawah. Pada tahap ini peneliti menyerahkan sepenuhnya kepada guru mitra dengan alasan sebagai pihak yang paling mengerti tentang keadaan siswa. Selanjutnya guru mitra dengan masukan dari peneliti mengklasifikasikan kembali data tersebut sehingga diperoleh lima kelompok yang selanjutnya diberi nama kelompok asal. Kriteria dalam pembentukan kelompok asal tersebut yaitu memilih 6 siswa dengan ranking tertinggi kemudian ditempatkan pada tiap-tiap kelompok kelompok asal A, B, C, D, E dan F, selanjutnya dipilih lagi 6 siswa dengan ranking terendah dan ditempatkan pada tiap-tiap kelompok, begitu seterusnya. Kemudian dalam pembentukan kelompok ahli, peneliti mengambil data dari kelompok asal. Selanjutnya setiap anggota kelompok asal masing-masing diberi nomor urut dari atas ke bawah, untuk kelompok selanjutnya diberi nomor urut dari bawah ke atas, begitu seterusnya sehingga diperoleh 6 kelompok ahli kelompok ahli 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. 3 Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data meliputi: a lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Cakupan isi lembar observasi kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. lampiran 4c b lembar observasi pengamatan siswa. Cakupan isi lembar pengamatan siswa adalah catatan anekdotal siswa lampiran 6c dan motivasi siswa lampiran 7c. c lembar observasi pengamatan kelas. Cakupan isi lembar pengamatan kelas antara lain: interaksi antar siswa, sumber belajar, dan kedisiplinan. lampiran 5c b. Tindakan Pada tahap tindakan peneliti mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan. Langkah- langkah pada tahap ini sebagai berikut: 1 Penyampaian prosedur pelaksanaan Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Dibandingkan dengan silkus I, pada siklus II guru menyampaikan prosedur dengan lebih singkat sehingga dapat mempersingkat waktu. Guru membagi siswa dalam kelas ke dalam sejumlah kelompok kelompok asal, dan di dalam kelompok asal masing-masing siswa akan mendapatkan lembar pertanyaan yang berbeda-beda dimana di dalam lembar pertanyaan tersebut telah diberi kode yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok ahli. Setelah bergabung di dalam kelompok asal, selanjutnya siswa diminta bergabung dengan siswa yang lain yang memiliki pertanyaan dan nomor yang sama yang selanjutnya disebut sebagai kelompok ahli. Kemudian di dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi membahas masalah yang diberikan. Selanjutnya siswa akan kembali ke dalam kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi tadi kepada siswa yang lain di dalam kelompoknya. Jika dibandingkan dengan siklus I, dalam siklus II siswa lebih cepat menangkap maksud penjelasan dari guru sehingga mereka dapat menyiapkan diri mereka dengan lebih cepat. 2 Membagi siswa ke dalam kelompok Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan kelompok asal sudah dilakukan guru bersama peneliti pada tahap awal perencanaan pembelajaran. Jumlah kelompok yang dibentuk adalah enam kelompok siswa dengan anggota 6 orang. Pada tahap ini guru menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut anggota-anggotanya. Pada siklus II siswa lebih sigap untuk bergabung dengan kelompok asalnya dibandingkan dengan siklus I. Setelah berkumpul dalam kelompok asal kemudian guru mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli, suasana kurang kondusif dikarenakan ada beberapa siswa yang membuat kegaduhan. 3 Diskusi Setelah siswa berkumpul di dalam kelompok ahli, selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang telah didapatkannya. Di sini masing-masing kelompok mendapatkan pertanyaan yang berbeda-beda. Untuk kelompok ahli 1 mendapatkan tugas untuk menjelaskan pengertian dan memberikan contoh dari tindakan ekonomi, kelompok ahli 2 mendapatkan tugas untuk menjelaskan pengertian dari tindakan ekonomi rasional dan irasional, kelompok ahli 3 mendapatkan perintah untuk menjelaskan dan memberikan contoh dari motif ekonomi, kelompok ahli 4 mendapatkan perintah untuk menyebutkan dan menjelaskan macam-macam motif ekonomi, kelompok ahli 5 mendapatkan perintah untuk menjelaskan dan memberikan contoh dari motif non ekonomi, dan kelompok 6 mendapatkan