Hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar (studi penelitian di kelas X Akuntansi SMK Lebak Bulus Jakarta)

(1)

(Studi Penelitian Di Kelas X Akuntansi SMK Lebak Bulus Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

KHOERUL BADRIAH 105011000018

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sub-variabel persepsi siswa pada mata pelajaran PAI (penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Lebak Bulus Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling dari seluruh siswa kelas X SMK Lebak Bulus Jakarta tahun ajaran 2009-2010 yang berjumlah 217 . Persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diukur dengan skala persepsi model likert yang meliputi aspek, penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dan hubungan antara guru dan siswa.

Data prestasi belajar diambil dari nilai rata-rata semester 1 kelas X siswa SMK Lebak Bulus Jakarta tahun ajaran 2009-2010 pada mata pelajaran PAI yang terdiri dari bidang Fiqih, Al-Qur’an, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Islam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta. Hubungan positif dan signifikan juga ditunjukkan oleh masing-masing sub-variabel persepsi tersebut. Disiplin siswa dalam lingkungan kelas memiliki korelasi dan kontribusi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta disarankan kepada guru agar dapat mengembangkan persepsi siswa baik penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dan hubungan antara guru dan siswa di sekolah, dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran, sehingga siswa dapat meraih prestasi yang optimal, dan kepada orang tua agar lebih meningkatkan perhatiannya dalam mengembangkan persepsi diri anak yang positif terkait dengan penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dan hubungan antara guru dan siswa dengan pribadi seorang anak agar mereka dapat meraih prestasi belajar yang optimal, serta kepada siswa SMK Lebak Bulus Jakarta disarankan untuk lebih meningkatkan persepsi dalam belajar, sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal, terutama persepsi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.


(3)

kepadaNya, tiada Tuhan selain Dia, pencipta alam semesta beserta isinya. Dengan kasih sayang serta ridhaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Prestasi Belajar Studi Penelitian Di Kelas X Akuntansi SMK Lebak Bulus Jakarta”.

Salawat dan salam selalu untuk Rasulullah saw, Rasul mulia dan penutup para nabi. Beliau adalah rasul yang membawa cahaya bagi alam semesta melalui wahyu yang mulia yakni Al-Qur’an. Mudah – mudahan kita termasuk orang yang konsisten berpegang teguh pada ajaran Rasulullah saw. Amin.

Alhamdulillah dengan dukungan semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengucapkan terima kasih kapada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi. Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

4. Siti Khodijah, MA. Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang telah dengan penuh ketulusan dan kesabaran dalam memberikan petunjuk dan pengarahan dalam membimbing penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Drs.Hj.Siti Salmiyah, dosen pembimbing akademik penulis

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh keihlasan dan tanggung jawab mendidik penulis selama menempuh studi.

1 i


(4)

telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian, berkat bantuan dan kerja sama mereka akhirnya skripsi ini selesai di buat. Semoga Allah merahmati mereka.

9. Kedua orang tua penulis, Bpk. Abdul Muiz dan Ibu. Encah, semoga Allah SWT memuliakan beliau dan mengangkat derajatnya, karena tanpa beliau penulis tidaklah memiliki arti apa – apa.

10. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, khususnya untuk Teh Siti Haroh, Teh Nurhayati, serta adikku Abdul Wahab dan Ahmad Fadhilah.

11. Nhoer Arif Wicaksono, S.Kom. yang selalu pengertian, sabar memberikan perhatian, dukungan dan semangat yang sangat berarti serta mendoakan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

12. Sahabat-sahabat penulis jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan tahun 2005, (Fadhia, Iin Qurrotul Aini, Nur Rohmah, Nur Awwalia, Susilawati, Rifatul Hasanah, Nur aliyah, Ahmad Fauzi, Ahmad Fikri, beserta yang lain) khususnya kelas A yang selalu memberikan kenangan manis saat menjalani hari-hari kuliah, setia mendengarkan curhatan penulis, dan menemani penulis di kala senang dan susah.

Penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini di balas oleh Allah swt.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan keilmuan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 November 2010 Khoerul Badriah

2 i


(5)

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik... 8

1. Pendidikan Agama Islam …...8

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 8

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam... 10

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 14

2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam... 17

a. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam... 17

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 19

c. Pengukuran Prestasi Belajar... 24

3. Persepsi... 27

a. Pengertian Persepsi... 27

b. Ciri-ciri Persepsi... 31

c. Proses Terjadinya Persepsi... 32

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi... 34

e. Persepsi dan Prestasi Belajar PAI... 37

f. Pengukuran Persepsi... 39

B. Kerangka Berpikir... 40

C. Hipotesis Penelitian... 42


(6)

D. Metode Penelitian... 45 E. Teknik Pengumpulan Data... 45 F. Teknik Analisa Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data... 52 B. Pengujian Persyaratan Analisis... 59 C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan (Diskusi)... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 68 B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

Tabel III. 2. Hasil Uji Skala Persepsi Siswa Pada Mata Pelajaran PAI...48 Tabel III. 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Pada Mata Pelajaran PAI...49 Tabel IV. 1. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Jenis

Kelamin...53 Tabel IV. 2. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Urutan

Kelahiran...54 Tabel IV. 3. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga...54 Tabel IV. 4. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Jenis

Bacaan...55 Tabel IV. 5. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua...56 Tabel IV. 6. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Pendidikan Orang Tua... 57 Tabel IV. 7. Gambaran Umum Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta Berdasarkan Penghasilan

Orang Tua Tiap Bulan...58 Tabel IV. 8. Proporsi Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...59 Tabel IV.9. Hubungan Antara Persepsi dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...60 Tabel IV.10. Perhitungan Koefisien Determinasi Persepsi Terhadap Prestasi Belajar

Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...61 Tabel IV.11. Hubungan Sub-Variabel Persepsi dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...63 Tabel IV.12. Perhitungan Analisis Regresi Sub-Variabel Persepsi Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...65 Tabel IV.13. Perhitungan Analisis Regresi Per Sub-Variabel Persepsi dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta...72


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam pembinaan kepribadian seseorang. Pendidikan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Tujuan pendidikan sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 tahun 2003 pasal 3, yang menjelaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah yang disebut dengan pendidikan formal, diajarkan beberapa mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan

1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, 2006), cet.3,hlm.139-140


(9)

Tinggi.

