Menurut Hasibuan 1994:164, pengelolaan kelas meliputi manusia dan non manusia. Manusia yang dimaksud adalah siswa sedangkan non
manusia adalah tempat belajar mengajar. Dengan demikian pengelolaan kelas menunjuk pada pengaturan orang siswa dan pengaturan fasilitas,
yaitu bagaimana seorang guru mampu mengatur sarana belajar yang digunakan. Menurut Proyek Pengembangan Pendidikan Guru P3G,
pengelolaan kelas merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh guru, yang dirumuskan ke dalam Kemampuan Dasar Keguruan
KDK. Kemampuan guru dalam mengelola kelas ini dibagi ke dalam dua sub kemampuan yaitu mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
2. Masalah-Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Terjadi masalah pengelolaan kelas apabila ada kesenjangan antara tingkat keterlibatan siswa yang seharusnya dalam proses belajar mengajar
dengan keterlibatannya yang nyata-nyata terjadi. Kesenjangan ini dapat terjadi karena berbagai sumber atau sebab, yaitu orang siswa, guru,
sarana media pengajaran dan fasilitas fisik, dan organisasi perubahan jadwal, pergantian guru, dan struktur organisasi.
Masalah pengelolaan kelas yang akan dibahas adalah masalah pengelolaan yang ditimbulkan oleh siswa, yang kemudian dikelompokkan
ke dalam dua macam masalah, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Masalah Individual Ada empat macam siasat yang akan dilakukan oleh individu dimana
tingkah laku tersebut sebenarnya merupakan dari upaya untuk mencapai tujuan pemenuhan suatu kebutuhan, khususnya kebutuhan
akan harga diri dan kebutuhan diterima oleh kelompoknya. Apabila kebutuhannya tersebut tidak bisa diterima oleh lingkungannya dengan
cara biasa ataupun wajar maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan menggunakan cara-cara lain. Empat
macam siasat tersebut dirinci oleh Gilarso 1993:5-6, sebagai berikut: 1 Memancing perhatian, misalnya dengan membadut atau ramai di
kelas aktif atau bekerja serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan perhatian ekstra pasif.
2 Konfrontasi atau mencari kuasa, misalnya dengan membandel, membantah, bertindak emosional, bermalas-malasan
demonstratif atau selalu “lupa” dengan aturan-aturan yang berlaku.
3 Balas dendam mungkin karena pernah tersinggung atau merasa dipermalukan, misalnya dengan cara menyakiti atau mengejek
orang lain yang lebih lemah atau kecil. 4 Memboikot, berlagak menyerah atau tak berdaya, pasif, apatis,
acuh tak acuh. Atau bahkan menolak sama sekali untuk melakukan apapun.
Gilarso 1993:5-6 mengatakan bahwa berbagai masalah pengelolaan kelas tersebut dapat dipandang sebagai berbagai tingkat “intensi”
siswa. Intensi pertama dan kedua masih menunjukkan adanya semangat atau gairah untuk belajar. Sedangkan intensi ketiga dan
keempat sudah menunjukkan hilangnya semangat belajar. Dengan demikian, apabila timbul masalah individual maka guru dapat
menghadapi intensi-intensi tersebut melalui kepekaan dan pengalamannya selama mengajar.
b. Masalah Kelompok L. V. Johnson dan M. A. Bany Gilarso, 1993:6 mengemukakan tujuh
kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Kelas kurang kompak karena adanya perbedaan jenis kelaminsukustatus sosialdan lain-lain sehingga menyebabkan
timbulnya “klik-klik” dalam kelas. 2 Kelas “mbandel”, sukar diatur, suka berontak terhadap peraturan
dan “kebal” terhadap norma-norma tingkah laku dan ketentuan yang berlaku, misalnya sengaja berbicara keras-keras di kelas,
membolos, ramai, teriak-teriak, dsb.
3 Kelas berinteraksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya dengan mengejek, memojokkan, mengkambinghitamkan,
dsb. 4 Kelas justru “membombong” anggota kelas yang melanggar
norma-norma kelompok, misalnya memberi dukungan kepada siswa yang melakukan pelanggaran atau kepada badut kelas.
5 Kelas mudah sekali dialihkan perhatiannya dari tugas yang sedang dikerjakan, tidak bisa konsentrasi atau mudah buyar perhatiannya.
6 Semangat kerja rendah, lamban dan malas, dan melakukan aksi protes terhadap guru karena menganggap tugas-tugas yang
diberikan terlalu banyak, kurang adil, dsb. 7 Kelas sukar menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya
perubahan jadwal, dan pergantian guru. Setiap permasalah memiliki penanganan yang berbeda-beda maka
seorang guru perlu untuk mendiagnosis terlebih dahulu agar dalam melakukan tindakan korektif tidak terjadi kesalahan yang dapat
menimbulkan masalah yang baru lagi. Dengan demikian, guru diharapkan peka terhadap situasi yang terjadi di dalam kelas serta
mencoba untuk menanggapi sumber atau sebab masalahnya itu. Guru perlu untuk memperhatikan dan mengamati berbagai hal yang terjadi
di dalam kelas.
3. Bidang-Bidang Pengelolaan Kelas