Kesimpulan Saran Rancang bangun bubu lipat modifikasi dan penggunaan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai umpan alternatif untuk penangkapan spiny lobster

127 Lampiran 1 Data respon hasil tangkapan 3 jenis bubu lipat dengan umpan tembang TRIP 1 Set : 17.16 – 17.435 Juli 2011 Haul : 6.32 – 6.536 Juli 2011 T : 26 ; 25; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 2 S Ikan Panulirus homarus 1 85 1 85 3 MPS Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 40 1 40 4 MPA Ikan Charybdis natator 1 65 1 65 Total 3 205 2 105 5 310 Lobster 3 ekor S ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu Total 5 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu MPA Ikan 1 bubu 128 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 2 Set : 17.10 – 16.326 Juli 2011 Haul : 6.12 – 6.257 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 150 2 150 2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 40 1 40 3 S Ikan Charybdis natator 1 65 1 65 4 MPS Ikan Charybdis natator 1 45 1 45 Total 3 190 2 110 5 300 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu 129 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 3 Set : 17.16 – 17.437 Juli 2011 Haul : 6.32 – 6.538 Juli 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Charybdis natator 1 65 1 65 2 MPS Ikan Charybdis natator 1 70 1 70 Total 0 2 135 2 135 Lobster 0 ekor Total 2 S Ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu 130 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 4 Set : 17.06 – 17.339 Juli 2011 Haul : 6.12 – 6.3410 Juli 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 110 2 110 2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 70 1 70 3 S Ikan Charybdis natator 2 155 2 155 4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 35 1 35 Total 3 180 3 190 6 370 Lobster 3 ekor S ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu 131 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 5 Set : 17.55 – 16.2010 Juli 2011 Haul : 6.32 – 7.0511 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 140 1 140 2 S Ikan Lobster mutiara Panulirus ornatus 1 120 1 120 3 S Ikan Epinephelus manuculatus 1 450 1 450 4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 100 1 100 Total 2 260 2 550 4 810 Lobster 2 ekor S ikan 2 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu MPS ikan 1 bubu 132 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 6 Set : 17.12 – 17.4311 Juli 2011 Haul : 7.05 – 7.3012 Juli 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 110 1 110 2 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 60 1 60 3 MPS Ikan Charybdis natator 1 70 1 70 Total 1 110 2 130 3 240 Lobster 1 ekor MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 1 bubu MPS ikan 2 bubu 133 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 7 Set : 17.00 – 17.2312 Juli 2011 Haul : 6.31 – 7.0313 Juli 2011 T : 26 ; 27 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Charybdis natator 1 25 1 25 2 MPS Ikan Charybdis natator 1 30 1 30 3 MPA Ikan Carybdis feriatus 1 65 1 65 Total 0 3 120 3 120 Lobster 0 ekor Total 3 S Ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu MPA Ikan 1 bubu 134 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 8 Set : 16.26 – 16.5313 Juli 2011 Haul : 6.12 – 6.4314 Juli 2011 T : 26 ; 26 ; 25 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan 1 55 1 55 2 MPA Ikan 1 70 1 70 Total 0 2 125 2 125 Lobster 0 ekor Total 2 S Ikan 1 bubu MPA Ikan 1 bubu 135 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 9 Set : 16.06 – 16.2315 Juli 2011 Haul : 6.42 – 7.2316 Juli 2011 T : 22 ; 22 ; 22 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 85 Portunus pelagicus 1 35 2 120 2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 70 1 70 3 MPA Ikan Portunus pelagicus 1 45 1 45 4 MPS Ikan Charybdis natator 1 70 1 70 Total 2 155 3 150 5 305 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 1 bubu MPS ikan 2 bubu MPA ikan 1 bubu 136 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 10 Set : 16.33 – 17.1016 Juli 2011 Haul : 6.24 – 7.0617 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 105 2 105 2 MPA Ikan Panulirus homarus 1 60 Charybdis natator 1 65 2 125 3 MPS Ikan Portunus sanguinolentus 1 60 1 60 Total 3 165 2 125 5 290 Lobster 3 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 1 bubu S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu 137 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 11 Set : 16.50 – 17.2118 Juli 2011 Haul : 6.00 – 6.3319 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 140 1 140 2 MPS Ikan Panulirus homarus 2 115 2 115 3 S Ikan Epinephelus maculatus 1 80 1 80 Total 3 255 1 80 4 335 Lobster 3 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu 138 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 12 Set : 17.16 – 17.4420 Juli 2011 Haul : 7.01 – 7.2221 Juli 2011 T : 24 ; 23 ; 23 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Charybdis natator 1 70 1 70 Total 0 1 70 1 70 Lobster 0 ekor Total 1 S Ikan 1 bubu 139 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 13 Set : 17.22 – 17.4321 Juli 2011 Haul : 6.32 – 7.0422 Juli 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Charybdis natator 1 60 1 60 2 MPS Ikan Charybdis natator 1 50 1 50 Total 0 2 110 2 110 Lobster 0 ekor Total 2 S Ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu 140 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 14 Set : 17.16 – 17.4322 Juli 2011 Haul : 7.00 – 7.2523 Juli 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 110 Portunus sanguinolentus 3 270 5 380 2 MPS Ikan Lobster hijau Panulirus versicolor 1 60 1 60 3 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 60 1 60 4 MPS Ikan Charybdis natator 1 50 1 50 Total 3 170 5 380 8 550 Lobster 3 ekor S ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu 141 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 15 Set : 16.45 – 17.1323 Juli 2011 Haul : 6.32 – 7.0224 Juli 2011 T : 27 ; 26; 27 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 65 1 65 2 MPA Ikan Panulirus homarus 1 70 1 70 3 MPS Ikan Charybdis natator 2 80 2 80 4 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 25 1 25 Total 2 135 3 105 5 240 Lobster 2 ekor MPS ikan 1 bubu MPA ikan 1 bubu Total 4 MPS ikan 2 bubu MPA ikan 1 bubu S Ikan 1 bubu 142 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 16 Set : 17.26 – 17.5324 Juli 2011 Haul : 6.22 – 7.0625 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 50 Charybdis natator 1 75 2 125 2 MPS Ikan Lobster hijau Panulirus versicolor 1 55 1 55 3 S Ikan 1 20 1 20 Total 2 105 2 95 4 200 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu 143 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 17 Set : 16.10 – 16.4325 Juli 2011 Haul : 6.12 – 7.2226 Juli 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Sepia sp. 3 190 3 190 2 MPA Ikan Sepia sp. 1 4 1 4 3 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 50 1 50 Total 0 5 244 5 244 Lobster 0 ekor Total 3 S Ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu MPA ikan 1 bubu 144 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 