Pendidikan Agama Islam itu tidak lepas dari pengajaran agama, yaitu pengetahuan yang ditunjukkan kepada pemahaman-pemahaman hukum, syariat-syariat, kewajiban-kewajiban, batas dan norma-norma yang harus dilakukan dan diindahkan. Pendidikan agama harus memberikan nilai-nilai yang dapat dimiliki dan diamalkan oleh anak didik, supaya semua perbuatannya dalam hidup mempunyai nilai-nilai agama atau tidak keluar dari norma agama.2

Keberhasilan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat ditunjukkan dari prestasi belajar mereka di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Prestasi belajar menurut Slavin (dalam Eni Rosda Syarbaini, 2002) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami oleh siswa yang menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi. Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian guru terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.3

Untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Eni Rosda, (2007) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah intelegensi, minat, bakat, motivasi, persepsi dan konsep diri.4 Persepsi termasuk dalam faktor internal diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jadi tinggi rendahnya prestasi belajar salah satunya dipengaruhi oleh faktor persepsi.

Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan mengiterpretasikan kesan-kesan sensori dalam usahanya memberikan makna tertentu kepada lingkungan.5

2 Zakiah Daradjat, kesehatan Mental,( Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), cet,XV1, hlm.130-131

3 Eni Rosda Syarbaini, “Hubungan Antara Konsep Diri dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002), hal. 6.

4 Eni Rosda Syarbaini,”Bahan Ajar Psikologi Pendidikan Untuk Mahasiswa FITK” ,

(2007)


(10)

Selanjutnya J Leavitt menjelaskan bahwa persepsi ialah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.6 Dan persepsi akan mencakup proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Persepsi itu selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang.7

Persepsi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam sangat mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran. Bagi siswa yang senang terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menganggap bahwa materi Pendidikan Agama Islam mudah untuk dipahami dan dapat mengerjakan tugas-tugas Pendidikan Agama Islam dengan baik. Sebaliknya, bagi siswa yang tidak senang terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam malas dalam belajar.

Menurut Osgood ada tiga dimensi dasar yang terkait dengan persepsi, yakni evaluasi (baik-buruk), potensi (kuat-lemah) dan aktivitas (aktif-fasif). Dimensi evaluasi merupakan dimensi utama yang mendasari persepsi.8 Sejalan dengan Osgood Young mengemukakan persepsi terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi penilaian dan aktivitas.9

Apabila persepsi siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam positif, maka dapat menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya bila persepsi siswa negatif maka berakibat menurunnya prestasi belajar.

Sehubungan dengan persepsi ini, penelitian yang dilakukan oleh Syarif Yusniarsyah untuk Tesis Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Tentang “Pengaruh Persepsi Siswa Terhadap Pengajaran Guru dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Jurusan Bangunan Pada Bidang Studi Mekanika Teknik SMK Teknologi Di Kotamadya Pontianak”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang

6 Harold J Leavitt. Psikologi Manajemen,(Jakarta:Erlangga, 1978), edisi ke-4 hlm.27 7 Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam (Jakarta: Kencana,2004),cet. Ke-1, hlm. 88-89

8 Shelley E Taylor, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.48, edisi ke 12 9 Http: // ww. Infoskripsi. com


(11)

signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran guru dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi mekanika teknik sebesar 0,335.

Berdasarkan pengamatan dan kenyataan yang penulis temukan selama melakukan observasi pendahuluan di sekolah SMK Lebak Bulus Jakarta. Permasalahan yang muncul dalam proses belajar dan pembelajaran di SMK Lebak Bulus dimana siswa lebih memberikan penilaian yang positif terhadap (Matematika, Fisika, IPA) yang ditunjukkan dengan perhatian yang besar dalam belajar, semangat yang tinggi dan rajin dalam belajar. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kurang memberikan perhatian yang serius dalam proses belajar dan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Prestasi Belajar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi berbagai masalah diantaranya:

1. Prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil yang optimal.

2. Persepsi siswa SMK Lebak Bulus Jakarta terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih ada yang memiliki persepsi negatif.

3. Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta kurang serius dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta kurang disiplin dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


(12)

5. Aktivitas siswa SMK Lebak Bulus Jakarta dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang efektif.

6. Kurang adanya hubungan yang baik antara siswa dan guru Pendidikan Agama Islam.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih terarahnya penelitian ini dibatasi pada:

1. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang diperoleh dari nilai rapor semester I kelas X SMK Lebak Bulus Jakarta selama tahun ajaran 2009/2010.

2. Persepsi yang dimaksud disini adalah pandangan siswa kelas X SMK Lebak Bulus Jakarta tahun ajaran 2009/2010 terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terkait dengan penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar ?

2. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara sub-variabel persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan


(13)

antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar siswa?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar.

b. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Ada tidaknya hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar.

2) Ada tidaknya hubungan antara sub variabel persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa dalam pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta.

2. Kegunaan Penelitian


(14)

bersifat teoritis maupun praktis.

