68
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada kelas VII E SMP Negeri 1 Kalasan ini dilakukan dalam dua siklus atau dua kali pertemuan. Pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 01
Oktober 2009 dan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Oktober 2009. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan observasi
pendahuluan pra penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kegiatan pembelajaran di kelas VII E pada hari Kamis, 27 Agustus 2009.
Adapun hasil observasi pendahuluan serta penerapan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi Pendahuluan Observasi pendahuluan dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Agustus
2009 yaitu pada pukul 08.45 – 09.45 WIB. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu Winarni, S.Pd. Peserta pembelajaran adalah 36 siswa. Adapun
materi yang dipelajari pada saat itu adalah Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Ekonomi. Dalam observasi pendahuluan ini, ada tiga
hal yang diobservasi yaitu guru, perilaku siswa, dan kelas. Berikut ini diuraikan hasil dari observasi pendahuluan:
a. Observasi guru observing teacher Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam
catatan anekdotal hasil observasi kegiatan guru lampiran 4a. Guru
mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama-sama para siswa selanjutnya guru
mengucapkan salam kepada siswa, memeriksa kesiapan siswa, dan mengecek kehadiran siswa presensi. Setelah hal
tersebut diselesaikan, guru melakukan apersepsi dengan mengulangi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan menghubungkan
materi tersebut dengan materi yang akan diberikan pada hari itu. Hal ini guna merangsang perhatian siswa dalam memasuki materi yang
akan dipelajari. Selanjutnya guru mulai masuk ke dalam materi. Selama menjelaskan materi, guru menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab, dan memanfaatkan media papan tulis sebagai penunjang proses
belajar mengajar.
Setelah selesai
menjelaskan, guru
membentuk kelompok untuk mendiskusikan materi yang sudah diberikan, kemudian guru meminta mempresentasikan hasil diskusi.
Pada waktu siswa menjelaskan di depan kelas, sebagian besar siswa asyik berbicara dengan teman sebangkunya, namun ada juga siswa
yang memperhatikan penjelasan temannya. Interaksi antara guru dan siswa juga dirasakan masih terbatas, karena hanya beberapa siswa
yang berinteraksi dengan guru sehingga suasana kelas tampak menjadi kaku. Interaksi guru dengan siswa hanya sebatas untuk memberikan
penjelasan atau menjawab pertanyaan dari siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah
berlangsung, guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang berikutnya. Dari seluruh rangkaian kegiatan
guru tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1 KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
No Deskriptor
Ya Tidak
Catatan 1
Guru membuka pelajaran √
Guru mengucapkan
salam dan
berdoa 2
Guru memeriksa kesiapan siswa √
Guru berjalan
mengelilingi siswa
untuk melihat kesiapan
siswa 3
Guru mengabsen siswa √
Guru memanggil nama siswa satu
per satu
4 Guru mengulas materi yang lalu
dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari
√ Guru
mengadakan _anya
jawab kepada
siswa tentang
materi sebelumnya
5 Selama KBM peran guru lebih
dominant √
Hanya sebagian kecil siswa yang
aktif
6 Guru memanfaatkan media
√ Guru
menggunakan papan tulis
7 Guru memberikan contoh konkrit
terkait dengan materi pelajaran √
Guru memberikan
contoh dalam
kehidupan sehari-hari
8 Guru berinteraksi dengan seluruh
siswa dengan baik √
Interaksi baik
hanya dengan
beberapa siswa 9
Guru memberikan
kesempatan untuk berdiskusi
√ Siswa berdiskusi
dengan satu
kelompok yang
terdiri dari
4 orang anggota
10 Guru
memberikan rangsangan
pemikiran kepada siswa. √
Guru memberikan inti
materi kepada
siswa yang maju ke depan kelas
11 Guru berinteraksi dengan siswa,
menumbuhkan semangat kerja. √
Guru lebih
banyak ceramah 12
Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di depan untuk
memberikan penjelasan
atau menjawab pertanyaan dari siswa
√ Guru
lebih sering berdiri di
depan
13 Guru
hanya memperhatikan
beberapa siswa tertentu saja. √
Guru hanya
menunjuk beberapa
siswa saja
14 Guru dan siswa sama-sama asyik
dengan pekerjaannya
masing- masing sehingga suasana kelas
menjadi kaku. √
Guru lebih
memperhatikan siswa yang maju
ke depan
15 Guru menegur siswa ketika siswa
melakukan kelalaian √
Guru memanggil nama siswa yang
melakukan kelalaian
16 Guru membimbing siswa membuat
rangkuman √
Guru tidak
meminta siswa
membuat rangkuman
17 Guru memberikan tugas PRbaca
bukumencari informasi, dsb untuk pertemuan berikutnya
√ Guru
meminta siswa
membaca materi yang akan
dibahas selanjutnya
di buku paket
a. Observasi perilaku siswa observing student Perilaku siswa selama proses pembelajaran tampak dalam
catatan anekdotal hasil observasi kegiatan siswa lampiran 6a. Motivasi siswa selama proses pembelajaran tampak sebagai
berikut: lampiran 7a
Tabel 5.2 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran
No. Deskripsi
Nilai Relatif Catatan
1 Keinginankemauan belajar
2,8 Cukup baik, siswa
kurang tertarik
dengan meteri
pelajaran, terutama materi
pelajaran ekonomi dan hanya
beberapa siswa saja yang tertarik dengan
pelajaran ekonomi
2 Hasrat berprestasi
2,4 Sangat buruk, siswa
merasakan puas
dengan nilai yang sudah di dapat dan
tidak berkeinginan
untuk mendapat
nilai yang lebih baik 3
Hasrat mengerjakan tugas 2,4
Sangat buruk, siswa mengerjakan
tugas yang
diberikan tanpa
berusaha mengerjakan
sendiri, hanya
mengandalkan siswa
yang pintarpandai saja
4 Ganjaran sebagai akibat akhir
belajar 2,6
Buruk, hadiah
merupakan motivator
utama siswa dalam belajar,
jadi belajar jika ada hadiah
5 Hasrat mengikuti pelajaran
2,9 Cukup baik, siswa
mengikuti pelajaran tetapi
sering ijin
keluar kelas
pada saat
pelajaran berlangsung
6 Hasrat mendapat simpati
2,6 Buruk, siswa dalam
belajar hanya ingin mendapatkan teman
banyak saja, mereka tidak menginginkan
simpati dari orang lain terutama orang
tua dan guru
7 Hasrat untuk menang
2,5 Buruk,
siswa merasakan
aman mengikuti pelajaran
walaupun tidak
menguasai materi
pelajaran
Tabel 5.2 di atas menunjukkan motivasi siswa di kelas selama proses
pembelajaran berlangsung
pada observasi
pendahuluan. Tampak pada tabel bahwa Hasrat dan keinginan belajar nilai relatifnya
2,8 termasuk kategori cukup baik, karena hanya sebagian siswa yang tertarik dengan materi atau pelajaran ekonomi. Hasrat berprestasi nilai
relatifnya 2,4 termasuk kategori sangat buruk, karena banyak siswa yang sudah merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai meskipun
hanya biasa saja. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 2,4 termasuk kategori sangat buruk, karena siswa lebih banyak siswa yang
mengandalkan teman yang pandai dalam mengerjkan tugas. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar nilai relatifnya 2,6 termasuk kategori
buruk, karena siswa hanya mengharapkan hadiah saja tanpa memahami materi pelajaran. Hasrat mengikuti pelajaran nilai relatifnya 2,9
termasuk kategori cukup baik, karena banyak siswa yang hanya melamun saja saat mengikuti pelajaran dan banyak siswa yang keluar
masuk kelas saat pelajaran berlangsung. Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 2.6 termasuk kategori buruk, karena banyak siswa hanya
ingin mendapatkan banyak teman saja dalam belajar, tidak untuk mendapatkan simpati dari orang lain karena prestasinya. Hasrat untuk
menang nilai relatifnya 2,5 termasuk kategori buruk, karena banyak siswa yang mengikuti pelajaran tetapi tidak menguasai materi yang
diajarkan oleh guru. b. Observasi kelas observing classroom
Secara fisik ruang kelas sudah cukup memadai dan nyaman untuk melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Di dalam
kelas terdapat 2 white board, 1 papan pengumuman absensi siswa, 1 jadwal piket siswa, 3 penggaris papan tulis, 1 meja guru, meja dan
kursi yang dapat digunakan untuk 36 orang, ventilasi yang memadai, pencahayaan yang cukup, serta suasana yang tenang dan nyaman untuk
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Suasana serta aktivitas kelas selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal hasil
observasi kegiatan kelas lampiran 5a. Saat guru masuk ke kelas dan meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran, masih
ada keributan-keributan kecil dikarenakan masih ada beberapa siswa yang asyik ngobrol dengan temannya tetapi ketika guru meminta siswa
untuk berdoa suasana kelas mulai hening, namun suasana kembali ribut ketika guru mempresensi siswa dan mengucapkan salam.