perintah untuk menjelaaskan pengertian dari prinsip ekonomi. Selama berdiskusi di dalam kelompok ahli suasana kelas terkendali, hanya saja suasana sedikit ramai hal ini dikarenakan setiap siswa di dalam diskusi kelompok saling bertukar pendapat. Sesekali ada juga beberapa siswa yang membuat kegaduhan kecil dan berbicara di luar materi diskusi, hal ini dikaranakan ada kelompok yang telah selesai terlebih dahulu dibandingkan dengan kelompok lain. Selama diskusi, aktivitas guru adalah mendampingi, memotivasi, dan memantau siswa. jika ada yang mengalami kesulitan, guru membantu siswa guna memecahkan kesulitan tersebut. Setelah berdiskusi di dalam kelompok ahli, selanjutnya siswa kembali ke kelompok asal dan mengutarakan hasil diskusinya bersama kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian masing-masing siswa akan menerima dan memberikan informasi. Jalannya diskusi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli pada siklus II lebih cepat dibandingkan dengan siklus I, hal ini siswa mulai terbisa dengan metode jigsaw. 4 Pembahasan Setelah siswa selesai berdiskusi, selanjutnya guru bersama dengan siswa membahas semua masalah yang telah didiskusikan oleh siswa di dalam kelompok ahli. Kemudian guru menunjuk salah satu kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya, kemudian guru juga memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi atau memberikan pendapat yang berbeda. Reaksi tiap-tiap kelompok ketika ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusinya sangat beragam, ada yang dengan antusias mempresentasikan jawaban, ada yang presentasi sambil diselingi dengan gurauan, ada juga yang kaku dalam mempresentasikan jawaban. Secara teknis presentasi siklus II lebih leluasa dibandingkan dengan siklus I, hal ini disebabkan karena alokasi waktu yang tersedia cukup leluasa. 5 Penyimpulan Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan jawaban mereka, selanjutnya guru bersama siswa mencoba untuk menarik kesimpulan dari seluruh rangkaian pembelajaran. Dalam penyimpulan ini, guru mengutarakan inti–inti dari materi yang telah dibahas dalam diskusi. Guru juga mengutarakan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa untuk menguji pemahaman mereka. c. Observasi Hasil pengamatan observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1 Pengamatan terhadap guru Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus pertama. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 5.8 Aktivitas Guru Pada Siklus II No Deskriptor Siklus I 1 Guru menjelaskan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw Ya 2 Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit Ya 3 Guru membantu siswa dalam pembentukan kelompok jigsaw Ya 4 Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok Ya 5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok Ya 6 Guru mendorong siswa untuk bekerja dengan siswa lainnya dalam suasana persaahabatan, untuk meningkatkan hasil kerja salah satu kelompok Ya 7 Guru mendorong siswa untuk bekerja sama di antara mereka agar lebih baik dengan kelompok lainnya Ya 8 Guru mengobservasi kegiatan kelompok, memberikan motivasi untuk merangsang pemikiran kelompok dan mendorong semua kelompok bekerja dengan baik Ya 9 Guru berinteraksi dengan setiap siswa, menumbuhkan semangat kerja, keterlibatan dalam kelompok untuk mencapai tujuan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa secara perorangan Ya 10 Guru berinteraksi dengan sebagian siswa saja untuk memperjelas cara kerja kelompok, tugas yang harus dikerjakan, kebersamaan, dan tujuan dari pembelajaran kelas yang sedang dilakukan Tidak 11 Guru tidak berinteraksi dengan satu siswa pun. Guru hanya bekerja di belakang mejanya, keluar dari ruangan kelas dan mengawasi siswa dari luar kelas Tidak 12 Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di muka kelas untuk memberikan penjelasan atau jawaban kepada siswa secara perorangan Tidak 13 Guru membiarkan siswa untuk berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya sehingga kerja sama kelompok menjadi kacau Tidak 14 Guru dan siswa terlibat percakapan serius sehingga kelas menjadi gaduh dan mengganggu siswa lain Tidak 15 