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang prestasi belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan persepsi.

b. Secara Praktis

1) Bagi para pendidik

a) Memberikan informasi tentang pengembangan persepsi siswa SMK Lebak Bulus Jakarta guna mempertinggi efektivitas kegiatan belajar mengajar.

b) Mendorong para pendidik untuk membimbing siswa SMK Lebak Bulus Jakarta dalam mengembangkan persepsi yang positif.

2) Bagi siswa SMK Lebak Bulus Jakarta

Mendorong siswa SMK Lebak Bulus Jakarta untuk mengembangkan persepsi yang positif dalam upaya mencapai prestasi belajar yang optimal.


(15)

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama

Islam

Sebelum membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan

Menurut Hasbullah Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.1

Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaiman dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa pendidikkan adalah "usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan".2

Dalam undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

1 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.1

2 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997) cet.1, hlm.9


(16)

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3

Menurut Ramayulis dalam Ilmu Pendidikan Islam, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan dilembaga pendidikan formal (Sekolah) dan non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan.4

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk memberikan bimbingan dalam mengubah pola pikir, sikap, pandangan hidup dan mengarahkan potensi yang dimiliki anak agar dapat berkembang dengan baik sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohaninya. Melalui pendidikan diharapkan anak dapat memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dapat mengantarkannya pada cita-cita yang diharapkan dan menjadikannya berguna bagi masa depannya kelak serta berguna bagi bangsa dan negara.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat, adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak.5

Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad Tafsir dalam Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam menyatakan bahwa Pendidikan Agama

3Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), hlm.34

4 Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 18


(17)

Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.6 Sebagai

usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.7

Sementara itu di dalam GPBB PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini , memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional. 8

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan melalui ajaran agama Islam agar peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

1) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan. Demikian pula halnya dalam Pendidikan Agama Islam, maka tujuan itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan.

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam

6 Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Pt: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.32

7 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, hlm. 130.

8 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya, 2001) cet.1, hlm.75-76


(18)

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.9

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat tujuan pendidikan agama Islam ialah "untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaan".10

Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Al-Abrasyi yang dikutif oleh Ramayulis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia karena pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam.

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat..

3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.

5) Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerjaan tertentu agar dapat ia mencari rezeki dalam hidup

9 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam,…hlm,78

10Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CVRuhama,1995), Cet.2, hlm. 35


(19)

disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.11

Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul “ Metodologi Pengajaran Agama Islam” menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu harus meliputi tiga aspek (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.12 Untuk aspek kognitif, tujuannnya adalah

mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar siswa paham akan ajaran Islam, mengembangkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an dan tarikh Islam. Pada aspek afektif, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.13

Dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman :

$

tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urž wÎ)Èbr߉ç7÷èu‹Ï9ÇÎÏÈ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah mewujudkan manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dengan kata lain tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya.

2) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani bahwa fungsi

11 Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam...,hlm.137

12 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), cet.3, hlm.86


(20)

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah sebagai berikut: a) Pengembangan

Pengembangan merupakan upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan sehingga nilai keimanan dan ketakwaannya terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b) Penanaman Nilai

Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

c) Penyesuaian Mental

Penyesuaian mental yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannnya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d) Perbaikan

Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e) Pencegahan

Pencegahan berfungsi untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannnya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f) Pengajaran

Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata), sistem, dan fungsionalnya.


(21)

Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.14

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah, yakni untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam sehingga nilai-nilai agama bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam memiliki cakupan sangat luas, yang memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di akhirat nanti. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni:

1) Keimanan (Ilmu Tauhid)

Iman berarti percaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan disebut juga ilmu tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yaitu yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para rasul Allah, kepada Hari Kiamat, dan kepada Qada dan Qadar.

14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, 2006), cet.3,hlm.134-135


(22)

2) Akhlak

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan dengan “tingkah laku” atau “budi pekerti”.Akhlak merupakan sikap yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara spontan dan konstan. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Dalam pelaksanaannya, pengajaran akhlak berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik.

3) Ibadah ( Ilmu Fikih)

Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini dimuat dalam ilmu Fikih. Pelajaran fiqih tidak hanya membicarakan ibadah saja, tetapi lebih banyak membicarakan kehidupan sosial seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan, makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Selanjutnya materi yang dibicarakan dalam ilmu fiqih itu dapat diamalkan dalam rangka berbuat baik yang dihargai sebagai suatu ibadat dengan niat yang ikhlas karena Allah.

4) Muamalah

Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fikih. Muamalah adalah tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan benda/alam seluruhnya. Ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial antara manusia,


(23)

yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara menggunakan dan mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti Negara (perbendaharaan negara = baitul mal).

5) Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat, dan sumber utama ajaran Islam. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya pengenalan huruf Hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti, dan lainnya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.15

6) Tarikh (Ilmu Sejarah)

Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya agama Islam, keadaan tanah arab sebelum Islam datang, riwayat hidup nabi Muhammad Saw, Agama kepercayaan di

15 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, hlm. 89.


(24)

zaman nabi, perkembangan penganut agama Islam dan perluasan daerah, peperangan yang dilakukan Nabi Muhammad dan para sahabat melawan orang kafir, dan masih banyak lainnya.

7) Syariah (Ilmu Hukum)

Syariah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/ hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang pertama dalam ajaran Islam. Ruang lingkup syariah (ilmu hukum) meliputi pemunculan dan pengukuhan berlakunya hukum Islam dalam masyarakat sampai kepada berbagai hukum dalam kehidupan manusia sehari-hari.16

Dalam membahas dan mempelajari ruang lingkup pendidikan agama Islam yang sangat luas ini, maka pelaksanaannya dilihat dari jenis lembaga pendidikan, tingkatan kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didik sebagai sasaran pendidikan.