Suasana kelas mulai terkendali ketika guru menerangkan materi karena siswa harus memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Ketika mengalami kesulitan siswa diminta untuk berdiskusi dengan
teman sebangku. Selama berdiskusi kerja sama antar siswa kurang begitu baik, sebagian besar cenderung lebih berfikir sendiri-sendiri
bahkan sibuk dengan aktivitasnya sendiri ditambah lagi lemahnya pengawasan dari guru sehingga suasana kelas kurang begitu terkendali.
Usai berdiskusi ada beberapa siswa yang berpendapat atau menjawab pertanyaan yang masih dirasa sulit tadi. Ketika waktu sudah habis,
siswa diberi tugas untuk mempelajari materi yang berikutnya. Dari seluruh rangkaian keadaan kelas tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran
No Deskriptor
Ya Tidak
Catatan
1 Kondisi kelas mendukung untuk
pelaksanaan KBM √
Ruang kelas yang nyaman
2 Ada sejumlah aturan yang harus
diikuti oleh para siswa √
Ada tata
tertib sekolah
3 Siswa
mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
√ Karena sebagian
besar siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru
4 Buku-buku
dan perlengkapan
siswa mudah ditemukan di kelas lingkungan
√ Sebagian
besar siswa mempunyai
buku, namun jika ada
yang tidak
membawa buku
dapat meminjam di perpustakaan
5 Ada kegaduhan di dalam kelas
sehingga menghambat jalannya proses pembelajaran.
√ Sebagian
besar siswa
ribut sendiri
6 Banyak siswa
yang bertanya kepada guru jika menghadapi
kesulitan. √
Hanya sebagian
kecil saja yang bertanya
7 Kelas terorganisir dengan baik.
√ Cukup
terorganisir dengan baik
Berdasarkan hasil observasi pada guru, perilaku siswa, dan suasana kelas berikut ini disajikan analisis situasi pembelajaran dari hasil
observasi pendahuluan.
Selama pembelajaran
berlangsung guru
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Metode ceramah merupakan suatu metode dimana guru mentransfer materi
pembelajaran kepada siswa secara lisan. Guru menggunakan metode ceramah ketika menyampaikan materi pembelajaran serta memberikan
penjelasan kepada siswa, peneliti menduga guru menggunakan metode ceramah karena disamping memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran juga lebih menghemat waktu. Dengan metode ceramah pada mulanya siswa masih antusias dalam mendengarkan penjelasan dari
guru, namun lama-kelamaan siswa cenderung menjadi bosan sehingga akan mencari kesibukan sendiri seperti berbincang dengan siswa yang
lain, memainkan benda-benda di sekitar mereka sehingga perhatian mereka terpecah
. Selain metode ceramah guru juga menggunakan metode
tanya jawab, metode ini digunakan untuk merangsang kemampuan siswa, namun ketika ada beberapa siswa yang bingung atau ragu-ragu terhadap
materi yang diberikan, guru meminta agar siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok yang sudah di bentuk. Hal ini bertujuan untuk mendorong
siswa agar memikirkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga akan mempermudah dalam menyelesaikannya. Ketika diskusi
berlangsung tidak semua siswa berdiskusi dengan baik, sebagian cenderung bekerja secara individu dan kurang serius, serta sebagian lagi
berdiskusi dengan
sungguh-sungguh. Peneliti
menduga hal
ini dikarenakan guru hanya sebatas memberikan rangsangan pemikiran saja,
guru tidak mengawasi secara mendalam jalannya diskusi dan tidak memberikan dorongan kepada siswa untuk saling bekerja sama
. Secara
keseluruhan, peranan semua siswa dalam pembelajaran dirasa kurang karena meskipun ada beberapa siswa yang ditunjuk untuk menjelaskan
materi di depan kelas namun guru berperan lebih dominan di dalam pembelajaran. Saat ini idealnya di dalam pembelajaran guru berperan
sebagai fasilitator sedangkan siswa yang berusaha untuk menemukan atau memahami pengetahuan dengan kemampuan yang dimilikinya baik
dengan membaca, berdiskusi, bertanya, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan permasalahan
pembelajaran diantaranya rendahnya motivasi dari siswa selama proses pembelajaran, hal ini tampak dari kemauan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung baik untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan interaksi dalam
diskusi dirasa masih tergolong rendah karena hanya beberapa siswa tertentu saja yang berpatisipasi. Peneliti menduga akar dari permasalahan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya interaksi antara guru dan siswa yang dirasa kurang terjalin dengan baik, kebosanan siswa
terhadap metode yang dipergunakan guru selama ini yang dirasa monoton dan tidak bervariasi, serta mental siswa yang kurang terdidik untuk berani
berpendapat atau mengemukakan pendapat serta rasa percaya diri yang
rendah. Dari
permasalahan tersebut,
menurut peneliti
alternatif pemecahannya yaitu perlunya menciptakan suatu proses pembelajaran
yang bervariasi, dapat lebih memberdayakan kemampuan siswa, melatih mental siswa untuk lebih berani mengungkapkan sesuatu, lebih percaya
diri, lebih bertanggung jawab, dan tentunya yang mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang harmonis baik antara guru dengan siswa
maupun antar siswa. Untuk itu guru harus mampu menerapkan suatu metode yang berbeda dan variatif. Ada berbagai model pembelajaran
yang dapat diterapkan oleh guru dimana masing-masing model memiliki langkah-langkah yang bervariasi.
Dari permasalahan tersebut, selanjutnya guru dan peneliti berkolaborasi untuk menerapkan suatu metode alternatif selain metode
ceramah, diskusi, dan tanya jawab, juga ditambah dengan menerapkan metode yang lebih bervariasi yaitu metode kooperatif tipe Jigsaw. Dalam
metode ini tugas guru hanya sebagai fasilitator terutama ketika jalannya diskusi kelompok jigsaw jadi siswa disini lebih berperan aktif dan
termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa juga tidak merasa jenuh dan bosan mendengarkan ceramah dari guru karena dengan metode
jigsaw ini siswa bisa bekerja sama dengan siswa yang lain di dalam
kelompok. Selama jalannya diskusi dalam dalam kelompok juga berbeda dengan diskusi yang biasanya. Jika dalam diskusi pada umumnya siswa
hanya membahas suatu masalah di dalam kelompok yang kemudian hasil diskusinya tersebut dicatat dan jika perlu dilanjutkan dengan presentasi,
tetapi disini siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi masing-
masing untuk dapat menggali pemahamannya dalam pembelajaran. Jika dilihat dalam diskusi yang biasa digunakan oleh guru, sekilas siswa
memang terlibat aktif di dalam diskusi, namun jika dilihat lebih mendalam hanya beberapa siswa yang aktif dan sungguh-sungguh.
Berbeda dengan diskusi dalam metode Jigsaw, dalam metode ini siswa dibagi dalam kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam
kelompok asal siswa dituntut untuk bisa berdiskusi dengan menggali kreativitas masing-masing dengan topik atau materi yang sudah di
berikan. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda-beda, yang kemudian akan didiskusikan dengan kelompok ahli,
dimana kelompok ahli mendapatkan materi yang sama. Pada kelompok ahli ini
siswa diharapkan bisa bekerja sama dengan baik serta dapat menjelaskan materi yang mereka diskusikan dalam kelompok ahli kepada
teman-teman di kelompok asal mereka masing-masing. Dengan menerapkan metode ini siswa lebih antusias untuk
mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih berani untuk bertanya, mengungkapkan pendapatnya, dan mengungkapkan kesulitan yang
mereka hadapi. Dengan demikian secara tidak langsung siswa harus terdorong untuk dapat memahami materi yang didapatnya. Di sini tugas
guru hanya menjadi fasilitator dimana mendampingi siswa terlebih jika siswa menemui kesulitan. Dengan menerapkan metode ini tidak menutup
kemungkinan suasana yang tadinya kurang kondusif dan kurang antusias dari siswa akan menimbulkan suasana yang lebih antusias, hidup,
kondusif serta bervariasi.