18 Set : 16.56 – 17.2727 Juli 2011 Haul : 6.30 – 7.1328 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 50 1 50 3 S Ikan Sepia sp. 3 180 3 180 4 S Ikan Charybdis natator 1 65 1 65 Total 2 110 4 245 6 355 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu MPS ikan 1 bubu 145 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 19 Set : 17.11 – 17.4328 Juli 2011 Haul : 6.32 – 6.5329 Juli 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S: 34 ; 34 ; 33 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram Total 0 Lobster 0 ekor Total 0 146 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 20 Set : 16.26 – 16.5329 Juli 2011 Haul : 7.02 – 7.3330 juli 2011 T : 23 ; 24 ; 25 S: 35 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 135 2 135 2 MPS Ikan Epinephelus maculatus 1 60 1 60 3 MPS Ikan Charybdis natator 1 40 1 40 Total 2 135 2 100 4 235 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 1 bubu MPS ikan 2 bubu 147 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 21 Set : 16.26 – 16.5330 Juli 2011 Haul : 6.02 – 6.3331 Juli 2011 T : 26 ; 27 ; 26 S: 34 ; 34 ; 35 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Sepia sp. 1 60 1 60 Total 0 1 60 1 60 Lobster 0 Total 1 S Ikan 1 bubu 148 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 22 Set : 16.56 – 17.2331 Juli 2011 Haul : 6.30 – 7.031 Agustus 2011 T : 27 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 35 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 2 S Ikan Cantthigaster sp 2 70 2 70 3 S Ikan Carybdis feriatus 1 35 1 35 Total 1 60 3 105 4 165 Lobster 1 ekor S ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 3 bubu 149 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 23 Set : 17.00 – 17.231 Agustus 2011 Haul : 6.32 – 7.002 Agustus 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 34 ; 33 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram Total Lobster 0 ekor Total 0 150 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 24 Set : 16.15 – 16.332 Agustus 2011 Haul : 6.00 – 6.153 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 27 S: 34 ; 34 ; 35 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 2 S Ikan Sepia sp. 1 70 1 70 3 MPA Ikan Portunus pelagicus 1 30 1 30 Total 1 60 2 100 3 160 Lobster 1 ekor S ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 2 bubu MPA Ikan 1 bubu 151 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 25 Set : 17.10 – 17.333 Agustus 2011 Haul : 6.32 – 6.534 Agustus 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 34 ; 33 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram Total Lobster 0 ekor Total 0 152 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 26 Set : 17.20 – 17.454 Agustus 2011 Haul : 6.12 – 6.535 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 135 2 135 2 S Ikan Portunus pelagicus 1 85 1 85 3 S Ikan Carybdis feriatus 1 165 1 165 Sepia sp. 1 50 1 50 4 MPA Ikan Charybdis natator 1 80 1 80 Total 2 135 4 380 6 515 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu MPA Ikan 1 bubu 153 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 27 Set : 17.16 – 17436 Agustus 2011 Haul : 6.40 – 7.207 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 2 105 2 105 2 S Ikan Carybdis feriatus 1 180 1 180 3 MPS Ikan Charybdis natator 2 195 2 195 4 MPA Ikan Portunus pelagicus 1 25 1 25 Total 2 105 4 400 6 505 Lobster 1 ekor MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 1 bubu MPS ikan 2 bubu MPA Ikan 1 bubu 154 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 28 Set : 16.56 – 17.337 Agustus 2011 Haul : 6.32 – 6.538 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Portunus sanguinolentus 2 55 2 55 2 S Ikan Carybdis feriatus 1 105 1 105 3 MPS Ikan 1 25 1 25 Total 4 185 4 185 Lobster 0 ekor Total 3 S Ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu 155 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 29 Set : 17.26 – 18.058 Agustus 2011 Haul : 6.32 – 6.509 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 65 Charybdis natator 1 50 2 115 2 MPA Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60 3 S Ikan Carybdis feriatus 1 145 1 145 4 S Ikan Portunus pelagicus 1 150 1 150 Total 2 125 3 345 5 470 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPA ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu MPA Ikan 1 bubu 156 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 30 Set : 17.16 – 17.439 Agustus 2011 Haul : 6.32 – 6.5310 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 110 Sepia sp. 1 30 3 140 2 S Ikan Carybdis natator 1 50 1 50 3 MPS Ikan 1 290 1 290 Total 2 110 3 370 5 480 Lobster 1 ekor S ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu 157 Lampiran 1 Lanjutan TRIP 31 Set : 16.55 – 17.2310 Agustus 2011 Haul : 6.42 – 7.1511 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 60 Portunus pelagicus 1 35 2 95 2 S Ikan Sepia sp. 3 200 3 200 3 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 50 1 50 Total 1 60 5 285 6 345 Lobster 1 ekor MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu 158 Lampiran 2 Data respon hasil tangkapan 2 jenis bubu lipat dengan umpan cacing tanah dan umpan tembang TRIP 1 Set : 16.16 – 16.4315 Agustus 2011 Haul : 7.32 – 7.5316 Agustus 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 2 110 Portunus pelagicus 1 50 3 160 2 S Cacing Panulirus homarus 1 60 Portunus pelagicus 1 60 3 S Cacing Portunus sanguninolentus 1 50 1 50 Portunus sanguninolentus 1 30 1 30 4 S Ikan Portunus sanguninolentus 1 30 1 30 5 MPS Ikan 1 30 1 30 Total 3 170 5 190 8 360 Lobster 3 ekor S Cacing 2 bubu Total 5 S Cacing 3 bubu S Ikan 1 bubu MPS Ikan 1 bubu 159 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 2 Set : 16.48 – 16.5516 Agustus 2011 Haul : 07.19 – 07.3217 Agustus 2011 T : 26 ; 26,5 ; 26 S : 36 ; 37 ; 36,5 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 90 1 90 2 S Cacing Charybdis natator 1 40 1 40 3 S Ikan Charybdis feriatus 1 290 1 290 Charybdis natator 1 50 1 50 4 MPS Ikan Charybdis natator 1 130 1 130 5 MPS Ikan Charibdis feriatus 1 310 1 310 Total 1 90 5 820 6 910 Lobster 1 ekor S ikan 1 bubu Total 5 S Ikan 2 bubu S Cacing 1 bubu MPS Ikan 2 bubu 160 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 3 Set: 16.44 – 16.5117 Agustus 2011 Haul: 06.39 – 06.5318 Agustus 2011 T : 26 ; 25 ; 25,5 S : 35 ; 34 ; 34,5 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 2 110 Portunus pelagicus 1 150 3 260 2 S Ikan Charybdis feriatus 1 206 1 206 3 S Ikan Charybdis feriatus 1 560 1 560 4 S Cacing Epinephelus coioides 1 104 1 104 Charybdis natator 1 20 1 20 5 MPS Ikan Charybdis natator 1 40 1 40 6 MPS Ikan Sepia sp. 1 29 1 29 Total 2 110 7 1109 9 1219 Lobster 2 lobster S Ikan 1 bubu Total 6 S Ikan 3 bubu S Cacing 1 bubu MPS Ikan 2 bubu 161 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 4 Set : 16.56 – 17.1919 Agustus 2011 Haul : 06.15 – 06.4020 Agustus 2011 T : 25 ; 23 ; 24 S : 35 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Ikan Panulirus homarus 1 70 1 70 2 S Cacing Portunus sanguinolentus 2 45 2 45 3 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 