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaan masing-masing sehingga suasana menjadi kaku Tidak Catatan : lihat lampiran 4c Tabel 5.8 diatas menunjukkan aktivitas guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung pada siklus II. Dalam tabel tampak bahwa guru menjelaskan metode pembelajaran tipe jigsaw namun tidak secara mendetail hal ini karena guru telah menjelaskannya pada siklus I sehingga guru hanya sekedar memberitahukan kembali saja. Guru mengorganisasikan pokok bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi yang bersifat umum menjadi pokok bahasan yang lebih sempit sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi, guru juga ikut berperan dalam pembentukan kelompok kooperatif mulai dari pengklasifikasian data awal, pembentukan kelompok asal hingga akhirnya terbentuk kelompok ahli. Selain itu guru juga mendorongmemotivasi siswa agar dapat terlibat dalam diskusi kelompok, selain dorongan guru juga memberikan kesempatan siswa berdiskusi untuk memaparkan pendapat dan pemikirannya serta mendorong agar siswa mampu bekerja sama di dalam kelompok diskusinya. Kemudian untuk memantau jalannya diskusi kelompok guru juga mengamati jalannya diskusi sehingga jika ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa maka guru dapat membantu memberikan solusi. Guru mengamati diskusi kelompok tidak hanya pada beberapa kelompok saja melainkan pada seluruh kelompok, tidak hanya jika ada kelompok yang mengalami kesulitan saja, dari sini maka terjalin sebuah interaksi antara guru dengan siswa atau kelompok. Selama berinteraksi dengan siswa atau kelompok, guru juga menumbuhkan semangat kerja para siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah dan mencapai tujuan dari pembelajaran. Berbeda dengan siklus I, Dalam siklus II ini banyak siswa yang sudah mengerti dengan prosedur pelaksanaannya sehingga guru tidak harus menjelaskan kembali prosedurnya di dalam kelompok. Di sini waktu yang dimiliki oleh guru cukup longgar dikarenakan seluruh media telah dibagikan kepada siswa sehingga konsentrasi guru tertuju dalam mengamati jalannya diskusi kelompok. Dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II manajemen waktu dari guru lebih baik, terutama ketika jalannya diskusi baik dalam kelompok ahli maupun kelompok asal serta ketika presentasi. 2 Pengamatan terhadap siswa Pengamatan terhadap siswa dilakukan peneliti dimulai dari awal sampai dengan akhir pembelajaran, yaitu dengan catatan anecdotal siswa lampiran 6c. Motivasi siswa dalam megikuti proses pembelajaran ini tampak dalam tabel sebagai berikut: lampiran 7c. Tabel 5.9 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II No. Deskripsi Target Nilai Relatif Catatan 1 Keinginankemauan belajar 3,5 3,9 Sangat baik, siswa merasa senang dan tertarik dengan materi pelajaran, terutama pelajaran ekonomi 2 Hasrat berprestasi 3,0 3,7 Sangat baik, siswa belajar giat setiap hari untuk mendapatkan prestasi dan malu jika mendapat nilai yang jelek 3 Hasrat mengerjakan tugas 3,0 3,9 Sangat baik, siswa mengerjakan tugas dengan sungguh- sungguh dan berdiskusi dengan teman dan guru jika mengalami kesulitan 4 Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 3,0 3,6 Sangat baik, siswa tidak merasa tersaingi dengan nilai teman yang lain yang lebih baik dan siswa belajar giat untuk mendapatkan hadiah sebagai ganjaran dari hasil belajar 5 Hasrat mengikuti pelajaran 3,5 3,8 Sangat baik, siswa tidak ada yang membolos, mereka mempersiapkan materi pelajaran sebelum memulai pelajaran 6 Hasrat mendapat simpati 3,0 3,6 Sangat baik, siswa senang jika mendapatkan simpati dari orang tua ataupun guru 7 Hasrat untuk menang 3,5 4,3 Sangat baik, siswa merasakan aman bila mengikuti dan menguasai materi pelajaran Keterangan: Nilai Relatif Nilai Mutu › 3,54 Sangat Baik 3,17 – 3,54 Baik 2,79 – 3,16 Cukup Baik 2,41 – 2,78 Buruk ‹ 2,40 Sangat Buruk Tabel 5.9 menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II. Di sini tampak bahwa Hasrat dan keinginan belajar nilai relatifnya 3,9 termasuk kategori sangat baik, karena siswa sadar, tertarik dan senang mempelajari materi ekonomi. Hasrat berprestasi nilai relatifnya 3,7 termasuk kategori sangat baik, karena beberapa siswa termotivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan mereka malu jika mendapatkan nilai yang jelek. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 3,9 termasuk kategori sangat baik, karena siswa mendiskusikan tugas yang sukar dengan guru dan teman dan siswa juga mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar nilai relatifnya 3,6 termasuk kategori sangat baik, karena siswa tidak merasa tersaingi bila teman mendaptkan nilai yang lebih baik dan menyadari bahwa hadiah bukan sebuah motivasi utama dalam belajar Hasrat mengikuti pelajaran nilai relatifnya 3,8 termasuk kategori sangat baik, karena siswa selalu mangikuti pelajaran, mempersiapkan sesuatu yang mendukung pelajaran dan tidak ada yang ,membolos, siswa sudah tidak keluar masuk kelas lagi. Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 3,6 termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru bahkan temannya sendiri. Hasrat untuk menang nilai relatifnya 4,3 termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang merasa aman jika mengikuti pelajaran dan menguasai materi pelajaran. d. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan analisis, evaluasi, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap tingkat pemahaman siswa. Refleksi yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus pertama. Berikut ini dipaparkan hasil refleksi siklus pertama: 1 Kesan guru terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tabel 5.10 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II No Uraian Komentar 1 Kesan guru terhadap komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode jigsaw. Sudah baik 2 Kesan guru terhadap aktivitas siswa selama kerja kelompok. Bagus, siswa mau mengajukan pertanyaan, mengemukakan ide-ide, dapat mengorganisasikan kelompoknya 3 Kesan guru terhadap minat siswa selama pembelajaran dengan menerapkan metode jigsaw. Siswa semakin termotivasi untuk belajar 4 Hambatan yang ditemui, jika nanti guru akan merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw seperti yang telah dilakukan Pembagian kelompok yang terlalu memakan waktu yang sedikit lama 5 Hal-hal yang mendukung jika nanti guru merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw Pertanyaan-pertanyaan yang akan didiskusikan lebih spesifik 6 Manfaat yang diperoleh dalam merencanakan dan menerapakan rencana pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Siswa mempunyai motivasi dan konsentrasi dalam pelajaran 7 Hal-hal apa saja yang masih perlu diperbaiki kembali dari pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw seperti yang telah dilakukan Bahan diskusi yang mendukung pemahaman siswa pada materi, dalam hal ini adalah pertanyaan yang lebih spesifik Catatan : lihat lampiran 8b Tabel 5.10 diatas memperlihatkan kesan guru mitra terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw setelah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kesan guru dalam hal komponen, materi dan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan yaitu sudah lebih baik bila dibandingkan dengan siklus pertama. Kemudian dalam kaitannya dengan siswa, dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan konsentrasi belajar siswa dimana bisaanya hanya guru yang menjadi pusat pembelajaran di sini siswa belajar untuk menjadi pusat atau pelaksana pembelajaran dan guru hanya menjadi motivator. Hambatan serta hal-hal yang masih perlu diperbaiki masih sekitar pada pemilihan materi dan pertanyaan yang lebih spesifik dan tepat. Dalam siklus II, secara keseluruhan guru memberikan tanggapan positif terhadap jalannya proses pembelajaran meskipun masih ada hal-hal yang masih perlu diperbaiki. 2 Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada refleksi siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada tabel berikut: lampiran 9b Tabel 5.11 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Skala penilaian No . Aspek yang diamati Sangat Senang Senang Tidak Senang Sangat Tidak Senang 1. Bagaimanakah mengenai komponen kegiatan mengajar ini: a. Topik ekonomi yang dipelajari b. Materi Ajar c. Lembar Kerja Siswa d. Suasana Kelas e. Penampilan Guru f. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan 27,77 13,88 11,11 19,44 16,66 22,22 69,44 86,11 86,11 55,55 75 66,66 - - 2,77 22,22 8,33 8,33 - - - 2,77 - 2,77 Berminat Tidak Berminat 2. Apakah anda berminat untuk Kegiatan Belajar Mengajar KBM berikutnya seperti yang telah Anda ikuti? 86,11 13,88 Ya Tidak 3. Selama kerja kelompok saya: a. Mendengarkan orang lain b. Mengajukan pertanyaan c. Mengorganisasik an ide-ide saya d. Mengorganisasik an kelompok e. Mengacaukan kegiatan f. Melamun 50 66,67 66,67 77,78 13,89 8,33 50 3,33 3,33 22,22 86,11 91,67 Komentar 4. Keuntungan yang saya peroleh dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Sebanyak 69,44 siswa merasa cepat mengerti dan senang dengan pelajaran ekonomi. Selebihnya siswa belajar berpikir kritis, membangun kerja sama, tidak tegang, dan belajar berbagi. Komentar 5. Hambatan yang saya temui, selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti yang telah dilakukan. Sebanyak 52,78 siswa menyatakan tidak ada hambatan, 33,33 siswa kurang konsentrasi, serta 13,89 suasana kelas yang ramai. Tabel 5.11 diatas menunjukkan kesan siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kesan siswa terhadap komponen pembelajaran cukup positif. Tampak pada tabel bahwa sebesar 27,77 siswa sangat senang dan 69,44 siswa senang terhadap topik ekonomi yang dipelajari. Selanjutnya sebesar 13,88 siswa sangat senang dan 86,11 siswa senang materi ajar. Sebanyak 11,11 siswa sangat senang dan 88,11 siswa senang terhadap lembar kerja siswa, namun sebanyak 2,77 tidak senang dengan lembar kerja siswa. 19,44 siswa sangat senang dan 55,55 siswa senang dengan suasana kelas, namun sebanyak 22,22 tidak senang dengan suasana kelas dan bahkan 2,77 ada yang sangat tidak senang dengan suasana kelas. 16,66 siswa sangat senang dan 75 siswa senang dengan penampilan guru, namun sebannyak 8,33 tidak senang dengan penampilan guru . 22,22 siswa sangat senang dan 66,66 siswa senang terhadap keterampilan kooperatif yang dilatihkan namun ada 8,33 yang tidak senang dengan keterampilan kooperatif yang dilatihkan, dan bahkan 2,77 siswa sangat tidak senang dengan keterampilan kooperatif yang dilatihkan. Hambatan yang dialami siswa berupa 33,33 siswa menyatakan kurang konsentrasi, 13,89 siswa menyatakan suasana kelas ramai, serta 52,78 siswa menyatakan tidak ada hambatan. Di samping itu siswa juga berperan aktif dalam kerja kelompok, hal ini terlihat dari 50 siswa mendengarkan orang lain, 66,67 siswa mengajukan pertanyaan, 66,67 siswa mengorganisasikan ide-ide, 77,78 siswa mengorganisasikan kelompok, 86,11 siswa tidak mengacaukan kegiatan, serta 91,67 siswa tidak melamun. Siswa juga memiliki minat yang tinggi 86,11 untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran berikutnya seperti yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II. Dari data tersebut tampak bahwa kesan mereka terhadap komponen kegiatan belajar topik yang dipelajari, suasana kelas, penampilan guru, dan sebagainya sebagian besar siswa merasa tertarik dan menikmati karena adanya sesuatu hal yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa yaitu berdiskusi, berpendapat, dan bertanya. Kemudian tanggapan siswa terhadap minat mereka untuk mengikuti KBM berikutnya dengan metode yang sama sebagian besar dari siswa berminat untuk mengikuti dengan alasan karena pelajarannya tidak membosankan, menyenangkan, bisa bersosialisasi. Hal ini menunjukkan adanya indikator bahwa selama ini siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan selama ini, ada yang takut terhadap guru sehingga suasana kelas menjadi tegang. Sementara beberapa hambatan dari siswa terkait penerapan metode koopertif tipe jigsaw yaitu ketika ada anggota kelompok yang tidak ikut ambil bagian, ketika ada perbedaan pendapat dan masing-masing berdiri pada pendiriannya masing-masing sehingga sulit dalam mengambil keputusan, jika ada anggota kelompok yang tidak memahami materi sehingga ketika menjelaskan kepada kelompok asal anggota kelompok belum dapat memahami materi yang disampaikannya. B. Analisis Komparasi Tingkat Motivasi Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan perilaku manusia termasuk perilaku pelajar. Berikut ini disajikan tabel tentang hasil analisis angket motivasi siswa