2. Siklus Pertama Siklus pertama ini dilaksanakan pada hari Kamis, 01 Oktober 2009
pada jam kelima sampai dengan jam keenam. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran ini 2 x 40 menit pukul 09.15 – 10.35. Standar
kompetensi yaitu Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan. Kompetensi Dasar yaitu Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial
dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan. Sub pokok bahasan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia yang
dibawakan oleh guru mitra yaitu Ibu Winarni, S.Pd. Peserta pembelajaran adalah siswa kelas VII E sebanyak 36 siswa. Keseluruhan siswa hadir pada
siklus pertama ini. Adapun metode pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah tipe Jigsaw. Berikut ini dideskripsikan penerapan
metode pada siklus pertama: a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Langkah-langkah perencanaan
yang diterapkan pada siklus pertama adalah sebagai berikut: 1
Peneliti dan guru mitra bersama-sama mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran
mencakup rencana pelaksanaan pengajaran RPP, materi, lembar kerja siswa, soal turnamen.
a. Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber
dan media pembelajaran, serta evaluasi. Semua dibuat secara rinci dan sistematis.lampiran 1a
b. Materi Materi ajar pada siklus pertama adalah kebutuhan manusia.
Peneliti dan guru mitra membuat handout. Handout berisi tentang materi kebutuhan manusia dan beberapa pertanyaan
yang ditujukan kepada siswa untuk dijawab dan dibahas dalam diskusi. Handout ini selanjutnya diberikan kepada siswa setelah
pembagian kelompok selesai. lampiran 2a c. Lembar Kerja Siswa LKS
Peneliti bekerja sama dengan guru mitra membuat LKS yang meliputi daftar pertanyaan yang harus didiskusikan siswa di
dalam kelompok ahli kemudian dijelaskan di dalam kelompok asal, dan selanjutnya dipresentasikan di kelas. lampiran 3a
2 Peneliti dan guru mitra membentuk kelompok kooperatif dimana
terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah awal yang dilakukan yaitu menggali data awal tentang karakteristik siswa
untuk memetakan
para siswa
berdasarkan kemampuan
akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang bersifat
heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada ranking tinggi, siswa dengan prestasi sedang
akan ditempatkan pada ranking sedang, dan siswa dengan prestasi rendah ditempatkan pada ranking bawah. Pada tahap ini peneliti
bekerja sama dengan guru mitra mengklasifikasikan siswa ke dalam 6 kelompok asal dan 6 kelompok ahli. Untuk kelompok asal
diberi nama kelompok A, B, C, D, E dan F. Kelompok asal dibentuk dengan cara menempatkan enam siswa dengan ranking
teratas ke dalam masing-masing kelompok kelompok A 1 orang, kelompok B 1 orang, dan seterusnya, selanjutnya dipilih 6 orang
siswa dengan ranking terbawah dan ditempatkan kembali pada masing-masing kelompok kelompok A 1 orang, kelompok B 1
orang, dan seterusnya, selanjutnya dipilih kembali 6 siswa dari atas di samping kelima siswa yang telah dipilih sebelumnya dan
ditempatkan pada masing-masing kelompok, begitu seterusnya hingga semua siswa masuk ke dalam kelompok asal. Kemudian
dalam pembentukan kelompok ahli, peneliti mengambil data dari kelompok asal. Selanjutnya setiap anggota kelompok asal masing-
masing diberi nomor urut dari atas ke bawah, untuk kelompok selanjutnya diberi nomor urut dari bawah ke atas, begitu
seterusnya. Dengan demikian siswa yang mendapatkan nomor 1 maka akan menjadi anggota kelompok ahli 1, siswa yang
mendapatkan nomor 2 akan menjadi anggota kelompok ahli 2, begitu seterusnya sehingga diperoleh 6 kelompok ahli kelompok
ahli 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
3 Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.
Instrumen pengumpulan data meliputi: a lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
Cakupan isi lembar observasi kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, keterampilan guru dalam mendampingi siswa belajar kelompok, dan keterampilan guru
memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam belajar kelompok dan belajar mandiri
. b lembar observasi pengamatan siswa. Cakupan isi lembar
pengamatan siswa adalah catatan anekdotal lampiran 6b dan motivasi siswa lampiran 7b.
c lembar observasi pengamatan kelas. Cakupan isi lembar pengamatan kelas antara lain: interaksi antar siswa, sumber
belajar, dan kedisiplinan.lampiran 5b b. Tindakan
Pada tahap tindakan, guru mitra dan peneliti mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan.
Langkah-langkah pada tahap ini sebagai berikut: 1
Penyampaian prosedur pelaksanaan Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan
prosedur pelaksanaan pembelajaran. Namun, guru tidak secara terbuka
menyampaikan prosedur
pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Guru membagi siswa dalam kelas ke dalam sejumlah kelompok kelompok asal, dan di dalam kelompok asal
masing-masing siswa akan mendapatkan lembar pertanyaan yang berbeda-beda dimana di dalam lembar pertanyaan tersebut telah
diberi kode yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok ahli. Setelah bergabung di dalam kelompok asal,
selanjutnya siswa diminta bergabung dengan siswa yang lain yang memiliki pertanyaan dan nomor yang sama yang selanjutnya
disebut sebagai kelompok ahli. Kemudian di dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi membahas masalah yang diberikan.
Selanjutnya siswa akan kembali ke dalam kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi tadi kepada siswa yang lain di dalam
kelompoknya. Selama guru menyampaikan prosedur pelaksanaan, suasana kelas sedikit kurang kondusif, hal ini disebabkan siswa
masih bingung dan kurang jelas dengan prosedur pelaksanaannya. 2
Membagi siswa ke dalam kelompok Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat dua macam
kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan kelompok asal sudah dilakukan guru bersama peneliti pada tahap
awal perencanaan pembelajaran. Jumlah kelompok yang dibentuk adalah enam kelompok siswa dengan anggota 6 orang. Pada tahap
ini guru menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut anggota-anggotanya. Selama pembentukan kelompok asal suasana
sedikit kurang kondusif, ada beberapa siswa yang membuat gaduh mungkin dikarenakan merasa kurang puas dengan anggota
kelompoknya atau bahkan sebaliknya. Setelah berkumpul dalam kelompok asal kemudian guru mempersilahkan masing-masing
siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli, suasana semakin kurang kondusif dikarenakan siswa masih bingung mencari
kelompok ahlinya. 3
Diskusi Setelah siswa berkumpul di dalam kelompok ahli, selanjutnya guru
meminta siswa
untuk mendiskusikan
masalah yang
telah didapatkannya. Di sini masing-masing kelompok mendapatkan
pertanyaan yang
berbeda-beda. Untuk
kelompok ahli
1 mendapatkan pertanyaan tentang definisi kebutuhan, kelompok ahli
2 mendapatkan
pertanyaan perbedaan
dari kebutuhan
dan keinginan, kelompok ahli 3 mendapatkan tugas untuk menjelaskan
mengapa kebutuhan manusia itu tak terbatas, kelompok ahli 4 mendapatkan tugas untuk menyebutkan dan menjelaskan macam-
macam kebutuhan,
kelompok ahli
5 mendapatkan
tugas memberikan contoh macam-macam kebutuhan, dan kelompok ahli
6 mendapatkan tugas menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan sumber daya alam dan manusia. Selama berdiskusi di dalam
kelompok ahli suasana kelas terkendali, hanya saja suasana sedikit ramai hal ini dikarenakan setiap siswa di dalam diskusi kelompok
saling bertukar pendapat. Sesekali ada juga beberapa siswa yang membuat kegaduhan kecil dan berbicara di luar materi diskusi.
Selama diskusi, aktivitas guru adalah mendampingi, memotivasi, dan memantau siswa. Jika ada yang mengalami kesulitan, guru
membantu siswa guna memecahkan kesulitan tersebut. Setelah berdiskusi di dalam kelompok ahli, selanjutnya siswa kembali ke
kelompok asal dan mengutarakan hasil diskusinya bersama kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian
masing-masing siswa akan menerima dan memberikan informasi siswa yang lain.
4 Pembahasan
Setelah siswa selesai berdiskusi, selanjutnya guru bersama dengan siswa membahas semua masalah yang telah didiskusikan oleh
siswa di dalam kelompok ahli. Kemudian guru menunjuk salah satu kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setiap
kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya, kemudian guru juga memberikan kesempatan kepada kelompok
lain untuk menanggapi atau memberikan pendapat yang berbeda. Reaksi tiap-tiap kelompok ketika ditunjuk untuk mempresentasikan
hasil diskusinya sangat beragam, ada yang dengan antusias mempresentasikan jawaban, ada yang presentasi sambil diselingi
dengan gurauan, ada juga yang kaku dalam mempresentasikan jawaban. Namun secara keseluruhan dalam siklus I ini presentasi
berjalan lancar terkendali.