50 1 50 4 S Ikan Charybdis feriatus 1 120 1 120 Total 1 70 4 215 5 285 Lobster 1 ekor S Ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu S Cacing 1 bubu 162 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 5 Set : 16.59 – 17.1022 Agustus 2011 Haul : 06.20 - 06.3523 Agustus 2011 T : 23 ; 24 ; 23 S : 34 ; 34 ; 34,5 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 70 1 70 S Cacing Charybdis feriatus 1 20 1 20 2 S Ikan Charybdis feriatus 1 220 1 220 Total 1 70 2 240 3 310 Lobster 1 ekor S Cacing 1 bubu Total 3 S Cacing 2 bubu S Ikan 1 bubu 163 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 6 Set : 16.51 – 16.5723 Agustus 2011 Haul : 7.13 – 8.4424 Agustus 2011 T : 22 ; 22 ; 23 S : 34 ; 34 ; 35 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Cacing Panulirus homarus 1 70 1 70 2 MPS Ikan Ikan Singreng 1 20 1 20 3 S Cacing Charybdis feriatus 1 200 1 200 Total 1 70 2 220 3 290 Lobster 1 ekor MPS Cacing 1 bubu Total 3 MPS Cacing 1 bubu MPS Ikan 1 bubu S Cacing 1 bubu 164 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 7 Set : 16.58 – 17.0525 Agustus 2011 Haul : 06.30 – 06.4526 Agustus 2011 T : 23 ; 23 ;23 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Cacing Panulirus homarus 1 50 1 50 2 MPS Ikan Portunus sanguinolentus 1 20 1 20 3 S Ikan Charybdis natator 1 50 1 50 Total 1 50 2 70 3 120 Lobster 1 ekor MPS Cacing 1 bubu Total 3 MPS Cacing 1 bubu MPS Ikan 1 bubu S Ikan 1 bubu 165 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 8 Set : 17.08 – 17.145 September 2011 Haul : 08.05 - 08.3006 September 2011 T : 27 ; 27 ; 27 S : 35 ; 34 ; 35 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 120 1 120 2 MPS Cacing Panulirus homarus 1 80 1 80 3 S Ikan Charybdis feriatus 1 90 1 90 Charybdis natator 1 30 1 30 4 MPS Ikan Charybdis natator 1 25 1 25 5 MPS Cacing Charybdis natator 1 20 1 20 Total 2 200 4 165 6 365 Lobster 2 ekor S Cacing 1 bubu MPS Cacing 1 bubu Total 5 S Cacing 1 bubu S Ikan 1 bubu MPS Cacing 2 bubu MPS Ikan 1 bubu 166 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 9 Set : 17.17 – 17.236 September 2011 Haul : 07.40 – 08.0507 September 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 55 1 55 2 S Ikan Charybdis feriatus 1 104 1 104 3 MPS Ikan Panulirus versicolor 1 55 1 55 Total 2 100 1 104 3 214 Lobster 2 ekor S Cacing 1 bubu MPS Ikan 1 bubu Total 3 S Cacing 1 bubu S Ikan 1 bubu MPS Ikan 1 bubu 167 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 10 Set : 16.50 – 17.1010 September 2011 Haul : 06.48 – 07.0811 September 2011 T : 22 ; 22 ; 22 S : 33 ; 33 ; 33 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 60 1 60 2 S Cacing Charybdis feriatus 1 35 1 35 3 S Cacing Charybdis feriatus 1 160 1 160 Sepia sp. 1 50 1 50 4 MPS Ikan Charybdis feriatus 1 140 1 140 5 MPS Cacing Charybdis natator 1 90 1 90 Total 1 60 5 475 6 535 Lobster 1 ekor S Cacing 1 bubu Total 5 S Cacing 3 bubu MPS Ikan 1 bubu MPS Cacing 1 bubu 168 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 11 Set : 7.28 – 7.3512 September 2011 Haul : 07.25 – 07.4013 September 2011 T : 23 ; 24 ; 24 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 2 160 2 160 2 S Cacing Sepia sp. 1 70 1 70 Total 2 160 1 70 3 230 Lobster 1 ekor S Cacing 1 bubu Total 2 S Cacing 2 bubu 169 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 12 Set : 8.45 – 9.0014 September 2011 Haul : 06.45 – 07.0015 September 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S : 34 ; 34,5 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 2 70 2 70 2 S Ikan Portunus pelagicus 1 30 1 30 3 S Ikan Sepia sp. 3 195 3 195 Total 2 70 4 225 6 295 Lobster 2 ekor S Cacing 1 bubu Total 3 S Cacing 1 bubu S Ikan 2 bubu 170 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 13 Set : 16.50 – 17.1517 September 2011 Haul : 07.10 – 07.4018 September 2011 T : 24 ; 23 ; 23 S : 33 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 40 1 40 2 S Cacing Sepia sp. 1 60 1 60 3 MPS Ikan Epinephelus coioides 1 50 1 50 Total 1 40 2 110 3 150 Lobster 1 ekor S Cacing Total 3 S Cacing 2 bubu MPS Ikan 1 bubu 171 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 14 Set : 16.40 – 17.0518 September 2011 Haul : 06.45 – 07.0919 September 2011 T : 24 ; 23 ; 23 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 1 90 Sepia sp. 1 50 2 140 2 S Ikan Sepia sp. 3 180 3 180 Total 1 90 4 230 5 320 Lobster 1 ekor S Cacing 1 bubu Total 3 S Cacing 1 bubu S Ikan 1 bubu 172 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 15 Set : 16.55 – 17. 2023 September 2011 Haul : 6.40 – 6.5524 September 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Cacing Panulirus homarus 1 100 1 100 Total 1 100 1 100 Lobster 1 ekor MPS Cacing 1 bubu Total 1 MPS Cacing 1 bubu 173 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 16 Set : 16.30 – 16.5524 September 2011 Haul : 6.50 – 7.1025 Septembner 2011 T : 23 ; 23 ; 23 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 45 1 45 2 S Ikan Panulirus homarus 1 30 1 30 3 MPS Ikan Sepia sp. 4 265 5 310 4 MPS Cacing Sepia sp. 3 195 3 195 Total 2 75 7 460 10 580 Lobster 2 ekor MPS Ikan 1 bubu S Ikan 1 bubu Total 4 MPS Ikan 2 bubu MPS Cacing 1 bubu S Ikan 1 bubu 174 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 17 Set : 16.55 – 17.2025 September 2011 Haul : 6.50 – 7. 1526 September 2011 T : 23 ; 22 ; 22 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 40 1 40 2 S Cacing Sepia sp. 2 120 2 120 3 S Ikan Squilla mantis 1 70 1 70 Total 1 40 3 190 4 230 Lobster 1 ekor MPS Ikan 1 bubu Total 3 MPS Ikan 1 bubu S Ikan 1 bubu S Cacing 1 bubu 175 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 18 Set : 16.35 – 16. 5026 September 2011 Haul : 6.45 – 6.5527 September 2011 T : 23 ; 23 ; 22 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 MPS Cacing Panulirus homarus 1 100 1 100 Total 1 100 1 100 Lobster 1 ekor MPS Cacing 1 bubu Total 1 MPS Cacing 1 bubu 176 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 19 Set : 16.50 – 17.2027 September 2011 Haul : 09.50 – 10.0828 September 2011 T : 22 ; 22 ; 22 S : 35 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S ikan Panulirus ornatus 1 90 1 90 Total 1 90 1 90 Lobster 1 ekor S Ikan 1 bubu Total 1 S Ikan 1 bubu 177 Lampiran 2 Lanjutan TRIP 20 Set : 16.55 – 17.2528 September 2 2011 Haul : 7.28 – 7.3529 September 2011 T : 22 ; 22 ; 22 S : 34 ; 34 ; 34 No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram 1 S Cacing Panulirus homarus 3 120 3 120 MPS Cacing Panulirus homarus 1 40,5 1 40,5 MPS Cacing Sepia sp. 1 50 1 50 2 S Ikan Sepia sp. 1 48 1 48 S Ikan Epinephelus coioides 1 180 1 180 Total 4 160,5 3 278 7 438,5 Lobster 4 ekor S cacing 1 bubu MPS Cacing 1 bubu Total 5 S cacing 1 bubu MPS Cacing 2 bubu S Ikan 2 bubu Lampiran 3. Respon data hasil tangkapan lobster jenis bubu lipat dengan umpan tembang Hasil Tangkapan Lobster ekor berdasarkan Trip Jenis Bubu Lipat No. Standar Modifikasi Pintu Samping Modifikasi Pintu Atas S MPS MPA 1 2 1 2 2 1 3 0 4 2 1 5 2 6 0 1 7 0 8 0 9 1 1 10 2 1 11 1 2 12 0 13 0 14 2 1 15 0 1 1 16 1 1 17 0 18 1 1 19 0 20 2 21 0 22 1 23 0 24 1 25 0 26 2 27 0 2 