Keragaman Genetik Tanaman Hutan

perisai kecil, pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, waktu muda berwarna hijau, bagian tengah coklat dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman, agak keras dan berlilin Sanusi 2008. Harga sekilo benih Rp 2,5-juta terdiri atas 20.000-25.000 biji Agus 2008, diacu dalam Trubusid 2008. Kayu Sengon Solomon lebih lunak, hampir seperti sengon merah. Sengon Solomon , pada umur kira - kira 5 - 6 tahun biasanya patah terkena angin kencang Lee 2009.

2.1.4 Kegunaan dan Manfaat

Tanaman Sengon memiliki beragam manfaat dari semua bagian pohonnya. Karakteristik yang dimiliki oleh kayu Sengon sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Dibandingkan kayu jenis lain, masa tebang Sengon relatif cepat, budi daya mudah dan dapat tumbuh diberbagai jenis tanah. Oleh karena itu, kayu Sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan-papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel serta bahan baku industri pulp dan kertas Siregar 2008. Daun Sengon dapat digunakan untuk makanan ternak. Kulit kayunya yang memiliki tannin dapat digunakan sebagai penyamak. Sebagai tanaman hutan, Sengon juga memiliki jasa ekologis. Tegakan murninya dapat menahan erosi tanah dan air dan berfungsi sebagai naungan pada penanaman campuran dengan teh, kopi dan coklat. Untuk reklamasi lahan, Sengon telah berhasil ditanam pada tailing bekas penambangan timah dan telah ditanam secara luas untuk reforestasi dan aforestasi di lahan-lahan kritis ICRAF 2006.

2.2 Keragaman Genetik Tanaman Hutan

Keragaman genetik merupakan perbedaan gen yang terkandung dalam individu suatu populasi dan berhubungan dengan kemampuan beradaptasi suatu individu dalam mengalami perubahan selama proses perkembangannya. Keragaman genetik suatu jenis tanaman dapat dievaluasi pada dua tingkatan, yaitu keragaman dalam populasi intra-population dan keragaman antar populasi inter-population. Keragaman genetik dalam populasi dapat diukur dari nilai heterozigitas individual, ukuran-ukuran yang sering digunakan untuk mencirikan variasi genetik dalam populasi adalah persentase lokus polimorfik PLP, jumlah alel yang diamati n a , jumlah alel yang efektif n e dan keragaman gen H e . Sedangkan keragaman genetik antar populasi dapat diukur dari jarak genetik, diferensiasi genetik Gst dan analisis gerombol Finkeldey 2005. Tingkat keragaman genetik merupakan suatu indikasi atas kemampuan beradaptasi tanaman terhadap lingkungan tumbuhnya. Jenis tanaman yang mempunyai sebaran alam yang luas akan mempunyai keragaman genetik yang tinggi, karena eksistensi tanaman pada suatu lingkungan tumbuh merupakan manifestasi kemampuan jenis tersebut tumbuh dan berkembang dalam lingkungan tumbuh yang ada Hartl dan Clark 1989. Dua sebab utama yang menyebabkan keragaman, yaitu perbedaan lingkungan environmental variation dan perbedaan susunan genetik yang diturunkan dari tetua kepada keturunannya genetic variation. Adanya keragaman dalam suatu jenis perlu diketahui terlebih dahulu sebelum memulai pemuliaan pohon, karena adanya keragaman genetik merupakan prasyarat mutlak dalam pemuliaan, yaitu untuk memungkinkan seleksi dan untuk mencegah dihasilkannya tanaman yang tidak bermutu Soerianegara dan Djamhuri 1979. Menurut Finkeldey 2005, keragaman genetik pada suatu populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu mutasi dan aliran gen yang meningkatkan keragaman genetik. Sedangkan faktor yang menurunkan keragaman genetik adalah seleksi serta hanyutan genetik. Keragaman genetik tanaman dapat dianalisis menggunakan teknik penanda genetik sebagai alat bantu mengidentifikasi genotipe suatu individu. Penanda genetik yang dipilih untuk diamati adalah penanda yang terpaut dengan sifatkarakter yang menjadi sasaran penelitian. Macam penanda genetik yang sering digunakan antara lain penanda morfologi, penanda biokimiapenanda isoenzim dan penanda molekuler. Pohon hutan termasuk ke dalam organisme dengan variasi genetik yang tinggi. Sehingga, perubahan permanen secara evolusi adalah mungkin dan cenderung terjadi. Hutan tropis adalah hutan yang memiliki keragaman yang tinggi, akan tetapi jumlah setiap jenisnya rendah. Jenis yang dijumpai dalam kerapatan yang rendah di hutan tropis kurang bervariasi dibandingkan dengan jenis-jenis yang dijumpai dalam populasi dengan kerapatan yang tinggi. Akan tetapi, nilai heterozigositas harapan adalah tinggi untuk banyak jenis walaupun pada populasi dengan kerapatan rendah Finkeldey 2005. Hutan tropis memiliki variasi genetik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan hutan temperit dan boreal. Keragaman genetik Sengon yang ada di Jawa menurut beberapa hasil penelitian tergolong rendah Seido dan Widyatmoko 1993, Suharyanto et al. 2002. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan variasi genetik, khususnya pada jenis Paraserianthes falcataria telah banyak dilakukan. Pada Tabel 1, disajikan variasi genetik berdasarkan nilai heterozigositas harapan H e hasil beberapa penelitian dengan beberapa metode yang berbeda pada jenis Paraserianthes falcataria . Tabel 1 Variasi genetik Paraserianthes falcataria No. Jenis Metode He Sumber 1 Paraserianthes falcataria Isoenzim 0.226 Basyuni 1998 2 Paraserianthes falcataria RAPD 0.187 Thielges et al. 2001 3 Paraserianthes falcataria Isoenzim 0.235 Gunawan 2005 4 Paraserianthes falcataria Isoenzim 0.172 Wulan 2003 5 Paraserianthes falcataria RAPD 0.185 Widyastuti 2007

2.3 Seleksi Pohon Plus