5 Penyimpulan
Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan jawaban mereka, selanjutnya guru bersama siswa mencoba untuk menarik
kesimpulan dari
seluruh rangkaian
pembelajaran. Dalam
penyimpulan ini, guru mengutarakan inti–inti dari materi yang telah dibahas dalam diskusi. Guru juga mengutarakan pertanyaan-
pertanyaan singkat kepada siswa untuk menguji pemahaman mereka. Dalam siklus I ini secara umum telah dapat ditarik
kesimpulan mengenai
materi yang telah
dipelajari, namun
dikarenakan terkendala waktu yang tidak memungkinkan lagi sehinnga penarikan kesimpulan dirasakan kurang optimal.
c. Observasi Hasil pengamatan observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
dipaparkan sebagai berikut : 1 Pengamatan terhadap guru
Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus pertama. Aktivitas guru
selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut ini : lampiran 4b
Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I
No
Deskriptor Siklus I
1 Guru menjelaskan metode pembelajaran kooperatif
dengan tipe jigsaw Ya
2 Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum
menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit Ya
3 Guru membantu siswa dalam pembentukan kelompok
jigsaw Ya
4 Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan
diskusi kelompok Ya
5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok Ya
6 Guru mendorong siswa untuk bekerja dengan siswa
lainnya dalam suasana persaahabatan, untuk meningkatkan hasil kerja salah satu kelompok
Ya
7 Guru mendorong siswa untuk bekerja sama di antara
mereka agar lebih baik dengan kelompok lainnya Ya
8 Guru mengobservasi kegiatan kelompok, memberikan
motivasi untuk merangsang pemikiran kelompok dan mendorong semua kelompok bekerja dengan baik
Ya
9 Guru berinteraksi dengan setiap siswa, menumbuhkan
semangat kerja, keterlibatan dalam kelompok untuk mencapai tujuan, dan menjawab pertanyaan yang
diajukan siswa secara perorangan Ya
10 Guru berinteraksi dengan sebagian siswa saja untuk
memperjelas cara kerja kelompok, tugas yang harus dikerjakan, kebersamaan, dan tujuan dari pembelajaran
kelas yang sedang dilakukan Tidak
11 Guru tidak berinteraksi dengan satu siswa pun. Guru
hanya bekerja di belakang mejanya, keluar dari ruangan kelas dan mengawasi siswa dari luar kelas
Tidak
12 Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di
muka kelas untuk memberikan penjelasan atau jawaban kepada siswa secara perorangan
Tidak
13 Guru membiarkan siswa untuk berkeliling dari satu
kelompok ke kelompok lainnya sehingga kerja sama kelompok menjadi kacau
Tidak
14 Guru dan siswa terlibat percakapan serius sehingga
kelas menjadi gaduh dan mengganggu siswa lain Tidak
15 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaan
masing-masing sehingga suasana menjadi kaku Tidak
Tabel 5.4 menunjukkan aktivitas guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung pada siklus I. Guru telah menjelaskan
metode pembelajaran tipe jigsaw secara teknis, guru mengorganisasikan pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia yang
bersifat umum menjadi pokok bahasan yang lebih sempit sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi, guru juga ikut berperan dalam
pembentukan kelompok kooperatif mulai dari pengklasifikasian data awal, pembentukan kelompok asal hingga akhirnya terbentuk kelompok ahli.
Selain itu guru juga mendorongmemotivasi siswa agar dapat terlibat dalam diskusi kelompok, selain dorongan guru juga memberikan kesempatan siswa
berdiskusi untuk memaparkan pendapat dan pemikirannya serta mendorong agar siswa mampu bekerja sama di dalam kelompok diskusinya. Kemudian
untuk memantau jalannya diskusi kelompok guru juga mengamati jalannya diskusi sehingga jika ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa maka guru
dapat membantu memberikan solusi. Guru mengamati diskusi kelompok tidak hanya pada beberapa kelompok saja melainkan pada seluruh kelompok,
tidak hanya jika ada kelompok yang mengalami kesulitan saja, dari sini maka terjalin sebuah interaksi antara guru dengan siswa atau kelompok. Selama
berinteraksi dengan siswa aatu kelompok, guru juga menumbuhkan semangat kerja para siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah dan mencapai
tujuan dari pembelajaran. Dalam siklus I ini masih banyak siswa yang masih bingung dengan prosedur pelaksanaannya sehingga guru harus menjelaskan
lagi prosedurnya di dalam kelompok. Di sini waktu yang dimiliki oleh guru
cukup longgar dikarenakan seluruh media telah dibagikan kepada siswa sehingga konsentrasi guru tertuju dalam mengamati jalannya diskusi
kelompok, namun guru kurang dapat mengorganisasikan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga waktu untuk berdiskusi di dalam kelompok ahli
dirasa terlalu lama sehingga waktu untuk pemaparan di kelompok asal, presentasi kelompok, dan penarikan kesimpulan kurang maksimal.
2 Pengamatan terhadap siswa Pengamatan terhadap siswa dilakukan peneliti dimulai dari awal
sampai dengan akhir pembelajaran, yaitu dengan catatan anekdotal lampiran 6b.
Motivasi siswa dalam megikuti proses pembelajaran ini tampak dalam tabel sebagai berikut: lampiran 7b.
Tabel.5.5 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I
No. Deskripsi
Target Nilai
Relatif Catatan
1 Keinginankemauan
belajar 3,5
3,8
Sangat baik, siswa sadar, senang dan
tertarik mempelajari ekonomi,
siswa juga belajar ketika
akan ada ujian 2
Hasrat berprestasi 3,0
3,5
Baik, siswa belajar giat
untuk meningkatkan
prestasi dan malu jika
mendapatkan nilai jelek
3 Hasrat
mengerjakan tugas
3,0
3,4
Baik, siswa
mendiskusikan tugas
yang sukar
dengan guru
dan teman, siswa juga
mengerjakan tugas dengan
sungguh- sungguh
4 Ganjaran
sebagai akibat akhir belajar
3,0
3,2
Baik, siswa tidak merasa
tersaingi bila
teman mendapatkan
nilai yang lebih baik dan
menyadari bahwa
hadiah bukan
sebuah motivasi
utama dalam belajar 5
Hasrat mengikuti
pelajaran 3,5
3,7
Sangat baik, siswa selalu
mengikuti pelajaran,
mempersiapkan sesuatu
yang mendukung
pelajaran dan tidak membolos
6 Hasrat
mendapat simpati
3,0
3,2
Baik, siswa
mempunyai keinginan
untuk mendapatkan
simpati dari orang tua, guru dan teman
yang lain
7 Hasrat untuk menang
3,5
4,3
Sangat baik, siswa mendapatkan
rasa aman
bila mengikuti
dan menguasai
materi pelajaran
Keterangan:
Nilai Relatif Nilai Mutu
› 3,54 Sangat Baik
3,17 – 3,54 Baik
2,79 – 3,16 Cukup Baik
2,41 – 2,78 Buruk
‹ 2,40 Sangat Buruk
Tabel 5.5 menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I. Di sini tampak bahwa Hasrat dan keinginan
belajar nilai relatifnya 3,8 termasuk kategori sangat baik, karena siswa sadar, tertarik dan senang mempelajari materi ekonomi. Hasrat berprestasi
nilai relatifnya 3,5 termasuk kategori baik, karena beberapa siswa termotivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan mereka
malu jika mendapatkan nilai yang jelek. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 3,4 termasuk kategori baik, karena siswa mendiskusikan tugas
yang sukar dengan guru dan teman dan siswa juga mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar nilai
relatifnya 3,2 termasuk kategori baik, karena siswa tidak merasa tersaingi bila teman mendaptkan nilai yang lebih baik dan menyadari bahwa hadiah
bukan sebuah motivasi utama dalam belajar Hasrat mengikuti pelajaran nilai relatifnya 3,7 termasuk kategori sangat baik, karena siswa selalu
mangikuti pelajaran, mempersiapkan sesuatu yang mendukung pelajaran dan tidak ada yang ,membolos, siswa sudah tidak keluar masuk kelas lagi.
Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 3,2 termasuk kategori baik,
karena banyak siswa yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru bahkan temannya sendiri. Hasrat untuk
menang nilai relatifnya 4,3 termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang merasa aman jika mengikuti pelajaran dan menguasai materi
pelajaran.
d. Refleksi Pada
tahap ini
dilaksanakan analisis,
evaluasi, pemaknaan,
dan penyimpulan hasil observasi terhadap tingkat pemahaman siswa. Refleksi
yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus pertama. Berikut ini
dipaparkan hasil refleksi siklus pertama: 1
Kesan guru terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 5.6 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran
dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I No
Uraian Komentar
1 Kesan
guru terhadap
komponen pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran dengan metode jigsaw. Sudah
baik tetapi
terlalu sedikit untuk ukuran waktu 2 JP
2 Kesan guru terhadap aktivitas siswa
selama kerja kelompok. Cukup
aktif, sulit
berpendapat 3
Kesan guru
terhadap minat
siswa selama
pembelajaran dengan
menerapkan metode jigsaw. Siswa
ada yang
berminat dengan
diskusi dan ada yang tidak
4 Hambatan yang ditemui, jika nanti guru
akan merencanakan
kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
seperti yang telah dilakukan Dalam
pembagian kelompok
karena tempat duduk siswa
masih belum
dikelompok- kelompokkan
sehingga memakan
waktu yang
tidak sedikit
5 Hal-hal yang mendukung jika nanti
guru merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw
Minat siswa
6 Manfaat
yang diperoleh
dalam merencanakan
dan menerapakan
rencana pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran
yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Siswa mempunyai
motivasi dan
konsentrasi dalam
mengikuti pelajaran.