Adapun Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan di SMK Lebak Bulus Jakarta yang menjadi lokasi penelitian ini, mencakup aspek Fikih, Al-Qur’an, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Islam.

2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan

Agama Islam

Sebelum menjelaskan prestasi belajar, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian belajar.

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar bahwa: “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan sifat, jenis dan 16 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pendidikan ..., hlm. 112.


(25)

jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri”.17

Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.18

Dengan demikian, dapat disimpulkan belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Prestasi belajar menurut Bloom dalam Slavin sebagaimana dikutip oleh Eni Rosda mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami oleh siswa yang menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi.19

Sedangkan menurut Tohirin prestasi belajar adalah” apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.20

Dapat disimpulkan, prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar tertentu, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) ketika mereka berada di sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,

17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. Logos Wahana Ilmu, 1999), cet ke-1 hlm.60

18 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), Cet. V, hlm. 53. 19 Eni Rosda Syarbaini, “Hubungan Antara Konsep Diri dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002), hlm. 6.

20 Tohirin, Psikologi Pembelajaran pendidikan agama Islam,(Jakarta: PT. Rajagafindo Persada, 2006), hlm.151


(26)

huruf, maupun kalimat dan ditulis oleh guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport).

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah “suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”21

Dengan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) yakni hasil belajar yang diraih oleh siswa setelah mengikuti proses belajar pada mata pelajaran PAI yang meliputi aspek Aqidah, Fikih, Al-Qur’an, Akhlak, dan Sejarah Islam.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Prestasi Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu berhubungan dengan faktor intenal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup faktor fisiologis dan psikologis. Adapun yang termasuk faktor psikologis mencakup: inteligensi, bakat, minat, motivasi, persepsi, dan sikap. Sedangkan faktor eksternal meliputi: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing aspek:

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis.

a) Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya 21 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 130.


(27)

menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh. Kondisi keadaan tubuh yang sakit dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari dalam proses belajar tidak berbekas. Organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengaran, penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses belajar. Sebaliknya, daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, akan menimbulkan kesulitan dalam belajar.22

b) Aspek Psikologis (1) Intelegensi

Menurut Reber (1988) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.23

Intelegensi siswa sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.24

(2) Bakat

Bakat atau aptitude merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat dapat menentukan prestasi seseorang.25

Bakat juga diartikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki

22Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta:PT.Remaja Rosda Karya, 2008),hlm.132

23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2008)cet keempat belas,hlm.133

24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,.hlm.133

25 Utami Munandar,Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.Grasindo, 1992),cet,1 hlm.17


(28)

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti potensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat terrtentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Bakat siswa harus dikembangkan atau diwujudkan dan dilatih dengan baik sesuai dengn potensi yang dimilikinya. Siswa yang berbakat dalam bidang-bidang studi tertentu, akan lebih mudah memahami bidang studi tersebut. Dengan demikian, bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, khususnya berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa itu sendiri.26

.

(3) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap. Minat mempunyai sumber yang kuat untuk belajar. Siswa yang berminat terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.27

(4) Motivasi

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.28 Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor

26Eni Rosda Syarbaini, “Hubungan Antara Konsep Diri dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar”, hlm. 7.

27Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,..hlm.136

28 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990),hlm. 71


(29)

yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Siswa yang mempunyai motivasi rendah dalam belajar, maka tidak mustahil prestasi belajarnya di sekolah tidak akan meningkat, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar maka prestasi belajarnya di sekolah akan optimal.

(5) Persepsi

Persepsi merupakan pandangan, tanggapan, perasaan, penilaian individu dalam memberikan informasi sehingga seseorang akan menyadari, mengerti dan memahami keadaan diri sendiri serta dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan mengiterpretasikan kesan-kesan sensori dalam usahanya memberikan makna tertentu kepada lingkungannya.

Menurut Davidof dalam Bimo Walgito menjelaskan bahwa persepsi dapat terjadi karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang berbeda sehingga hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama karena persepsi itu bersifat individual.29

Persepsi positif yang dimiliki siswa, akan menjadikan siswa lebih giat dan rajin dalam belajar dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Penilaian siswa yang positif terhadap pelajaran PAI akan mendorong aktivitas belajar serta sikap positif terhadap belajar yang kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap proses pencapaian prestasi belajarnya.

(5) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa


(30)

kecendrungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Menurut Second dan Backman sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.30 Sikap siswa yang

positif terhadap mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran tertentu dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa itu sendiri.

2) Faktor Eksternal Siswa

a) Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan. Keluarga merupakan lingkungan pertama, dimana sifat dan kepribadian anak akan tumbuh dan berkembang. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan belajar siswa, khususnya orang tua membimbing, mendukung terhadap aktifitas belajar anaknya. Hal ini memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Namun sebaliknya, apabila orang tua acuh tak acuh terhadap aktivitas belajar anak, maka biasanya anak kurang atau tidak memiliki semangat belajar, sehingga sulit mencapai prestasi yang tinggi.31

b) Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam membentuk kepribadian dan mencerdaskan anak. Lingkungan sekolah yang esensial yang mempengaruhi proses

30 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hlm,358

31 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm.5


(31)

belajar dan pembelajaran yaitu metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Semua ini akan membantu pencapaian prestasi belajar siswa.32

c) Lingkungan Masyarakat

Pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Anak yang bergaul dengan teman yang baik, akan rajin dalam belajar dan waktunya banyak digunakan untuk belajar bersama. Sebaliknya anak yang bergaul dengan teman yang tidak baik, selalu bermalas-malas di dalam belajar, dan waktunya banyak digunakan untuk bermain, maka anak itu akan terpengaruh oleh temannya, sehingga prestasi belajarnya kurang optimal.

Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.33

c. Pengukuran Prestasi Belajar

Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan di sekolah adalah tes. Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, dalam tes ini dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Pengukuran Ranah Kognitif a) Tes Objektif

(1) Tes benar salah (True-False)

Pertanyaan-pertanyaan disajikan dalam dua bentuk, yaitu

32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,..hlm.138 33 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,..hlm.137


(32)

pertanyaan yang salah dan pertanyaan yang benar. Apabila pertanyaan-pertanyaan itu dijawab benar maka ditandai dengan melingkari huruf B akan tetapi, jika pertanyaannya salah dengan melingkari huruf S.

(2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)

Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan disajikan dalam berbagai bentuk. Siswa diminta untuk memilih pertanyaan yang benar atau yang salah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disertai dengan pengecoh (distractor).

(3) Menjodohkan (Matching Test)

Matching Test atau tes menjodohkan dengan cara mencocokkan pertanyaan tepat yang terdapat dalam kolom lain. Matching Test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

(4) Tes isian (Completion Test)

Completion Test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi.

Completion Test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh siswa ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari siswa.34


(33)

b) Tes Subjektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal-soal bentuk esai ini siswa dituntut untuk menyusun pikirannya secara berurutan dengan menuangkan ide atau gagasannya dalam bahasa yang baik.

2) Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Yang menjadi sasaran penilaian ranah afektif adalah perilaku anak didik, bukanlah pengetahuannya.

Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap, dan internalisasi nilai.35

3) Pengukuran Ranah Psikomotorik

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan individu. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan

Aksara, 1999), Cet. I, h. 165-175.


(34)

thermometer diukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks, ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dicapai.36

Adapun pengukuran prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang digunakan di SMK Lebak Bulus Jakarta, adalah tes objektif dan tes subjektif untuk ranah kognitif. Dan untuk ranah afektif dan psikomotorik menggunakan penilaian dan pengamatan guru, khususnya guru agama terkait akhlak dan tingkah laku keseharian siswa.

2. Persepsi Siswa

a. Pengertian Persepsi

Kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan, kemudian di transfer ke otak.37

Menurut Robins persepsi adalah, “suatu proses cara masing-masing individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan .38

Jalaludin Rahmat memaknai persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

36 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi..., h. 182.

37 Jhon M. Echlos dan Hasan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), hlm. 105

38 Rafy Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.294


(35)

menafsirkan pesan”.39

Menurut Harold J. Leavitt persepsi ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.40

Persepsi menurut Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab adalah “proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (pendengaran) untuk di kembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita termasuk sadar akan diri kita. Definisi lain menyebutnya bahwa persepsi adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.41

Di dalam buku Psikologi Umum yang dikarang oleh Alex Sobur, banyak pengertian persepsi menurut para ahli diantaranya:

Menurut Devito, persepsi adalah proses ketika seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera tersebut.

Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Berbeda dengan Gulo yang menyebut persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Menurut Jhon R. Wenburg, persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna.42

Sedangkan Davidoff menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang terintegrasi mengenai perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir dan kerangka acuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek. Davidoff menambahkan bahwa persepsi sangat bermanfaat bagi 39 Jalaluddin Rahmat. Psikologi Komunikasi. ( Bandung; Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 51

40 Harold J Leavitt. Psikologi Manajemen,(Jakarta:Erlangga, 1978), edisi ke-4 hlm.27 41 Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam (Jakarta: Kencana,2004),cet. Ke-1, hlm. 88-89


(36)

individu. Proses ini akan memberikan informasi sehingga seseorang akan menyadari, mengerti dan memahami keadaan diri sendiri. Kondisi ini akan menolong individu untuk dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan.43 Melalui persepsi

manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.44

Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek-obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.45

Seseorang menangkap berbagai gejala di luar dirinya melalui lima indera yang dimiliki. Proses penerimaan rangsang ini di sebut penginderaan (sensation). Tetapi pengertian tentang lingkungan atau dunia disekitarnya bukan sekedar hasil penginderaan saja. Ada unsur interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan seseorang menjadi subjek dari pengalamannya sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dari penginderaan inilah yang menyebabkan seseorang mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. Persepsi bukan sekedar penginderaan, karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan.46

Dari berbagai pendapat di atas dapat diketahui, bahwa persepsi merupakan pemahaman seseorang melalui penglihatan, untuk mengkaji objek dan memberikan makna pada stimulus inderawi.

43 Ikhwan Lutfi, dkk, Psikologi Sosial ,(Jakarta:Lembaga Penelitian UIN, 2009) hlm,25 cet,1

44 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.( Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.102

45 http:// www. Infoskripsi. Com./jurnal/view-category.html

46 Irwanto, dkk., Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm.71


(37)

Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan mengiterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan makna tertentu kepada lingkungannya. Dan persepsi juga merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Persepsi itu selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Jadi setiap persepsi anak didik akan berbeda terhadap objek yang sama. Perbedaan persepsi ini di pengeruhi oleh faktor pribadi. Pribadi seseorang berbeda dari pribadi yang lain, sebagai bukti keunikan manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan yang sama. Misalnya tidak bisa membedakan benda-benda yang berdekatan atau serupa dengan baik, dan kemampuan untuk membedakan-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya, disebut sebagai persepsi.