28 0 29 1 1 30 2 31 0 1 total 25 14 3 rataan 0.8 0.5 0.1 SD 0.9 0.6 0.3 SE 0.03 0.02 0.01 Lampiran 4. Data syntax 3 jenis bubu lipat dengan umpan tembang DATA bubu; INPUT umpan bubu ulangan lobsterekor ; CARDS; umpan bubu ulangan lobsterekor ikan s 1 2 ikan s 2 2 ikan s 3 ikan s 4 2 ikan s 5 2 ikan s 6 ikan s 7 ikan s 8 ikan s 9 1 ikan s 10 2 ikan s 11 1 ikan s 12 ikan s 13 ikan s 14 2 ikan s 15 ikan s 16 1 ikan s 17 ikan s 18 1 ikan s 19 ikan s 20 2 ikan s 21 ikan s 22 1 ikan s 23 ikan s 24 1 ikan s 25 ikan s 26 2 ikan s 27 ikan s 28 ikan s 29 1 ikan s 30 2 ikan s 31 ikan mps 1 1 ikan mps 2 1 ikan mps 3 ikan mps 4 1 ikan mps 5 ikan mps 6 1 umpan bubu ulangan lobsterekor ikan mps 7 ikan mps 8 ikan mps 9 1 ikan mps 10 ikan mps 11 2 ikan mps 12 ikan mps 13 ikan mps 14 1 ikan mps 15 1 ikan mps 16 1 ikan mps 17 ikan mps 18 1 ikan mps 19 ikan mps 20 ikan mps 21 ikan mps 22 ikan mps 23 ikan mps 24 ikan mps 25 ikan mps 26 ikan mps 27 2 ikan mps 28 ikan mps 29 ikan mps 30 ikan mps 31 1 ikan mpa 1 ikan mpa 2 ikan mpa 3 ikan mpa 4 ikan mpa 5 ikan mpa 6 ikan mpa 7 ikan mpa 8 ikan mpa 9 ikan mpa 10 1 ikan mpa 11 ikan mpa 12 ikan mpa 13 ikan mpa 14 ikan mpa 15 1 ikan mpa 16 ikan mpa 17 umpan bubu ulangan lobsterekor ikan mpa 18 ikan mpa 19 ikan mpa 20 ikan mpa 21 ikan mpa 22 ikan mpa 23 ikan mpa 24 ikan mpa 25 ikan mpa 26 ikan mpa 27 ikan mpa 28 ikan mpa 29 1 ikan mpa 30 ikan mpa 31 ; TITLE HASIL ANALISIS RAGAM‐RAL lobsterekor ; proc glm data=bubu; class umpan bubu; model lobsterekor=umpan bubu umpanbubu; means umpan bubu umpanbubuduncan; run; mps : bubu lipat modifikasi pintu samping mpa : bubu lipat modifikasi pintu atas s : bubu lipat standar Lampiran 5. Analisis ANOVA dengan aplikasi SAS untuk 3 jenis bubu lipat dengan umpan tembang Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr F Model 2 7.80645161 3.90322581 9.44 0.0002 Error 90 37.22580645 0.41362007 Corrected Total 92 45.03225806 F table = 3,097 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr F umpan 0.00000000 . . . bubu 2 7.80645161 3.90322581 9.44 0.0002 umpanbubu 0.00000000 . . . PrF : 0,05 atau taraf nyata 5 : berbeda nyata Level of bubu N lobsterekor Mean Std Dev mpa 31 0.09677419 0.30053715 mps 31 0.45161290 0.62389688 s 31 0.80645161 0.87251953 Lampiran 6. Respon data hasil tangkapan lobster jenis bubu lipat modifikasi pintu samping MPS dan standar S dengan jenis umpan cacing tanah dan tembang standar umpan bubu ulangan lobsterekor Cacing ps 1 Cacing ps 2 Cacing ps 3 Cacing ps 4 Cacing ps 5 Cacing ps 6 1 Cacing ps 7 1 Cacing ps 8 1 Cacing ps 9 Cacing ps 10 Cacing ps 11 Cacing ps 12 Cacing ps 13 Cacing ps 14 Cacing ps 15 1 Cacing ps 16 Cacing ps 17 Cacing ps 18 1 Cacing ps 19 Cacing ps 20 1 Cacing s 1 3 Cacing s 2 Cacing s 3 Cacing s 4 Cacing s 5 1 Cacing s 6 Cacing s 7 Cacing s 8 1 Cacing s 9 1 Cacing s 10 1 Cacing s 11 2 Cacing s 12 2 Cacing s 13 1 Cacing s 14 1 Cacing s 15 0 Cacing s 16 0 Cacing s 17 0 Cacing s 18 0 umpan bubu ulangan lobsterekor Cacing s 19 0 Cacing s 20 3 ikan ps 1 ikan ps 2 ikan ps 3 ikan ps 4 ikan ps 5 ikan ps 6 ikan ps 7 ikan ps 8 ikan ps 9 1 ikan ps 10 ikan ps 11 ikan ps 12 ikan ps 13 ikan ps 14 ikan ps 15 ikan ps 16 1 ikan ps 17 1 ikan ps 18 ikan ps 19 ikan ps 20 ikan s 1 ikan s 2 1 ikan s 3 2 ikan s 4 1 ikan s 5 ikan s 6 ikan s 7 ikan s 8 ikan s 9 ikan s 10 ikan s 11 ikan s 12 ikan s 13 ikan s 14 ikan s 15 ikan s 16 1 ikan s 17 ikan s 18 ikan s 19 1 ikan s 20 Lampiran 7. Data syntax 2 jenis bubu lipat dengan umpan cacing tanah dan umpan tembang DATA bubu; INPUT umpan bubu ulangan lobsterekor ; CARDS; Umpan Bubu Ulangan Trans-data Cacing mps 1 0.707106781 Cacing mps 2 0.707106781 Cacing mps 3 0.707106781 Cacing mps 4 0.707106781 Cacing mps 5 0.707106781 Cacing mps 6 1.224744871 Cacing mps 7 1.224744871 Cacing mps 8 1.224744871 Cacing mps 9 0.707106781 Cacing mps 10 0.707106781 Cacing mps 11 0.707106781 Cacing mps 12 0.707106781 Cacing mps 13 0.707106781 Cacing mps 14 0.707106781 Cacing mps 15 1.224744871 Cacing mps 16 0.707106781 Cacing mps 17 0.707106781 Cacing mps 18 1.224744871 Cacing mps 19 0.707106781 Cacing mps 20 1.224744871 Cacing s 1 1.870828693 Cacing s 2 0.707106781 Cacing s 3 0.707106781 Cacing s 4 0.707106781 Cacing s 5 1.224744871 Cacing s 6 0.707106781 Cacing s 7 0.707106781 Cacing s 8 1.224744871 Cacing s 9 1.224744871 Cacing s 10 1.224744871 Cacing s 11 1.58113883 Cacing s 12 1.58113883 Cacing s 13 1.224744871 Cacing s 14 1.224744871 Cacing s 15 0.707106781 Cacing s 16 0.707106781 Cacing s 17 0.707106781 Cacing s 18 0.707106781 Cacing s 19 0.707106781 Cacing s 20 1.870828693 ikan mps 1 0.707106781 ikan mps 2 0.707106781 Umpan Bubu Ulangan Trans-data ikan mps 3 0.707106781 ikan mps 4 0.707106781 ikan mps 5 0.707106781 ikan mps 6 0.707106781 ikan mps 7 0.707106781 ikan mps 8 0.707106781 ikan mps 9 1.224744871 ikan mps 10 0.707106781 ikan mps 11 0.707106781 ikan mps 12 0.707106781 ikan mps 13 0.707106781 ikan mps 14 0.707106781 ikan mps 15 0.707106781 ikan mps 16 1.224744871 ikan mps 17 1.224744871 ikan mps 18 0.707106781 ikan mps 19 0.707106781 ikan mps 20 0.707106781 ikan s 1 0.707106781 ikan s 2 1.224744871 ikan s 3 1.58113883 ikan s 4 1.224744871 ikan s 5 0.707106781 ikan s 6 0.707106781 ikan s 7 0.707106781 ikan s 8 0.707106781 ikan s 9 0.707106781 ikan s 10 0.707106781 ikan s 11 0.707106781 ikan s 12 0.707106781 ikan s 13 0.707106781 ikan s 14 0.707106781 ikan s 15 0.707106781 ikan s 16 1.224744871 ikan s 17 0.707106781 ikan s 18 0.707106781 ikan s 19 1.224744871 ikan s 20 0.707106781 ; TITLE HASIL ANALISIS RAGAM‐RAL lobsterekor ; proc glm data=bubu; class umpan bubu; model lobsterekor=umpan bubu umpanbubu; means umpan bubu umpanbubuduncan; run; mps: bubu lipat modifikasi pintu samping s : bubu lipat standar Lampiran 8. Hasil analisis ANOVA dengan aplikasi SAS untuk 2 jenis bubu lipat dengan umpan cacing tanah dan umpan tembang Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr F Model 3 0.88266572 0.29422191 3.45 0.0206 Error 76 6.47633388 0.08521492 Corrected Total 79 7.35899960 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr F umpan 1 0.41900295 0.41900295 4.92 0.0296 bubu 1 0.37362545 0.37362545 4.38 0.0396 umpanbubu 1 0.09003732 0.09003732 1.06 0.3073 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N umpan A 0.96429 40 Cacing B 0.81954 40 ikan Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N bubu A 0.96025 40 s B 0.82358 40 ps Lampiran 9. Respon data hasil tangkapan lobster berdasarkan jenis bubu lipat modifikasi pintu samping MPS dan standar S Hasil Tangkapan Lobster ekor berdasarkan Trip Jenis Bubu Lipat No. Modifikasi Pintu Samping Standar MPS S 1 0 3 2 0 1 3 0 2 4 0 1 5 0 1 6 1 7 1 8 1 1 9 1 1 10 0 1 11 0 2 12 0 2 13 0 1 14 0 1 15 1 16 1 1 17 1 18 1 19 0 1 20 1 3 total 9 22 rataan 0.5 1.1 SD 0.5 0.9 SE 0.03 0.05 Lampiran 10 Respon data hasil tangkapan lobster berdasarkan jenis umpan cacing tanah dan tembang standar Hasil Tangkapan Lobster ekor berdasarkan Trip jenis umpan No. Cacing tanah Tembang 1 3 2 0 1 3 0 2 4 0 1 5 1 6 1 7 1 8 2 9 1 1 10 1 11 2 12 2 13 1 14 1 15 1 16 0 2 17 0 1 18 1 19 0 1 20 