7 Hal-hal apa saja yang masih perlu
diperbaiki kembali dari pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw
seperti yang telah dilakukan Manajemen waktu
Catatan : lihat lampiran 8a Tabel 5.6 memperlihatkan kesan guru mitra terhadap
perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
setelah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan
perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Kesan guru dalam hal komponen, materi dan pelaksanaan pembelajaran
yang digunakan yaitu sudah baik tetapi masih ada kendala dalam alokasi waktu. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan materi yang
diberikan memang cukup sedikit, namun ketika jalannya diskusi alokasi waktu yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan dengan
maksimal sehingga terjadi ketimpangan dimana materi yang diberikan sedikit dan waktu yang tersedia cukup longgar namun
dalam pelaksanaannya yang seharusnya waktu yang tersedia cukup untuk membahas materi menjadi kurang dikarenakan alokasinya
yang belum maksimal. Hal ini mungkin antara guru dan siswa masing-masing masih beradaptasi dengan metode kooperatif tipe
jigsaw yang baru pertama kali dilaksanakan. Kemudian dalam
kaitannya dengan
siswa, dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw cukup dapat meningkatkan motivasi dan
konsentrasi belajar siswa dimana bisaanya hanya guru yang menjadi pusat pembelajaran di sini siswa belajar untuk menjadi
pusat atau pelaksana pembelajaran dan guru hanya menjadi motivator. Keuntungan dari metode ini siswa menjadi tidak bosan
mendengarkan ceramah dari guru dan termotivasia untuk belajar menemukan sesuatu dengan kemampuan mereka sendiri.
2 Kesan
siswa terhadap
perangkat pembelajaran
dan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada refleksi siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. lampiran 9a
Tabel 5.7 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I
Skala penilaian No
Aspek yang diamati Sangat
Senang Senang
Tidak Senang
Sangat Tidak
Senang 1.
Bagaimanakah mengenai komponen
kegiatan mengajar ini:
a. Topik ekonomi yang dipelajari
b. Materi Ajar c. Lembar Kerja
Siswa d. Suasana Kelas
e. Penampilan Guru f.
Keterampilan kooperatif yang
dilatihkan 16,67
19,44 19,44
13,89 16,67
16,67 75
80,56 58,33
63,89 75
75 8,33
- 22,22
19,44 5,56
8,33 -
- -
2,78 2,78
- Berminat
Tidak Berminat
2. Apakah anda berminat
untuk Kegiatan Belajar Mengajar
KBM berikutnya seperti yang telah
Anda ikuti? 80,56
19,44
Ya Tidak
3. Selama kerja
kelompok saya: a. Mendengarkan
orang lain b. Mengajukan
pertanyaan c. Mengorganisasika
n ide-ide saya d. Mengorganisasika
n kelompok e. Mengacaukan
kegiatan f.
Melamun 61,11
63,89 77,78
77,78 27,78
22,22 38,89
36,11 22,22
22,22 72,22
77,78 Komentar
4. Keuntungan yang saya
peroleh dalam pembelajaran dengan
menggunakan perangkat model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Sebanyak 54,28 siswa merasa cepat mengerti dan senang. Selebihnya siswa
belajar berpikir kritis, membangun kerja sama, tidak tegang, dan belajar berbagi.
Komentar 5.
Hambatan yang saya temui, selama
mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw seperti yang telah
dilakukan. Sebanyak 28,57 siswa menyatakan
tidak ada hambatan, 57,14 siswa kurang
konsentrasi, serta
14,29 suasana kelas yang ramai.
Tabel 5.7 Dari data tersebut tampak bahwa kesan mereka terhadap komponen kegiatan belajar topik yang dipelajari, suasana
kelas, penampilan guru, dan sebagainya sebagian besar siswa
merasa tertarik dan menikmati karena adanya sesuatu hal yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa yaitu
berdiskusi, berpendapat, dan bertanya. Kemudian tanggapan siswa terhadap minat mereka untuk mengikuti KBM berikutnya dengan
metode yang sama sebagian besar dari siswa berminat untuk mengikuti dengan alasan karena pelajarannya tidak membosankan,
menyenangkan, bisa bersosialisasi. Hal ini menunjukkan adanya indikator bahwa selama ini siswa merasa bosan dengan metode
yang digunakan selama ini, ada yang takut terhadap guru sehingga suasana kelas menjadi tegang. Sementara beberapa hambatan dari
siswa terkait penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yaitu ketika ada anggota kelompok yang tidak ikut ambil bagian, ketika ada
perbedaan pendapat dan masing-masing berdiri pada pendiriannya masing-masing sehingga sulit dalam mengambil keputusan, jika
ada anggota kelompok yang tidak memahami materi sehingga ketika menjelaskan kepada kelompok asal anggota kelompok
belum dapat memahami materi yang disampaikannya. Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti, ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki pada siklus pertama yaitu alokasi waktu yang tidak sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang,
pemilihan materi yang terlalu sedikit untuk ukuran 2 JP, diskusi kelompok yang terlalu lama sehingga waktu untuk presentasi dan
pembahasan penarikan kesimpulan menjadi terbatas dan terburu-
buru. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru mitra, maka pada siklus selanjutnya siklus II guru bersepakat untuk lebih
memperhatikan manajemen waktu pembelajaran sehingga dalam pelaksanaan pada masing-masing tahapan dapat berjalan dengan
optimal. 3. Siklus Kedua
Berdasarkan hasil analisis dan permasalahan serta diskusi dengan guru terkait dengan pemecahan masalah dalam siklus I, maka pada
hari Kamis, 15 Oktober 2009 pada jam keempat sampai dengan kelima yaitu pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB dilaksanakan
siklus kedua. Adapun materi yang dipelajari pada siklus kedua ini adalah pokok bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi dengan
standar kompetensi Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan, kompetensi dasar Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif
dan prinsip ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, tujuan pembelajaran dapat mendeskripsikan pengertian tindakan ekonomi rasional dan
irrasional yang dilakukan manusia, dapat menjelaskan pengertian motif ekonomi dan prinsip ekonomi, dan dapat mengidentifikasi macam-macam
motif dan prinsip ekonomi. Guru mitra yang mengajar dalam penelitian ini adalah Ibu Winarni, S.Pd sebagai guru bidang studi ekonomi. Jumlah
siswa kelas VII-E pada tahun ajaran 2009-2010 yang hadir sebanyak 36 siswa. Berikut ini diuraikan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada
siklus kedua:
a. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw .
Berikut ini
disajikan langkah-langkah
perencanaan yang diterapkan pada siklus II : 1 Peneliti dan guru mitra bersama-sama mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran mencakup : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, materi
presentasi hand out, Lembar Kerja Siswa LKS. Berikut ini disajikan uraian masing-masing perangkat pembelajaran :
a Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran,
skenario pembelajaran, dan evaluasi yang kesemuanya telah dibuat secara rinci dan sistematis.lampiran 1b
b Materi presentasi Guru mitra dan peneliti bekerja sama membuat hand out
dengan pokok bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi. Hand out akan dibagikan kepada masing-masing
siswa. Isi hand out mencakup materi tentang tindakan ekonomi dan motif-motif ekonomi yang akan digunakan pada saat
pembelajaran. lampiran 2b
c Lembar Kerja Siswa LKS Peneliti bekerja sama dengan guru mitra membuat LKS yang
meliputi daftar pertanyaan yang harus didiskusikan siswa di dalam kelompok ahli kemudian dijelaskan di dalam kelompok
asal, dan selanjutnya dipresentasikan di kelas.lampiran 3b 2 Peneliti dan guru mitra membentuk kelompok kooperatif dimana
terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah awal yang dilakukan yaitu menggali data awal tentang karakteristik siswa
untuk memetakan
para siswa
berdasarkan kemampuan
akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Siswa
dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada ranking tinggi, siswa dengan prestasi sedang akan ditempatkan
pada ranking
sedang, dan
siswa dengan
prestasi rendah
ditempatkan pada pada ranking bawah. Pada tahap ini peneliti menyerahkan sepenuhnya kepada guru mitra dengan alasan sebagai
pihak yang paling mengerti tentang keadaan siswa. Selanjutnya guru mitra dengan masukan dari peneliti mengklasifikasikan
kembali data tersebut sehingga diperoleh lima kelompok yang selanjutnya
diberi nama
kelompok asal.