Menurut Osgood ada tiga dimensi dasar yang terkait dengan persepsi, yakni evaluasi (baik-buruk), potensi (kuat-lemah) dan

aktivitas (aktif-fasif). Dimensi evaluasi merupakan dimensi utama yang mendasari persepsi.47 Sejalan dengan Osgood, Young

mengemukakan persepsi terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi penilaian dan aktivitas.48

Dari beberapa pengertian persepsi dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan rangkaian dari proses dan kinerja pemikiran yang terdiri dari tanggapan, pendapat, penilaian pandangan atau reaksi seseorang terhadap suatu objek yang menjadi perhatiannya. Persepsi juga dipengaruhi oleh kemampuan, kematangan serta pengalaman seseorang. Kemampuan diperoleh secara bertahap dimulai dari pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas seseorang dilingkungannya. Kemampuan siswa dalam menangkap informasi itu berbeda-beda karena itu perlu adanya kematangan dalam setiap

47 Http:www.writing.ws/reference/history.htm


(38)

memulai kegiatan pembelajaran agar hasil yang diinginkan dapat diraih secara optimal. Kemampuan siswa dalam belajar PAI perlu adanya kematangan dan pengalaman karena berkaitan dengan kemampuan menghapal, memahami, menganalisis, dan mengevaluasi. Apabila persepsi siswa terhadap apa yang akan dipelajari salah, maka akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajar yang akan ditempuh selama proses belajar. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa persepsi siswa yang dimaksud disini adalah penilaian, tanggapan, penafsiran, pandangan, pemahaman dan reaksi yang diberikan oleh siswa terhadap mata pelajaran PAI.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Osgood dan Young, yang terdiri dari indikator ; yaitu, (1) penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, (2) potensi siswa pada mata pelajaran PAI, (3) aktivitas siswa dalam belajar PAI, (4) disiplin siswa dalam lingkungan kelas, (5) hubungan antara guru dan siswa.

b. Ciri – Ciri Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum dalam dunia persepsi, yaitu49:

1. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat-sifat sensoris dasar dan masing-masing indera ( cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-latar belakang, dan lain-lain.

3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti

49 Abdul Rahman Shaleh. Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar. ( Jakarta: Kencana, 2004), hlm.89


(39)

cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.

4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.

5. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri kita.50

c. Proses Terjadinya Persepsi

Seseorang menerima rangsangan melalui panca indera (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasaan). Namun demikian masing-masing kita menanggapi, mengorganisasi, dan menafsirkan informasi sensori itu menurut cara masing-masing individu. Persepsi dapat dirumuskan sebagai proses seorang individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambar bermakna tentang suatu fenomena Adanya obyek/stimulus yang ditangkap oleh panca indra, kemudian stimulus/obyek tadi dibawa ke otak, dari otak muncul respon yang akan dikembalikan ke indra dan muncul sebagai persepsi/tanggapan.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapat respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.51

50 Irwanto,dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994) cet, III hlm,73


(40)

Menurut Pareek proses persepsi terbagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut:

1. Proses menerima rangsangan, menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindera.

2. Proses menyeleksi rangsangan, setelah diterima rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk selalu memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lebih lanjut.

3. Proses

pengorganisasian, rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam bentuk

pengelompokan. 4. Proses penafsiran,


(41)

atau data diterima, si penerima lalu menafsirkan data itu. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Pada dasarnya persepsi memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan, setelah data ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek, artinya bahwa data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lain mengenai persepsi mereka.52

Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses persepsi itu merupakan suatu respon yang diberikan oleh individu terhadap stimulus


(42)

yang diperoleh melalui pengamatan yang dalam proses ini melibatkan panca indra.

Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1. Seleksi (selection)

Seleksi adalah tindakan yang memperhatikan rangsangan tertentu dalam lingkungan. Hal ini merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, pada saat proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

2. Organisasi (organization)

Setelah menyeleksi informasi dari lingkungan kita mengorganisasikannya dengan merangkainya sehingga menjadi bermakna.

3. Interpretasi (Interpretation)

Interpretasi adalah proses subyektif dari menjelaskan persepsi kedalam cara yang dimengerti, dalam hal ini bisa berupa tindakan-tindakan yang menunjang kearah tercapainya kemampuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam seperti, mudah menghapal, menguasai materi, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, apabila seorang siswa mempunyai persepsi positif, akan tetapi jika siswa itu mempunyai persepsi negatif terhadap pelajaran pendidikan agama Islam muncul tindakan acuh dan tak peduli terhadap pelajaran pendidikan agama Islam.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam ataupun dari luar diri individu. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Bimo Walgito diantaranya adalah 53:

1) Objek yang dipersepsi


(43)

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima resptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, hal-hal yang mempengaruhi persepsi yaitu54:

1) Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan

54 Abdul Rahman Shaleh. Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar. ( Jakarta: Kencana, 2004), hlm.118-119


(44)

intensitas rangsangnya paling kuat. 3) Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan citra rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak-anak orang kaya.

4) Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

Menurut Sukadji faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

1) Diri orang yang bersangkutan sendiri. Interpretasi seseorang tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi, dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena kesamaan, kedekatan, kebetulan, atau penggeneralisasian.

3) Faktor situasi dimana persepsi itu dilakukan.

Dapat disimpulkan bahwa persepsi itu merupakan keadaan psikologis yang dialami oleh seseorang dalam menangkap informasi yang diterima dari lingkungannya yang nantinya dari persepsinya tersebut akan timbul tingkah laku.