terhadap model pembelajaran tipe Jigsaw, dimana penentuan target ini didasarkan pada kondisi awal pra-penelitian: Tabel 5.12 Indikator Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II Indikator Keberhasilan Deskripsi Kondisi Awal Target Siklus I Siklus II Deskriptor Keinginankemau an belajar 2,8 3,5 3,8 3,9 Jumlah siswa yang mempunyai keinginankemaua n untuk belajar Hasrat berprestasi 2,4 3,0 3,5 3,7 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat untuk berprestasi Hasrat mengerjakan tugas 2,4 3,0 3,4 3,9 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat untuk mengerjakan tugas Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 2,6 3,0 3,2 3,6 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat mendapat ganjaran sebagai akibat dari akhir belajar Hasrat mengikuti pelajaran 2,9 3,5 3,7 3,8 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat mengikuti pelajaran Hasrat mendapat simpati 2,6 3,0 3,2 3,6 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat untuk mendapatkan simpati Hasrat untuk menang 2,5 3,5 4,3 4,3 Jumlah siswa yang mempunyai hasrat untuk menang Tabel 5.12 menunjukkan indikator keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif terhadap motivasi siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan. Berdasarkan tabel, dapat kita lihat bahwa hasrat keinginankemauan untuk belajar nilai relatifnya pada siklus I sebesar 3,8 dan pada siklus II sebesar 3,9; hasil ini naik sebesar 0,1 dikarenakan pada siklus II materi yang dipelajari banyak dan sulit sehingga siswa serius belajar. Hasrat berprestasi nilai relatifnya pada siklus I sebesar 3,5 dan pada siklus II sebesar 3,7 tampak bahwa hasrat untuk berprestasi mengalai kenaikan sebesar 0,2, karena dalam siklus II siswa ingin mendapat nilai yang lebih dibandingkan dengan siklus I. Hasrat mengerjakan tugas pada siklus I sebesar 3,4 dan pada siklus II sebesar 3,9; hasil ini mengalami kenaikan sebesar 0,5, dikarenakan tugas yang diberikan lebih sulit sehingga siswa mengerjakan tugas dengan baik. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar pada siklus I nilai relatifnya sebesar 3,2 dan pada siklus II sebesar 3,6 tampak bahwa hasil ini meningkat, karena siswa termotivasi dalam belajar untuk mendapatkan ganjaran sebagai akibat dari akhir belajar yaitu prestasi. Hasrat mengikuti pelajaran pada siklus I nilai relatifnya sebesar 3,7 sedangkan pada siklus II sebesar 3,8; hasil ini meningkat sebesar 0,1 , karena siswa tertarik dengan pembelajaran yang diterapkan sehingga hasrat untuk mengikuti pelajaran sangat baiktinggi. Hasrat mendapat simpati pada siklus I nilai relatifnya sebesar 3,2 dan siklus II nilai relatif sebesar 3,6; hasil ini meningkat sebesar 0,4; karena siswa termotivasi belajar untuk mendapatkan simpati dari orang-orang disekelilingnya, seperti : orang tua, guru dan teman-teman yang lain. Hasrat untuk menang pada siklus I nilai relatifnya sebesar 4,3 dan siklus II nilai relatifnya sebesar 4,3, hasil ini stabil karena siswa sadar bahwa mengikuti dan menguasai materi pelajaran itu membuat mereka marasa aman dan semakin termotivasi untuk belajar. Dengan demikian penerapan proses pembelajaran kooperatif terhadap motivasi siswa pada masing-masing siklus dikatakan berhasil karena memenuhi kriteria yang baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. 121

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 101774 SAMPALI.

0 3 32

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI PADA SISWA VII A SMP N 2 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Ekonomi Pada Siswa VII A SMP N 2 Gatak Ta

0 1 12

Desain model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI.

0 2 83

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa SMA N 1 Kalibawang kelas XA.

0 0 238

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XF SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 9 273

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP N 1 Kalasan pada mata pelajaran ekonomi.

0 3 239

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi - USD Repository

0 0 206

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 237

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 271