Kriteria dalam
pembentukan kelompok asal tersebut yaitu memilih 6 siswa dengan ranking tertinggi kemudian ditempatkan pada tiap-tiap kelompok
kelompok asal A, B, C, D, E dan F, selanjutnya dipilih lagi 6
siswa dengan ranking terendah dan ditempatkan pada tiap-tiap kelompok, begitu seterusnya. Kemudian dalam pembentukan
kelompok ahli, peneliti mengambil data dari kelompok asal. Selanjutnya setiap anggota kelompok asal masing-masing diberi
nomor urut dari atas ke bawah, untuk kelompok selanjutnya diberi nomor urut dari bawah ke atas, begitu seterusnya sehingga
diperoleh 6 kelompok ahli kelompok ahli 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. 3 Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.
Instrumen pengumpulan data meliputi: a lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
Cakupan isi lembar observasi kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. lampiran 4c b lembar observasi pengamatan siswa. Cakupan isi lembar
pengamatan siswa adalah catatan anekdotal siswa lampiran 6c dan motivasi siswa lampiran 7c.
c lembar observasi pengamatan kelas. Cakupan isi lembar pengamatan kelas antara lain: interaksi antar siswa, sumber
belajar, dan kedisiplinan. lampiran 5c b. Tindakan
Pada tahap tindakan peneliti mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan. Langkah-
langkah pada tahap ini sebagai berikut:
1 Penyampaian prosedur pelaksanaan
Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Dibandingkan dengan silkus
I, pada siklus II guru menyampaikan prosedur dengan lebih singkat sehingga dapat mempersingkat waktu. Guru membagi
siswa dalam kelas ke dalam sejumlah kelompok kelompok asal, dan di dalam kelompok asal masing-masing siswa akan
mendapatkan lembar pertanyaan yang berbeda-beda dimana di dalam lembar pertanyaan tersebut telah diberi kode yang
nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok ahli. Setelah bergabung di dalam kelompok asal, selanjutnya siswa
diminta bergabung dengan siswa yang lain yang memiliki pertanyaan dan nomor yang sama yang selanjutnya disebut
sebagai kelompok ahli. Kemudian di dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi membahas masalah yang diberikan.
Selanjutnya siswa akan kembali ke dalam kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi tadi kepada siswa yang lain di dalam
kelompoknya. Jika dibandingkan dengan siklus I, dalam siklus II siswa lebih cepat menangkap maksud penjelasan dari guru
sehingga mereka dapat menyiapkan diri mereka dengan lebih cepat.
2 Membagi siswa ke dalam kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan
kelompok asal sudah dilakukan guru bersama peneliti pada tahap awal
perencanaan pembelajaran.
Jumlah kelompok
yang dibentuk adalah enam kelompok siswa dengan anggota 6 orang.
Pada tahap ini guru menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut anggota-anggotanya. Pada siklus II siswa lebih sigap
untuk bergabung dengan kelompok asalnya dibandingkan dengan siklus I. Setelah berkumpul dalam kelompok asal kemudian guru
mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli, suasana kurang kondusif dikarenakan ada
beberapa siswa yang membuat kegaduhan. 3
Diskusi Setelah siswa berkumpul di dalam kelompok ahli, selanjutnya
guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang telah didapatkannya. Di sini masing-masing kelompok mendapatkan
pertanyaan yang
berbeda-beda. Untuk
kelompok ahli
1 mendapatkan
tugas untuk
menjelaskan pengertian
dan memberikan contoh dari tindakan ekonomi, kelompok ahli 2
mendapatkan tugas untuk menjelaskan pengertian dari tindakan ekonomi rasional dan irasional, kelompok ahli 3 mendapatkan
perintah untuk menjelaskan dan memberikan contoh dari motif ekonomi,
kelompok ahli
4 mendapatkan
perintah untuk
menyebutkan dan menjelaskan macam-macam motif ekonomi, kelompok ahli 5 mendapatkan perintah untuk menjelaskan dan
memberikan contoh dari motif non ekonomi, dan kelompok 6
mendapatkan perintah untuk menjelaaskan pengertian dari prinsip ekonomi. Selama berdiskusi di dalam kelompok ahli
suasana kelas terkendali, hanya saja suasana sedikit ramai hal ini dikarenakan setiap siswa di dalam diskusi kelompok saling
bertukar pendapat. Sesekali ada juga beberapa siswa yang membuat kegaduhan kecil dan berbicara di luar materi diskusi,
hal ini dikaranakan ada kelompok yang telah selesai terlebih dahulu dibandingkan dengan kelompok lain. Selama diskusi,
aktivitas guru adalah mendampingi, memotivasi, dan memantau siswa. jika ada yang mengalami kesulitan, guru membantu siswa
guna memecahkan kesulitan tersebut. Setelah berdiskusi di dalam kelompok ahli, selanjutnya siswa kembali ke kelompok asal dan
mengutarakan hasil diskusinya bersama kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian masing-masing siswa
akan menerima dan memberikan informasi. Jalannya diskusi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli pada siklus II lebih
cepat dibandingkan dengan siklus I, hal ini siswa mulai terbisa dengan metode jigsaw.
4 Pembahasan
Setelah siswa selesai berdiskusi, selanjutnya guru bersama dengan siswa membahas semua masalah yang telah didiskusikan
oleh siswa di dalam kelompok ahli. Kemudian guru menunjuk salah
satu kelompok
ahli untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya. Setiap
kelompok diberi
kesempatan untuk
mempresentasikan jawabannya, kemudian guru juga memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi atau memberikan pendapat yang berbeda. Reaksi tiap-tiap kelompok
ketika ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusinya sangat beragam, ada yang dengan antusias mempresentasikan jawaban,
ada yang presentasi sambil diselingi dengan gurauan, ada juga yang kaku dalam mempresentasikan jawaban. Secara teknis
presentasi siklus II lebih leluasa dibandingkan dengan siklus I, hal ini disebabkan karena alokasi waktu yang tersedia cukup
leluasa. 5
Penyimpulan Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan jawaban
mereka, selanjutnya guru bersama siswa mencoba untuk menarik kesimpulan
dari seluruh
rangkaian pembelajaran.
Dalam penyimpulan ini, guru mengutarakan inti–inti dari materi yang
telah dibahas
dalam diskusi.
Guru juga
mengutarakan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa untuk menguji
pemahaman mereka. c. Observasi
Hasil pengamatan observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1 Pengamatan terhadap guru Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan pada siklus pertama. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 5.8 Aktivitas Guru Pada Siklus II
No Deskriptor
Siklus I 1
Guru menjelaskan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw
Ya 2
Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit
Ya 3
Guru membantu siswa dalam pembentukan kelompok jigsaw
Ya 4
Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok
Ya 5
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
Ya 6
Guru mendorong siswa untuk bekerja dengan siswa lainnya dalam suasana persaahabatan, untuk
meningkatkan hasil kerja salah satu kelompok Ya
7 Guru mendorong siswa untuk bekerja sama di antara
mereka agar lebih baik dengan kelompok lainnya Ya
8 Guru mengobservasi kegiatan kelompok, memberikan
motivasi untuk merangsang pemikiran kelompok dan mendorong semua kelompok bekerja dengan baik
Ya
9 Guru berinteraksi dengan setiap siswa, menumbuhkan
semangat kerja, keterlibatan dalam kelompok untuk mencapai tujuan, dan menjawab pertanyaan yang
diajukan siswa secara perorangan Ya
10 Guru berinteraksi dengan sebagian siswa saja untuk
memperjelas cara kerja kelompok, tugas yang harus dikerjakan, kebersamaan, dan tujuan dari pembelajaran
kelas yang sedang dilakukan Tidak
11 Guru tidak berinteraksi dengan satu siswa pun. Guru
hanya bekerja di belakang mejanya, keluar dari ruangan kelas dan mengawasi siswa dari luar kelas
Tidak
12 Guru berinteraksi dengan siswa dengan cara berdiri di
muka kelas untuk memberikan penjelasan atau jawaban kepada siswa secara perorangan
Tidak
13 Guru membiarkan siswa untuk berkeliling dari satu
kelompok ke kelompok lainnya sehingga kerja sama kelompok menjadi kacau
Tidak
14 Guru dan siswa terlibat percakapan serius sehingga kelas
menjadi gaduh dan mengganggu siswa lain Tidak
15 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaan
masing-masing sehingga suasana menjadi kaku Tidak
Catatan : lihat lampiran 4c
Tabel 5.8 diatas menunjukkan aktivitas guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung pada siklus II. Dalam
tabel tampak bahwa guru menjelaskan metode pembelajaran tipe jigsaw
namun tidak secara mendetail hal ini karena guru telah menjelaskannya
pada siklus
I sehingga
guru hanya
sekedar memberitahukan kembali saja. Guru mengorganisasikan pokok
bahasan tindakan ekonomi berdasarkan motif ekonomi yang bersifat umum menjadi pokok bahasan yang lebih sempit sehingga lebih
memudahkan siswa dalam memahami materi, guru juga ikut berperan dalam pembentukan kelompok kooperatif mulai dari pengklasifikasian
data awal, pembentukan kelompok asal hingga akhirnya terbentuk kelompok ahli. Selain itu guru juga mendorongmemotivasi siswa agar
dapat terlibat dalam diskusi kelompok, selain dorongan guru juga memberikan
kesempatan siswa
berdiskusi untuk
memaparkan pendapat dan pemikirannya serta mendorong agar siswa mampu
bekerja sama di dalam kelompok diskusinya. Kemudian untuk memantau jalannya diskusi kelompok guru juga mengamati jalannya
diskusi sehingga jika ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa maka guru dapat membantu memberikan solusi. Guru mengamati diskusi
kelompok tidak hanya pada beberapa kelompok saja melainkan pada seluruh kelompok, tidak hanya jika ada kelompok yang mengalami
kesulitan saja, dari sini maka terjalin sebuah interaksi antara guru dengan siswa atau kelompok. Selama berinteraksi dengan siswa atau
kelompok, guru juga menumbuhkan semangat kerja para siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah dan mencapai tujuan dari
pembelajaran. Berbeda dengan siklus I, Dalam siklus II ini banyak siswa yang sudah mengerti dengan prosedur pelaksanaannya sehingga
guru tidak harus menjelaskan kembali prosedurnya di dalam kelompok.