Hal-hal yang mempengaruhi persepsi adalah personal dan situasional. David Kreach dan Richard S Crukchfield (1997)


(45)

menyebutnya faktor fungsional dan faktor structural.55 Faktor

fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu misalnya lingkungan budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Faktor fungsional dan faktor struktural itu sangat berperan terhadap seseorang dalam menentukan persepsi.

e. Persepsi dan Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam

Persepsi merupakan pandangan, tanggapan, perasaan, penilaian individu dalam memberikan informasi sehingga seseorang akan menyadari, mengerti dan memahami keadaan diri sendiri serta dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Persepsi yang positif dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar tertentu, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan (ranah kognitif, afektif, psikomotorik) ketika mereka di sekolah. Prestasi belajar yang ingin dicapai seorang siswa merupakan interaksi antar berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Persepsi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

Hasil penelitian Dra. Syarif Yusniarsyah pada siswa SMK Teknologi di kota Pontianak mengenai ”pengaruh persepsi siswa terhadap pengajaran guru dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa”. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi siswa dengan pengajaran guru dengan evaluasi prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan setiap 55 Ikhwan Lutfi, dkk , Psikologi Sosial,….hlm.27


(46)

kenaikan atau penurunan skor persepsi siswa akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan prestasi hasil belajar siswa. Dengan kata lain semakin tinggi persepsi siswa terhadap pengajaran guru, semakin besar pula peluangnya untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi.56

Dari penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa persepsi yang positif akan mendorong siswa untuk menanggapi dan memahami pelajaran dengan maksimal. Dalam kegiatan belajar, siswa yang memiliki persepsi positif akan menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam belajar sehingga ia berusaha memahami pelajaran dengan maksimal.

Ciri-ciri bahwa siswa mempunyai persepsi positif terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dilihat dari rasa senangnya mengikuti pelajaran, keinginan untuk belajar PAI, nilai-nilai hasil tugas yang baik, keaktifannya dalam proses pembelajaran PAI, selalu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, serta hubungan atau interaksi yang baik dengan guru dan sesama teman.

Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa hubungan persepsi siswa pada mata pelajaran PAI dengan prestasi belajar siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

f. Pengukuran persepsi

56 Syarif Yusniarsyah, “Pengaruh Persepsi Siswa Terhadap Pengajaran Guru Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Jurusan Bangunan Pada Bidang Studi Mekanika Teknik Smk Teknologi Di Kota Madya Pontianak”, Tesis Program Pasca Sarjana Psikologi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta 1999), hlm.71


(47)

Untuk mengukur persepsi seseorang dapat dilakukan dengan berbagai metode,57 diantaranya:

1) Skala-skala Penilaian

Menurut Azwar (dalam Ghana Syakira) skala-skala penilaian ini dapat berupa skala sikap. Subjek merespon kepada masing-masing pernyataan dengan menyetujui derajat dimana item yang bersangkutan berlaku padanya atau memberi ciri baginya yang terdapat pada suatu skala yang ditetapkan. Biasanya skala terdiri atas lima kategori alternatif jawaban. Alternatif jawaban terdiri dari ’sangat setuju’,’ setuju’, ’ragu-ragu’, ’tidak setuju’, ’sangat tidak setuju’. Pendekatan yang paling sering digunakan di dalam pengukuran persepsi adalah teknik skala penilaian ini yang biasanya memakai model Likert.

2). Observasi Diri

Metode ini memiliki makna yang sama dengan metode introspeksi. Metode introspeksi berarti melihat kedalam atau memperhatikan dari dalam diri. Introspeksi merupakan jenis observasi diri dimana seseorang menanggapi, menganalisis, dan melaporkan perasaan orang lain, dan bahkan segala sesuatu yang terjadi pada jiwa manusia selama terjadinya suatu tindakan mental58.

Dalam penelitian ini, pada subyek siswa SMK Lebak Bulus Jakarta, penulis menggunakan alat ukur skala penilaian model Likert, yakni subyek diminta untuk mengecek skala yang sesuai dengan keadaan dirinya, dengan alternatif jawaban ’sangat setuju’, ’setuju’, ’tidak setuju’, dan ’sangat tidak setuju’.

D. Kerangka Berpikir

57 www. Ghana Syakira Azzahy.com


(48)

Prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar mengajar disekolah dalam kurun waktu terentu. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Persepsi merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi).

Ciri-ciri bahwa siswa mempunyai persepsi positif terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dilihat dari rasa senangnya mengikuti pelajaran, keinginan untuk belajar PAI, nilai-nilai hasil tugas yang baik, keaktifannya dalam proses pembelajaran PAI, selalu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, serta hubungan atau interaksi yang baik dengan guru dan sesama teman.

Persepsi bersifat individual dan tergantung pada pengalaman siswa dalam mengikuti Pelajaran Agama Islam (PAI) yang disampaikan oleh seorang guru. Oleh karena itu persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memberikan perbedaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing, yaitu sebagai berikut;

Penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, merupakan Tanggapan siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam baik yang bersifat positif maupun negatif akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam belajar. Siswa yang penilaiannya positif terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Sebaliknya siswa yang penilainya negatif terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan menimbulkan kejenuhan dan membosankan dalam belajar yang berakibat menurunnya prestasi belajar.


(49)

siswa sangat penting karena berpengaruh terhadap prestasi belajar. Potensi siswa tidak akan berkembang dengan baik jika tidak di latih dengan keseriusannya dalam belajar. Oleh karena itu potensi siswa harus dikembangkan dan dilatih dengan baik agar prestasi belajarnya tetap optimal.

Aktivitas siswa dalam belajar PAI, aktivitas siswa yang dilakukan terutama di dalam kelas sangat penting agar proses belajar dan pembelajaran berjalan dengan baik agar prestasi yang diharapkan dapat diraih secara optimal.

Disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dalam hal kedisiplinan dalam belajar dan pembelajaran PAI siswa dalam lingkungan kelas dengan selalu datang dan hadir pada saat pelajaran PAI tepat waktu dan tidak pernah bolos, selalu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu dan sebagainya. Semua ini akan mendukung agar prestasi belajar tetap optimal.