4 total 22 9 rata 1.10 0.45 SD 1.1 0.7 SE 0.05 0.03 Lampiran 11 Kondisi umpan sebelum dan sesudah perendaman Lampiran 11 Lanjutan Lam N N N N N N N N mpiran 12 Nama lokal : U Nama Indones Nama Inggris Nama Latin : Nama lokal : U Nama Indones Nama Inggris Nama Latin : Hasil tangk Udang Baron sia : Lobster : Scalloped Panulirus ho Udang Baron sia : Lobster : Ornate Ro Panulirus or kapan bubu ng Hijau Pasir Spiny Lobste omarus ng Mutiara ock Lobster rnatus lipat peneli er Nam Nam Nam Nam Nam Nam Nam Nam tian ma lokal : Ud ma Indonesia ma Inggris : P ma Latin : Pa ma lokal : Ra ma Indonesia ma Inggris : B ma Latin : Po dang Barong : Lobster Hi Painted Rock anulirus versi ajungan a : Rajungan Blue swimm ortunus pela ijau Bambu k Lobster icolor n ing Crab agicus Lamp Nam Nam Nam Nam Nama Nama Nama piran 12 L ma lokal : Raj ma Indonesia ma Inggris : C ma Latin : Ch a Indonesia : a Inggris : Blo a Latin : Port anjutan ajungan maca a : Rajungan Crucifix swim harybdis feria Rajungan ood-spotted s tunus sangui an mming crab atus swimming cr nolentus Nama Nama Nama Nama rab Nama Nama Nama Nama a lokal : Raju a Indonesia : a Inggris : Rid a Latin : Char a lokal : Kera a Indonesia : a Inggris : O a Latin : Epi ungan batu Rajungan dged swimm rybdis natato apu Balong Kerapu tutu range-spotte nephelus ma ing crab or ul ed grouper aculatus Lam 4 mpiran 12 Lanjutan Nama lo Nama In Nama In Nama L Nama lo Nama In Nama In Nama L Nama lok Nama Ing Nama Lat okal : Cumi ndonesia : S nggris : Cutt Latin : Sepia okal : Udang ndonesia : U nggris : Man Latin : Squilla kal : Ikan Sin ggris : Sharpn tin : Canthig Batok otong tlefish sp g Mantis Udang Mantis ntis Shrimp a mantis ngreng nosed Puffer gaster sp. s r ABSTRACT ZULKARNAIN. Design and Construction of Collapsible Pot Modification and Use Earthworm Lumbricus rubellus as Bait Alternatives for Catching Spiny Lobster. Under supervision of MULYONO S. BASKORO, SULAEMAN MARTASUGANDA, and DANIEL R. MONINTJA. In Indonesia, the use of special pots to catch lobsters has not been much done and undeveloped, so that the necessary effort to develop a lobster pot fishing gear through technological improvements or modifications of existing gear. There are organisms that originated from the mainland are expected to have economic potential as a natural alternative for lobster bait, ie earthworms Lumbricus rubellus . The general objective of the research is to make improvements and reveal the effectiveness of pot construction and the use of alternative bait in the lobster resource utilization. The experiment was conducted in two stages carried out since the year 2008 to 2011. The first stage is a laboratory-scale research and the second stage is a field-scale research with the experimental fishing in the eastern coast of the Pelabuhanratu Bay waters of West Java. The result of this study show that catch of collapsible pot consisted of the main target and by-catch. The main target catches were composed by lobster, consisting of three species, namely scalloped spiny lobster Panulirus homarus, painted rock lobster Panulirus versicolor, and ornate rock lobster Panulirus ornatus. On the other hand the by-catch which consisting of a group of crustaceans sea swimming crabs, group molluscs cuttlefish-Sepia sp., groups of fish grouper, Epinephelus maculatus , and groups of crustaceans shrimp, Squilla mantis. Fishing trials to measure the effectiveness of collapsible pot modifications and bait of sardines has been performed for 31 days of fishing trip. The use of collapsible pot experiments has a different effectiveness in acquiring lobster catches F value α = 5 = 9.44 F tabel = 3.097 or p-value = 0.0002 0.05. Trials to measure the effectiveness of collapsible pot side doors modification and bait earthworms have been performed for 20 days fishing trip The statisticaly analysis show that two types of collapsible pot and two kind of baits in this research are significantly different α = 5. Furthermore analysis comparison about lobster catch between type of collapsible pot show that the standard of collapsible pot is better compared with modifications. While collapsible pot using earthworms better than the collapsible pot that uses sardine standard of bait. The collapsible pot modification can reduce by-catch by 50 compared with the standard. Earthworms have a high protein content, also have good feedback resistance in sea water compared with bait sardines. Earthworms bait fat content decreased more rapidly with an average reduction of 65.48 ± 3.04 compared with sardines 41.51 ± 3.44. Keywords : Spiny lobster, collapsible pot modification, earthworm 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya perikanan laut Indonesia yang berada di wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati laut biodiversity tertinggi di dunia. wilayah perairan pantai dengan keanekaragaman ekosistem dan variabilitas organisme lautnya merupakan sumber daya perikanan yang penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Keanekaragaman hayati laut tersebut diantaranya adalah jenis-jenis ikan karang konsumsi kakap, kerapu, baronang, kuwe, ikan karang hias, spiny lobster udang karang, rajungan blue swimming crab, kepiting bakau mud crab, ikan layur dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya yang bermigrasi ke perairan pantai. Upaya pemanfaatan sumber daya ikan dilakukan dengan menggunakan berbagai tingkatan teknologi, baik teknologi tingkat tinggi moderen, tingkat madya dan tradisional. Pemanfaatan sumber daya ikan yang dilakukan masyarakat nelayan kebanyakan dilakukan di perairan pantai dan didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap skala kecil yang sangat besar dalam jumlah unit penangkapan dan jumlah nelayan. Pada umumnya, kegiatan perikanan tangkap skala kecil memiliki keterbatasan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan. Keterbatasan yang dapat dikategorikan sebagai permasalahan utama selain aspek modal, adalah keterbatasan input teknologi IPTEK. Kegiatan Perikanan tangkap skala kecil cenderung statis dalam upaya pengembangan teknologi yang digunakan. Kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas usaha yang dijalankan, seperti menurunnya hasil tangkapan per upaya penangkapan, kualitas hasil tangkapan dan nilai jual yang rendah, sehingga secara keseluruhan dapat mengurangi keragaan usaha yang dilakukannya. Pemilihan input teknologi penangkapan akan disesuaikan dengan target tangkapan. Target ikan hasil tangkapan yang seharusnya dipilih adalah jenis ikan unggulan dengan tujuan memperoleh nilai jual yang tinggi dengan kualitas yang diinginkan oleh pasar, baik dalam keadaan hidup maupun segar. Lobster merupakan komoditas perikanan unggulan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dalam perdagangan produk perikanan tingkat lokal maupun internasional. Kondisi lobster yang memberikan nilai jual tinggi adalah lobster dalam keadaan hidup dan lengkap bagian-bagian tubuhnya, yaitu belum ada bagian dari tubuhnya yang putus atau hilang. Perikanan lobster di setiap wilayah perairan pantai di