Di sini waktu yang dimiliki oleh guru cukup longgar dikarenakan seluruh media telah dibagikan kepada siswa sehingga
konsentrasi guru tertuju dalam mengamati jalannya diskusi kelompok. Dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II manajemen waktu dari
guru lebih baik, terutama ketika jalannya diskusi baik dalam kelompok ahli maupun kelompok asal serta ketika presentasi.
2 Pengamatan terhadap siswa Pengamatan terhadap siswa dilakukan peneliti dimulai dari awal
sampai dengan akhir pembelajaran, yaitu dengan catatan anecdotal siswa lampiran 6c.
Motivasi siswa dalam megikuti proses pembelajaran ini tampak dalam tabel sebagai berikut: lampiran 7c.
Tabel 5.9 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II
No. Deskripsi
Target Nilai
Relatif Catatan
1 Keinginankemauan
belajar 3,5
3,9
Sangat baik,
siswa merasa senang dan
tertarik dengan
materi pelajaran,
terutama pelajaran
ekonomi 2
Hasrat berprestasi 3,0
3,7
Sangat baik,
siswa belajar
giat setiap
hari untuk
mendapatkan prestasi dan
malu jika
mendapat nilai yang jelek
3 Hasrat
mengerjakan tugas
3,0
3,9
Sangat baik,
siswa mengerjakan
tugas dengan
sungguh- sungguh
dan berdiskusi
dengan teman dan guru jika
mengalami kesulitan 4
Ganjaran sebagai akibat akhir belajar
3,0
3,6
Sangat baik,
siswa tidak merasa tersaingi
dengan nilai teman yang lain yang lebih
baik
dan siswa
belajar giat
untuk mendapatkan hadiah
sebagai ganjaran dari hasil belajar
5 Hasrat
mengikuti pelajaran
3,5
3,8
Sangat baik,
siswa tidak
ada yang
membolos, mereka
mempersiapkan materi
pelajaran sebelum
memulai pelajaran
6 Hasrat
mendapat simpati
3,0
3,6
Sangat baik,
siswa senang
jika mendapatkan simpati
dari orang
tua ataupun guru
7 Hasrat untuk menang
3,5
4,3
Sangat baik,
siswa merasakan aman bila
mengikuti dan
menguasai materi
pelajaran
Keterangan:
Nilai Relatif Nilai Mutu
› 3,54 Sangat Baik
3,17 – 3,54 Baik
2,79 – 3,16 Cukup Baik
2,41 – 2,78 Buruk
‹ 2,40 Sangat Buruk
Tabel 5.9 menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II. Di sini tampak bahwa Hasrat dan
keinginan belajar nilai relatifnya 3,9 termasuk kategori sangat baik, karena siswa sadar, tertarik dan senang mempelajari materi ekonomi.
Hasrat berprestasi nilai relatifnya 3,7 termasuk kategori sangat baik, karena beberapa siswa termotivasi belajar untuk meningkatkan prestasi
belajarnya dan mereka malu jika mendapatkan nilai yang jelek. Hasrat mengerjakan tugas nilai relatifnya 3,9 termasuk kategori sangat baik,
karena siswa mendiskusikan tugas yang sukar dengan guru dan teman dan siswa juga mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Ganjaran
sebagai akibat akhir belajar nilai relatifnya 3,6 termasuk kategori sangat baik, karena siswa tidak merasa tersaingi
bila teman
mendaptkan nilai yang lebih baik dan menyadari bahwa hadiah bukan sebuah motivasi utama dalam belajar Hasrat mengikuti pelajaran nilai
relatifnya 3,8 termasuk kategori sangat baik, karena siswa selalu mangikuti
pelajaran, mempersiapkan
sesuatu yang
mendukung pelajaran dan tidak ada yang ,membolos, siswa sudah tidak keluar
masuk kelas lagi. Hasrat mendapat simpati nilai relatifnya 3,6
termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru bahkan
temannya sendiri. Hasrat untuk menang nilai relatifnya 4,3 termasuk kategori sangat baik, karena banyak siswa yang merasa aman jika
mengikuti pelajaran dan menguasai materi pelajaran. d. Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, evaluasi, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap tingkat pemahaman siswa.
Refleksi yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir sekaligus sebagai refleksi pada akhir siklus pertama. Berikut
ini dipaparkan hasil refleksi siklus pertama: 1 Kesan
guru terhadap
perangkat pembelajaran
dan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 5.10 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran
dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II No
Uraian Komentar
1 Kesan
guru terhadap
komponen pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran dengan metode jigsaw. Sudah baik
2 Kesan guru terhadap aktivitas siswa
selama kerja kelompok. Bagus,
siswa mau
mengajukan pertanyaan,
mengemukakan ide-ide,
dapat mengorganisasikan
kelompoknya 3
Kesan guru terhadap minat siswa selama pembelajaran
dengan menerapkan
metode jigsaw. Siswa semakin termotivasi
untuk belajar
4 Hambatan yang ditemui, jika nanti guru
akan merencanakan
kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw seperti yang telah dilakukan
Pembagian kelompok yang terlalu memakan waktu yang
sedikit lama
5 Hal-hal yang mendukung jika nanti guru
merencanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode jigsaw
Pertanyaan-pertanyaan yang akan
didiskusikan lebih
spesifik 6
Manfaat yang
diperoleh dalam
merencanakan dan
menerapakan rencana
pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw Siswa mempunyai motivasi
dan konsentrasi
dalam pelajaran
7 Hal-hal apa saja yang masih perlu
diperbaiki kembali dari pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw
seperti yang telah dilakukan Bahan
diskusi yang
mendukung pemahaman
siswa pada materi, dalam hal ini adalah pertanyaan yang
lebih spesifik
Catatan : lihat lampiran 8b
Tabel 5.10 diatas memperlihatkan kesan guru mitra terhadap perangkat
pembelajaran dan
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw setelah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan
perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Kesan guru dalam hal komponen, materi dan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan yaitu
sudah lebih baik bila dibandingkan dengan siklus pertama. Kemudian dalam
kaitannya dengan
siswa, dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan konsentrasi belajar siswa dimana bisaanya hanya guru yang menjadi pusat
pembelajaran di sini siswa belajar untuk menjadi pusat atau pelaksana pembelajaran dan guru hanya menjadi motivator. Hambatan serta hal-hal
yang masih perlu diperbaiki masih sekitar pada pemilihan materi dan pertanyaan yang lebih spesifik dan tepat. Dalam siklus II, secara
keseluruhan guru memberikan tanggapan positif terhadap jalannya proses pembelajaran meskipun masih ada hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
2 Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Kesan siswa terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada refleksi siswa terhadap
perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat pada tabel berikut: lampiran 9b
Tabel 5.11 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
Skala penilaian No
. Aspek yang diamati
Sangat Senang
Senang Tidak
Senang Sangat
Tidak Senang
1. Bagaimanakah
mengenai komponen kegiatan mengajar ini:
a. Topik ekonomi yang dipelajari
b. Materi Ajar c. Lembar Kerja
Siswa d. Suasana Kelas
e. Penampilan Guru f.