Hubungan antara guru dan siswa, dalam sekolah perlu adanya hubungan yang baik antara guru dan siswa karena akan berdampak positif terhadap prilaku siswa terutama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pendapat diatas didukung oleh hasil penelitian Syarif Yusniarsyah (1999) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna antara persepsi dengan prestasi belajar. Sumbangan persepsi siswa terhadap pengajaran guru memberikan sumbangan sebesar 33,053%.


(50)

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Hipotesis mayor: Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Hipotesis minor: Terdapat hubungan yang signifikan antara sub-variabel dari variabel persepsi yaitu penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

a. Hipotesis mayor: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Hipotesis minor: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sub-variabel persepsi yaitu penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama


(1)

a Predictors: (Constant),penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam lbelajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa.

b Dependent Variable: prestasi belajar siswa

Dari tabel di atas, hasil perhitungan analisis persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar .671 signifikan pada L.O.S 0,05 (.273) dan 0,01 (.354) artinya ada hubungan yang positif dan bermakna antara sub-variabel persepsi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta, yaitu sub-variabel penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajara PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dan hubungan antara guru dan siswa.

Koefien determinasi menunjukkan bahwa sumbangan sub-variabel persepsi secara bersama sebesar R2=450 atau 45,0%, sedangkan lebihnya

(100%-45,0%=45,5%) prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Untuk melihat hubungan dan besarnya sumbangan antara masing-masing sub-variabel persepsi (penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, dan hubungan antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar siswa, hasil perhitungan disajikan pada tabel IV.13.

Tabel IV.13.

Perhitungan Analisis Regresi Per Sub-Variabel Persepsi dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Lebak Bulus Jakarta

N : 50

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate


(2)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 50.331 6.829 8.149 .000

penilaian siswa pada

mata pelajaran PAI .647 .231 410. 2.805 .007

potensi siswa pada

mata pelajaran PAI .095 .219 .063 .443 .667

aktivitas siswa dalam

belajar PAI -.470 .259 -.331 -1.585 .120

disiplin siswa dalam

lingkungan kelas .786 .205 .530 3.840 .000

hubungan antara

guru dan siswa .404 .225 .285 1.800 .079

a Dependent Variable: prestasi belajar siswa

Multiple R = .671

R2 =.450

Beta Penilaian Siswa Terhadap materi pelajaran PAI =.410 Beta Potensi siswa pada mata pelajaran PAI =.063 Beta Aktivitas siswa dalam belajar PAI = -.331 Beta disiplin siswa dalam lingkungan kelas =.530 Beta hubungan antara guru dan siswa =.285

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda ternyata korelasi masing-masing sub-variabel persepsi siswa menunjukkan sumbangan yaitu penilaian siswa terhadap mata pelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa sebesar 41,0%, potensi siswa pada mata pelajaran PAI sebesar 06,3%, aktivitas siswa dalam belajar PAI sebesar -33,1% ,disiplin siswa dalam belajar PAI sebesar 53,0% dan hubungan antara guru dan siswa sebesar 28,5%.

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi terhadap prestasi belajar siswa, pada sub variabel disiplin siswa dalam lingkungan kelas memiliki korelasi yang paling tinggi serta sumbangan yang besar terhadap prestasi belajar siswa.


(3)

(4)

BAB

V

PENUTUP

Dalam bab terakhir ini akan disajikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran PAI dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta.

Hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran PAI dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan, terbukti dengan tingginya nilai hasil analisis data yang diperoleh dan besarnya sumbangan yang diberikan terhadap proses belajar dan pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa pada mata pelajaran PAI sangat berperan terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Dimana kalau persepsi siswa pada mata pelajaran PAI positif maka proses pembelajaran siswa di sekolah dapat mencapai kesuksesan, sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Jadi bila siswa memiliki persepsi positif pada mata pelajaran PAI, maka akan semakin baik pula prestasi belajar siswa di sekolah.


(5)

pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta.

Hubungan antara sub-variabel persepsi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa) dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Sedangkan sub-variabel potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI dengan prestasi belajar siswa SMK Lebak Bulus Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif tetapi tidak signifikan.

Sub-variabel persepsi siswa pada mata pelajaran PAI di SMK Lebak Bulus Jakarta yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa adalah disiplin siswa dalam lingkungan kelas.

B

. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa agar lebih baik lagi, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan, yaitu:

1. Siswa hendaknya selalu memiliki persepsi positif dalam belajar PAI, sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal.

2. Guru hendaknya dapat membantu mengembangkan persepsi positif siswa baik penilaian siswa terhadap materi pelajaran PAI, potensi siswa pada mata pelajaran PAI, aktivitas siswa dalam belajar PAI, disiplin siswa dalam lingkungan kelas, hubungan antara guru dan siswa di sekolah dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran, agar siswa semakin memiliki rasa percaya diri dan motivasi berprestasi sehingga siswa bisa mendapat prestasi yang optimal. 3. Hendaknya orang tua agar lebih memberikan perhatiannya dalam


(6)

mengembangkan persepsi anak yang positif terhadap pelajaran PAI agar mereka semakin memahami dan menghayati agama Islam sepenuh hati dan selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

4. Pada peneliti, untuk lebih mengembangkan penelitian tentang hubungan persepsi dengan prestasi belajar dan ditambah dengan variabel lain yang terkait seperti konsep diri dan kecerdasan emosional.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara kecerdasan spritual dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam (studi penelitian pada kasus XI SMA al-Chanasanah Jakarta)

1 23 79

Efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMK al-Hidayah Lebak Bulus

1 37 93

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (studi Penelitian pada anak Yatim di SMP YPMS Kedaung)

0 12 77

Hubungan persepsi siswa terhadap disiplin guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam

6 30 101

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamulang

0 3 117

Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Siswa/Siswi SMP Negeri 181 Jakarta)

1 11 83

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

PENGANTAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

0 0 8