Indonesia dengan habitat yang sesuai merupakan salah satu kegiatan industri perikanan tangkap yang berbasis masyarakat yang memiliki keunggulan komperatif karena potensi sumber daya lokal yang cukup besar, permintaan pasar dan harga yang tinggi. Operasi penangkapan lobster dilakukan di perairan pantai dengan teknologi dan cara penangkapan yang bervariasi. Penangkapan lobster yang dilakukan oleh nelayan termasuk dalam kegiatan perikanan tangkap skala kecil. Jenis alat tangkap yang kebanyakan digunakan adalah perangkap jaring yang disebut dengan jaring gilnet dasar monofilamen sirang, perangkap krendet jodang dan perangkap bubu pot yang belum berkembang secara luas di Indonesia. Alat tangkap tersebut menggunakan berbagai jenis umpan sebagai bahan atraktor untuk keberhasilan memperoleh hasil tangkapan lobster. Sedangkan cara penangkapan lobster adalah penangkapan yang dilakukan dengan penyelaman dengan alat kompresor udara dan atau pembiusan yang secara umum menggunakan potassium dan atau akar tumbuh-tumbuhan akar bore. Alat tangkap perangkap yang digunakan untuk menangkap lobster bersifat pasif dan proses tertangkapnya lobster akan mempengaruhi kualitas hasil tangkapannya. Kondisi lobster yang tertangkap dengan perangkap jaring gillnet dasar monofilamen dan perangkap krendet adalah terperangkap dan terbelit oleh jaring. Selama proses terperangkap, lobster akan berusaha untuk melepaskan diri dan hal ini dapat menyebabkan kondisi lobster tidak lengkap karena dapat saja terjadi bahwa ada bagian dari anggota tubuhnya yang terputus atau kondisi lobster sudah tidak utuh lagi. Alat tangkap tersebut tidak memiliki fungsi pelindung bagi lobster saat terperangkap pada alat tangkap terhadap predator yang memangsanya. Sebaliknya, alat tangkap bubu memberikan kondisi lobster yang tertangkap dengan kualitas yang prima, karena lobster terperangkap dalam bubu yang memiliki ruang untuk lobster dapat bergerak dengan leluasa, lobster tidak terbelit jaring dan bubu memiliki fungsi pelindung bagi lobster yang tertangkap dari serangan predator. Sementara itu, cara penangkapan lobster dengan penyelaman, baik yang menggunakan alat kompresor udara maupun bahan pembiusan selain akan merusak habitat juga beresiko tinggi terhadap keselamatan nelayan sebagai operator dalam kegiatan penangkapan. Secara umum, kondisi suatu perairan dengan potensi lobster di perairan tersebut dan tingkat upaya penangkapan di daerah penangkapan fishing ground akan mempengaruhi besarnya perolehan hasil tangkapan lobster oleh nelayan, baik dalam jumlah maupun ukuran. Demikian juga dengan metode penangkapan dari alat tangkap dan cara penangkapan lobster yang digunakan akan memiliki keunggulan dan kekurangan dalam perolehan hasil tangkapan lobster baik dalam jumlah, ukuran dan kualitasnya. Dengan demikian, jumlah, ukuran dan kualitas lobster yang tertangkap akan dipengaruhi oleh kondisi perairan, potensi lobster, tingkat upaya penangkapan di fishing ground, desain dan konstruksi alat tangkap, dan penggunaan jenis umpan. Beberapa penelitian yang terkait dengan perikanan bubu, target hasil tangkapan lobster dan penggunaan umpan telah dilakukan, seperti Fielder 1965, Shelton 1981, Monintja dan Budihardjo 1982, Meenakumari and Rajan 1985, Miller 1990, Groneveld 2000, Eno et al. 2001, Salthaug 2002, Brouck et al. 2006, dan Archdale et al. 2007. Dengan keterbatasan input teknologi IPTEK dalam kegiatan perikanan tangkap skala kecil dan hal itu juga terjadi dalam perikanan lobster serta belum berkembangnya penggunaan bubu yang khusus untuk menangkap lobster, maka diperlukan penelitian tentang rancang bangun bubu lipat modifikasi dan penggunaan umpan alternatif untuk penangkapan lobster, sehingga dapat memberikan informasi penting dalam pengembangan teknologi penangkapan lobster.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan teknologi perikanan tangkap di Indonesia pada tingkat teknologi skala madya dan moderen merupakan hasil adopsi paket teknologi yang telah dikembangkan berdasarkan kegiatan penelitian-penelitian sebelumnya dari negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya. Kegiatan penangkapan lobster dari berbagai tingkatan skala usaha yang dijalankan, terutama perikanan tangkap skala kecil kebanyakan belum mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas alat tangkap terhadap target hasil tangkapan yang diperoleh atau dapat dikatakan bahwa produktivitas alat tangkap masih rendah, atau justru menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Dengan mempertimbangkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya lobster yang cukup besar, harga lobster cukup tinggi dan memiliki potensi pasar potensial yang sangat besar, baik tingkat lokal maupun ekspor, maka pendekatan aspek teknis menjadi penting, bahwa alat tangkap yang digunakan harus memiliki kriteria alat tangkap yang ramah terhadap lingkungan. Beberapa kriteria yang termasuk alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah : memiliki selektivitas yang tinggi, tidak destruktif terhadap habitat, tidak membahayakan nelayan, menghasilkan ikan yang berkualitas baik, hasil tangkapan yang tidak membahayakan kesehatan konsumen, meminimumkan hasil tangkapan yang terbuang, memberikan dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati, dan tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam, serta kegiatan perikanan tangkap yang dapat diterima secara sosial. Keberhasilan suatu usaha perikanan tangkap tergantung pada beberapa faktor yang saling menunjang. Seperti yang dikemukakan oleh Grofit 1980, bahwa pemanfaatan sumber daya hayati laut khususnya perikanan tangkap bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanpa membahayakan kelestarian sumberdaya ikan dengan biaya yang se-efisien mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka teknologi yang diterapkan perlu memenuhi persyaratan, yaitu alat tangkap yang efektif dan efisien dengan bahan yang baik, perbaikan kapal, alat bantu dan perlengkapan kapal serta metode operasi penangkapan yang handal. Kondisi tersebut di atas juga harus didukung oleh suatu ketentuan yang bersifat politis, yaitu bahwa dalam kegiatan usaha perikanan tangkap akan selalu mengacu pada kegiatan penangkapan ikan yang akan diakui oleh dunia internasional, yaitu upaya pemanfaatan sumberdaya ikan dan peningkatan produksi perikanan tangkap melalui cara-cara pemanfaatan yang efektif, efisien dan bertanggung jawab. Efektif yang memberikan hasil tangkapan yang optimal; efisien yang memudahkan cara pengoperasian alat tangkap dan penanganan hasil tangkapan ikan; dan bertanggung jawab yang tidak merusak habitat dan menjaga kelestarian sumber daya ikan. Dalam upaya menciptakan atau melakukan perbaikan teknologi, maka perancangan alat dan metode penangkapan ikan harus mengacu pada referensi yang mendukung tujuan pengembangan. Eksisting teknologi yang ada dan informasi dari publikasi hasil penelitian dengan topik yang sesuai akan mengarahkan pencapaian tujuan pengembangan kepada sesuatu yang menjadi lebih baik. Khusus untuk perikanan bubu dan lobster sebagai target tangkapan, maka upaya perbaikan teknologi tidak hanya kepada aspek teknis alat tangkap, tetapi juga faktor umpan yang dipertimbangkan dapat memberikan efektivitas yang baik dalam perolehan target hasil tangkapan dan efisien dalam pengoperasian alat tangkap tersebut. Beberapa permasalahan tentang perikanan bubu dan umpan yang digunakan dalam penangkapan lobster, yaitu: 1 Ukuran bubu yang relatif besar, berat dan kaku; 2 Pintu mulut bubu yang terbuka yang memungkinkan target dapat meloloskan diri; 3 Jenis umpan yang berasal dari laut cukup tersedia, namun pengadaannya tetap bersaing dengan kebutuhan konsumsi masyarakat dan kebutuhan pakan ternak, sehingga pengadaannya membutuhkan biaya yang relatif besar. Sebaliknya, untuk mencapai keberhasilan dalam penangkapan lobster, maka dibutuhkan kriteria yang terkait dengan: 1 Ukuran bubu yang relatif kecil dan efisien dalam pengoperasiannya; 2 Diperlukan rekayasa pintu jebakan pada pintu masuk bubu sehingga dapat mereduksi pelolosan target tangkapan; 3 Diperlukan umpan alternatif yang dapat menggantikan kebutuhan umpan yang umumnya digunakan dan tidak memerlukan biaya yang relatif besar. Mengacu dengan adanya kendala dan peluang pengembangan dalam upaya perbaikan teknologi perikanan bubu, maka diperlukan kajian. Kajian yang dapat dilakukan adalah studi desain dan konstruksi alat tangkap bubu, studi efektivitas bubu dan penggunaan umpan alternatif melalui metode experimental fishing serta pengujian terhadap kadar protein dan lemak umpan selama perendaman di laut. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi acuan awal pengembangan perikanan bubu dan penggunaan jenis umpan alternatif sebagai paket teknologi yang efektif dalam pemanfaatan sumber daya lobster.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan teknologi bubu dan mengkaji efektivitasnya serta penggunaan jenis umpan alternatif dalam pemanfaatan sumber daya lobster.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan penelitian secara khusus, adalah : 1 Mengkaji dan menciptakan bubu lobster sebagai upaya perbaikan teknologi dengan melakukan modifikasi terhadap desain dan konstruksi bubu standar. 2 Menentukan laju penurunan kandungan kimia protein dan lemak umpan alami, baik umpan standar maupun umpan alternatif berdasarkan lama perendaman. 3 Mengkaji efektivitas penangkapan lobster dengan menggunakan bubu lobster hasil modifikasi dengan umpan standar. 4 Mengkaji efektivitas penangkapan lobster dengan menggunakan bubu lobster hasil modifikasi dengan umpan alternatif.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi teknologi penangkapan lobster hasil modifikasi dan penggunaan umpan alternatif. Informasi ini selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam upaya pengembangan IPTEK bagi masyarakat nelayan sebagai paket teknologi tepat guna pada tahap awal dalam pemanfaatan sumber daya lobster. Dalam rangka penyempurnaan hasil penelitian, informasi ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kegiatan penelitian lanjutan untuk pengembangannya.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan tahapan penelitian yang akan dilakukan, maka hipotesis penelitian ini, adalah : 1 Terdapat perbedaan efektivitas penggunaan bubu lobster modifikasi dengan bubu standar dalam memperoleh hasil tangkapan lobster. 2 Terdapat perbedaan efektivitas penggunaan bubu lobster modifikasi dengan bubu standar dalam memperoleh hasil tangkapan sampingan by-catch. 3 Terdapat perbedaan efektivitas penggunaan umpan alternatif dengan umpan standar dalam memperoleh hasil tangkapan lobster.

1.6 Kerangka Pemikiran

Perikanan lobster dalam konsteks perikanan tangkap di Indonesia, secara umum merupakan kegiatan perikanan tangkap skala kecil yang didominasi oleh masyarakat nelayan di wilayah pesisir pantai. Masyarakat nelayan skala kecil masih memiliki keterbatasan dalam hal akses permodalan dan input IPTEKS, sehingga kecenderungannya bersifat statis dalam penggunaan alat tangkap yang digunakan. Berbagai alat tangkap digunakan untuk pemanfaatan sumberdaya lobster, seperti krendet, gillnet dasar nylon monofilament, bubu, dan cara penangkapan dengan penyelaman. Komoditas lobster akan terkait dengan kondisi yang prima dan kualitas yang baik untuk setiap individu lobster, yaitu dalam keadaan hidup, lengkap bagian tubuhnya dan memiliki ukuran berat yang diminta oleh pasar. Proses tertangkapnya lobster akan menjadi penting untuk dapat memenuhi kondisi prima dan kualitas lobster yang baik serta pemanfaatannya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Bubu biasanya digunakan oleh nelayan untuk menangkap dan mempertahankan target tangkapan yang diinginkan yaitu lobster dan jenis krustasea lainnya yang juga target yang baik, seperti halnya ikan bersirip, gastropoda dan moluska Miller 1990. Lebih dari itu, bubu juga mewakili alat tangkap yang berguna untuk kegiatan pemanenan sumberdaya ikan yang bertanggung jawab. Bubu adalah alat tangkap yang selektif, hasil tangkapan di bawah ukuran ekonomis dapat dikembalikan ke perairan tanpa melukainya, sedikit hasil tangkapan sampingan atau by-catch Groneveld 2000 dan mempunyai dampak yang minimum terhadap komunitas dasar perairan Eno et al 2001. Bubu merupakan jenis alat tangkap pasif yang dioperasikan di dasar perairan untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia, penggunaan alat tangkap bubu yang khusus untuk kegiatan penangkapan lobster udang barong atau udang karang secara komersial belum dilakukan, karena bubu yang digunakan oleh nelayan selama ini hanya untuk menangkap ikan, rajungan dan kepiting bakau. Dibandingkan dengan negara-negara lain, maka alat tangkap bubu merupakan alat tangkap utama pada kegiatan penangkapan lobster dan telah berkembang menjadi usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Harga lobster per kilogram di tingkat nelayan sangat tinggi, sehingga penangkapan lobster menjadi salah satu usaha andalan bagi masyarakat nelayan, karena dengan kuantitas hasil tangkapan minimum dan kualitas yang prima akan tetap memberikan keuntungan usaha sekaligus memberikan peningkatan pendapatannya. Pengoperasian alat tangkap bubu biasanya menggunakan umpan untuk memberikan hasil tangkapan yang optimal sesuai dengan target. Umpan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya pada keberhasilan penangkapan, baik jenis umpan, sifat dan cara pemasangannya Sadhori 1985. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan stimulus yang bersifat fisika dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan-ikan tertentu dalam proses penangkapan. Beberapa ahli perikanan sependapat bahwa umpan merupakan alat bantu perangsang yang memikat sasaran penangkapan dan sangat berpengaruh untuk meningkatkan laju tangkap bubu Rahardjo dan Linting 1993. Beberapa jenis umpan yang berasal dari perairan laut untuk kegiatan penangkapan lobster, diantaranya adalah ikan rucah dan siput laut Kholifah 1998, umpan kanikil Chiton sp dan kepala ikan kembung Rastrelliger sp Sopati 2005. Sementara, umpan yang berasal dari wilayah daratan yang digunakan untuk penangkapan lobster adalah kulit kambing dan kulit sapi Moosa dan Aswandy 1984, keong mas Babylonia spirata L Sopati 2005, dan kelapa yang dibakar Kholifah 1998. Kondisi saat ini, jenis umpan alami yang berasal dari perairan laut cukup tersedia, namun memiliki harga yang cukup tinggi, sehingga untuk pengadaan umpan akan meningkatkan biaya operasi penangkapan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif jenis umpan lainnya yang lebih ekonomis dan efektif dengan daya pikat yang baik dalam proses penangkapannya, yaitu jenis umpan yang berasal dari wilayah daratan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas yang menjelaskan bahwa terdapat kendala dengan perikanan tangkap skala kecil dan sebaliknya juga terdapat peluang yang cukup besar dalam pemanfaatan sumberdaya lobster, sehingga diperlukan upaya pengembangan melalui kegiatan penelitian. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka pemikiran

1.7 Novelty

Novelty disertasi ini adalah: 1 Rancang bangun bubu lipat modifikasi yang berbeda dengan bubu lipat standar, dalam hal: i adanya penggunaan rekayasa pintu jebakan pada mulut bubu yang terbuat dari bahan plastik berbentuk kisi-kisi, ii ukuran mulut bubu lipat modifikasi yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran mulut bubu lipat standar yang memberikan peluang target lobster lebih mudah dan cepat masuk ke dalam bubu, dan iii sudut slope net pada pintu masuk bubu memiliki sudut yang sama antara bagian bawah dan atas, yaitu 22,5° yang merupakan sudut dengan kemiringan yang kecil yang memudahkan lobster bergerak ke arah mulut bubu meskipun posisi bubu saat di dasar perairan dalam posisi terbalik, ALAT TANGKAP BUBU LOBSTER DAN UMPAN ALTERNATIF YANG EFEKTIF PERIKANAN LOBSTER UPAYA PENGEMBANGAN - Sumber daya lobster cukup besar - Harga lobster cukup tinggi - Pasar sangat terbuka lokalekspor - Teknologi alat tangkap bubu cukup berkembang - Ukuran bubu yang relative besar, berat dan kaku - Alat tangkap bubu lipat cukup efisien dan efektif untuk menangkap gurita dan rajungan - Aspek penelitian terkait dengan alat tangkap dan tingkah laku lobster cukup banyak - Pintu mulut bubu yang terbuka memungkinkan target dapat meloloskan diri - Kurangnya pertimbangan aspek efisiensi dan efektivitas alat tangkap - Lobster hasil tangkapan dapat saja dalam kondisi ada angota tubuh yang terputus atau cacat - Statis dalam pengembangan IPTEKS - Alat tangkap bubu khusus untuk menangkap lobster belum berkembang - Jenis umpan alami yang berasal dari laut cukup tersedia, namun kebutuhannya bersaing dengan kebutuhan untuk konsumsi, pengolahan dan peternakan, sehingga harga umpan relatif mahal - Diperlukan rekayasa pintu jebakan pada pintu masuk bubu sehingga dapat mereduksi pelolosan target tangkapan PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL KAJIAN KENDALA PELUANG 2 Penggunaan jenis umpan alami yang berbeda dan efektif yang berasal dari daratan dibandingkan dengan jenis umpan standar, yaitu: cacing tanah Lumbricus rubellus. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbaikan Teknologi

Dalam upaya menciptakan atau melakukan perbaikan teknologi, maka perancangan alat dan metode penangkapan ikan akan selalu diawali dengan mengetahui tingkah laku dari ikan. Tingkah laku ikan menurut He 1989 adalah adaptasi dari badan ikan terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal, sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan dengan tingkah laku ikan karena adanya rangsangan eksternal. Taxis merupakan salah satu tingkah laku yaitu yang berhubungan dengan arah gerakan terhadap rangsangan secara eksternal. Grofit 1980 menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya hayati laut khususnya perikanan tangkap bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimum tanpa membahayakan kelestarian sumberdaya ikan dengan biaya yang se-efisien mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka teknologi yang diterapkan perlu memenuhi persyaratan, yaitu alat tangkap yang efektif dan efisien dengan bahan yang baik, perbaikan kapal, alat bantu dan perlengkapan kapal serta metode operasi penangkapan yang handal. Menurut Fridman 1988, merancang alat tangkap adalah proses mempersiapkan uraian teknis dan menggambar alat tangkap agar dapat memenuhi syarat-syarat penanganan alat, teknis, operasional penggunaan, ekonomis dan sosial. Penyelesaian masalah yang terdapat dalam memproduksi alat tangkap agar memenuhi sifat-sifat tersebut adalah komplek, pertama karena sifat teknologi yang komplek dan kedua karena beberapa sifat yang bertentangan harus digabungkan. Pada dasarnya, untuk merancang alat tangkap, cukup bila dipunyai pengalaman praktek menangkap ikan dan mampu melaksanakan perhitungan teknis. Dengan pengetahuan ini, rencana dan spesifikasi alat tangkap ikan dapat dikembangkan dan alat dibuat dan diuji di laut. Jika alat tangkap yang baru kurang memuaskan, maka perlu dimodifikasi atau bahkan dirancang dari permulaan dengan memperhitungkan kesalahan sebelumnya. Selanjutnya Fridman 1988 juga menyatakan bahwa kualitas utama dari alat tangkap dan rancangannya yaitu kelayakan ekonomis dan efisiensi penangkapan, yang tergantung dari banyak faktor seperti adanya sumber daya perikanan, kebutuhan pasar akan ikan dan harganya, biaya operasi armada penangkapan, jumlah, ukuran, dan jenis perahu di tempat tersebut, jauh dekatnya dari pelabuhan, tersedianya bahan dan komponen alat tangkap dan teknik yang mendukung konstruksi dan merawat armada, pengelolaan sumber daya perikanan peraturan dan hambatan operasionalnya, keadaan hidrometeorologi, tersedianya nelayan dan tenaga ahli dan tergantung juga pada kondisi teknik dan kondisi ekonomi lainnya. Rancang bangun yang baru seharusnya disesuaikan sedapat mungkin dengan syarat-syarat tersebut di atas dan kondisi teknik, ekonomi serta sosial lainnya. Ayodhyoa 1981 menyatakan bahwa terdapat indikator perkembangan dan kemajuan metode penangkapan fishing methods dari perikanan tradisional ke perikanan industri, yaitu : 1 Perubahan usaha penangkapan dari seekor demi seekor ke arah usaha penangkapan dalam jumlah banyak. Hasil tangkapan ini tidak hanya diperuntukkan untuk waktu itu, tetapi diharapkan dapat dipergunakan pula untuk sesuatu jangka waktu, menyesuaikan diri dengan situasi harga pasaran. Hal ini menyebabkan alat yang dipergunakan haruslah lebih besar dan efektif; 2 Perubahan fishing ground ke arah yang lebih jauh dari pantai, dan sehubungan dengan itu terjadi pula perubahan dari kedalaman perairan, yaitu dari perairan dangkal ke arah perairan yang lebih dalam; 3 Penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Perkembangan teknologi telah mampu menggantikan manusia yang menjaga alat yang digunakan dengan mesin yang serba otomatis, sehingga dengan pengurangan tenaga buruh maka keuntungan akan lebih besar.

2.2 Bubu

Bubu adalah alat tangkap perangkap atau jebakan yang sifatnya pasif. Penggunaan bubu untuk penangkapan lobster sesungguhnya adalah memakai bubu yang umum digunakan untuk menangkap ikan-ikan karang. Bubu ini ukurannya bermacam-macam yang disesuaikan dengan kedalaman air. Bubu