Keterampilan kooperatif yang
dilatihkan 27,77
13,88 11,11
19,44 16,66
22,22 69,44
86,11 86,11
55,55 75
66,66 -
- 2,77
22,22 8,33
8,33 -
- -
2,77 -
2,77
Berminat Tidak Berminat
2. Apakah anda berminat
untuk Kegiatan Belajar Mengajar
KBM berikutnya seperti yang telah
Anda ikuti? 86,11
13,88
Ya Tidak
3. Selama kerja
kelompok saya: a. Mendengarkan
orang lain b. Mengajukan
pertanyaan c. Mengorganisasik
an ide-ide saya d. Mengorganisasik
an kelompok e. Mengacaukan
kegiatan f.
Melamun 50
66,67 66,67
77,78 13,89
8,33 50
3,33 3,33
22,22 86,11
91,67 Komentar
4. Keuntungan yang saya
peroleh dalam pembelajaran dengan
menggunakan perangkat model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Sebanyak 69,44 siswa merasa cepat mengerti dan senang dengan pelajaran
ekonomi. Selebihnya siswa belajar berpikir
kritis, membangun
kerja sama,
tidak tegang,
dan belajar
berbagi. Komentar
5. Hambatan yang saya
temui, selama mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
seperti yang telah dilakukan.
Sebanyak 52,78 siswa menyatakan tidak ada hambatan, 33,33 siswa
kurang konsentrasi,
serta 13,89
suasana kelas yang ramai.
Tabel 5.11 diatas menunjukkan kesan siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kesan
siswa terhadap komponen pembelajaran cukup positif. Tampak pada tabel bahwa sebesar 27,77 siswa sangat senang dan 69,44 siswa
senang terhadap topik ekonomi yang dipelajari. Selanjutnya sebesar 13,88 siswa sangat senang dan 86,11 siswa senang materi ajar.
Sebanyak 11,11 siswa sangat senang dan 88,11 siswa senang terhadap lembar kerja siswa, namun sebanyak 2,77 tidak senang
dengan lembar kerja siswa. 19,44 siswa sangat senang dan 55,55 siswa senang dengan suasana kelas, namun sebanyak 22,22 tidak
senang dengan suasana kelas dan bahkan 2,77 ada yang sangat tidak senang dengan suasana kelas. 16,66 siswa sangat senang dan
75 siswa senang dengan penampilan guru, namun sebannyak 8,33 tidak senang dengan penampilan guru . 22,22 siswa sangat senang
dan 66,66 siswa senang terhadap keterampilan kooperatif yang dilatihkan namun ada 8,33 yang tidak senang dengan keterampilan
kooperatif yang dilatihkan, dan bahkan 2,77 siswa sangat tidak senang dengan keterampilan kooperatif yang dilatihkan. Hambatan
yang dialami siswa berupa 33,33 siswa menyatakan kurang konsentrasi, 13,89 siswa menyatakan suasana kelas ramai, serta
52,78 siswa menyatakan tidak ada hambatan. Di samping itu siswa juga berperan aktif dalam kerja kelompok, hal ini terlihat dari 50
siswa mendengarkan orang lain, 66,67 siswa mengajukan pertanyaan, 66,67 siswa mengorganisasikan ide-ide, 77,78 siswa
mengorganisasikan kelompok, 86,11 siswa tidak mengacaukan kegiatan, serta 91,67 siswa tidak melamun. Siswa juga memiliki
minat yang tinggi 86,11 untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
metode pembelajaran
kooperatif tipe
Jigsaw pada
pembelajaran berikutnya seperti yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II.
Dari data tersebut tampak bahwa kesan mereka terhadap komponen kegiatan belajar topik yang dipelajari, suasana kelas,
penampilan guru, dan sebagainya sebagian besar siswa merasa tertarik dan menikmati karena adanya sesuatu hal yang berbeda.
Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa yaitu berdiskusi, berpendapat, dan bertanya. Kemudian tanggapan siswa terhadap
minat mereka untuk mengikuti KBM berikutnya dengan metode yang
sama sebagian besar dari siswa berminat untuk mengikuti dengan alasan karena pelajarannya tidak membosankan, menyenangkan, bisa
bersosialisasi. Hal ini menunjukkan adanya indikator bahwa selama ini siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan selama ini,
ada yang takut terhadap guru sehingga suasana kelas menjadi tegang. Sementara beberapa hambatan dari siswa terkait penerapan metode
koopertif tipe jigsaw yaitu ketika ada anggota kelompok yang tidak ikut ambil bagian, ketika ada perbedaan pendapat dan masing-masing
berdiri pada pendiriannya masing-masing sehingga sulit dalam mengambil keputusan, jika ada anggota kelompok yang tidak
memahami materi sehingga ketika menjelaskan kepada kelompok asal anggota kelompok belum dapat memahami materi yang
disampaikannya.
B. Analisis Komparasi Tingkat Motivasi Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran
Ekonomi
1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan perilaku
manusia termasuk perilaku pelajar. Berikut ini disajikan tabel tentang hasil
analisis angket motivasi siswa terhadap model pembelajaran tipe Jigsaw, dimana penentuan target ini didasarkan pada kondisi awal pra-penelitian:
Tabel 5.12 Indikator Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I
dan Siklus II Indikator
Keberhasilan Deskripsi
Kondisi Awal
Target Siklus I
Siklus II Deskriptor
Keinginankemau an belajar
2,8 3,5
3,8 3,9
Jumlah siswa yang mempunyai
keinginankemaua n untuk belajar
Hasrat berprestasi 2,4
3,0
3,5 3,7
Jumlah siswa yang mempunyai hasrat
untuk berprestasi
Hasrat mengerjakan
tugas 2,4
3,0
3,4 3,9
Jumlah siswa yang mempunyai hasrat
untuk mengerjakan tugas
Ganjaran sebagai akibat
akhir belajar
2,6 3,0
3,2 3,6
Jumlah siswa yang mempunyai hasrat
mendapat ganjaran sebagai akibat dari
akhir belajar
Hasrat mengikuti pelajaran
2,9 3,5
3,7 3,8
Jumlah siswa yang mempunyai hasrat
mengikuti pelajaran
Hasrat mendapat simpati
2,6 3,0
3,2 3,6
Jumlah siswa yang mempunyai hasrat
untuk mendapatkan
simpati
Hasrat untuk
menang 2,5
3,5 4,3
4,3 Jumlah siswa yang
mempunyai hasrat untuk menang
Tabel 5.12 menunjukkan indikator keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif terhadap motivasi siswa berdasarkan pelaksanaan
tindakan. Berdasarkan
tabel, dapat
kita lihat
bahwa hasrat
keinginankemauan untuk belajar nilai relatifnya pada siklus I sebesar 3,8 dan pada siklus II sebesar 3,9; hasil ini naik sebesar 0,1 dikarenakan pada
siklus II materi yang dipelajari banyak dan sulit sehingga siswa serius belajar. Hasrat berprestasi nilai relatifnya pada siklus I sebesar 3,5 dan
pada siklus II sebesar 3,7 tampak bahwa hasrat untuk berprestasi mengalai kenaikan sebesar 0,2, karena dalam siklus II siswa ingin mendapat nilai
yang lebih dibandingkan dengan siklus I. Hasrat mengerjakan tugas pada siklus I sebesar 3,4 dan pada siklus II sebesar 3,9; hasil ini mengalami
kenaikan sebesar 0,5, dikarenakan tugas yang diberikan lebih sulit sehingga siswa mengerjakan tugas dengan baik. Ganjaran sebagai akibat
akhir belajar pada siklus I nilai relatifnya sebesar 3,2 dan pada siklus II sebesar 3,6 tampak bahwa hasil ini meningkat, karena siswa termotivasi
dalam belajar untuk mendapatkan ganjaran sebagai akibat dari akhir belajar yaitu prestasi. Hasrat mengikuti pelajaran pada siklus I nilai
relatifnya sebesar 3,7 sedangkan pada siklus II sebesar 3,8; hasil ini meningkat sebesar 0,1 , karena siswa tertarik dengan pembelajaran yang
diterapkan sehingga hasrat untuk mengikuti pelajaran sangat baiktinggi. Hasrat mendapat simpati pada siklus I nilai relatifnya sebesar 3,2 dan
siklus II nilai relatif sebesar 3,6; hasil ini meningkat sebesar 0,4; karena siswa termotivasi belajar untuk mendapatkan simpati dari orang-orang
disekelilingnya, seperti : orang tua, guru dan teman-teman yang lain. Hasrat untuk menang pada siklus I nilai relatifnya sebesar 4,3 dan siklus II
nilai relatifnya sebesar 4,3, hasil ini stabil karena siswa sadar bahwa mengikuti dan menguasai materi pelajaran itu membuat mereka marasa
aman dan semakin termotivasi untuk belajar. Dengan demikian penerapan proses pembelajaran kooperatif terhadap
motivasi siswa pada masing-masing siklus dikatakan berhasil karena memenuhi kriteria yang baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penerapan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
121
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN