Komponen Authority Control Perkembangan Authority Control

14 Selain itu, Marais 2004 menyebutkan pengguna dari authority control, yaitu : 1. Kataloger 2. Staf Akuisisi 3. Pustakawan referensi 4. Pengguna perpustakaan 5. Pengguna lainnya, antara lain : arsiparis dan pengembang software perpustakaan

2.2.3. Komponen Authority Control

Authority control memiliki tiga komponen utama, yakni : 1. Authority form, Auld 1982 seperti dikutip oleh Marais 2004 menjelaskan bahwa authority form adalah bentuk yang digunakan untuk titik akses dari sebuah dokumen, dapat juga disebut sebagai tajuk. 2. Authority records Hine 1991 ; Buchinski 1978 seperti dikutip oleh Marais 2004 mendefinisikan authority record as a unit of authoritative information representing an individual heading in an authority file. It includes the authoritative form of the heading, references to and form the heading, cataloguing notes, historical information and references to the source of the heading. 3. Authority file Marais 2004 menyatakan bahwa the authority file provides structure within a catalogue are consistent and unique. Adapun kegiatan authority file yang dilakukan diperpustakaan biasanya bertujuan untuk :  Authority records, yakni mengidentifikasikan bentuk baku sebuah titik akses  Membuat referensi silang antar titik akses  Menghubungkan antara istilah lama dan istilah yang digunakan  Menghubungkan istilah luas dan istilah sempit pada istilah  Membuat informasi mengenai catatan ruang lingkup istilah 15

2.2.4. Perkembangan Authority Control

Sejak awal keberadaannya authority control selalu menjadi bahan perdebatan, ada yang menganggap bahwa authority control berbeda dengan titik akses pada katalog Gorman, 1979. Meskipun pada kenyataanya kegiatan authority file telah dilakukan sejak lama, namun kegiatan ini merupakan kegiatan tersendiri yang tidak berhubungan dengan penelusuran informasi di perpustakaan. Pada awalnya kegiatan authority hanya untuk pengawasan bibliografiss pada suatu perpustakaan, seperti yang dilakukan oleh Library of Congress. Library of Congress telah melakukan kegiatan authority file sejak tahun 1889, meskipun masih dilakukan secara sederhana. Kegiatan ini dilakukan untuk mengendalikan karya yang dibuat oleh pengarang tertentu. Pada perkembangan selanjutnya, Tillet 1991 mengemukakan ide untuk penggabungan antara bibliographic records dan authority records, dalam makalahnya Tillet menyebutkan “access control records could be linked to bibliographic records to collocate all manifestations of a work, and the other related access control records to collocate related headings ”. Hal ini sejalan dengan pendapat Barnhart 1992 yang menyatakan bahwa titik akses harus dilihat melalui authority records. Prinsip keseragaman kemudian mulai menimbulkan banyak masalah, terutama untuk negara-negara tertentu yang memiliki perbedaan bahasa dan tidak menggunakan huruf roman dalam penulisannya, seperti Jepang, Korea, Arab, Israel, Rusia, dll. Melalui serangkaian diskusi di tingkat internasional, kemudian dibuatlah format standar untuk mengatasi adanya perbedaan tersebut. Cikal bakal format standar dimulai dari Taylor 1989 yang mengeluarkan ide untuk membuat International Standard Authority Data Number ISADN atau yang kemudian lebih dikenal dengan International Standard Author Number ISAN yang berfungsi untuk mengidentifikasi nama pengarang. Kemudian oleh Bourdon 1991 direkomendasikan pada kongres IFLA agar ISADN ditetapkan sebagai standar internasional, dan merekomendasikan perubahan kerjasama internasional dalam authority data. Dengan keputusan ini, masing-masing perpustakaan negara diperbolehkan untuk membuat authority sendiri-sendiri. 16 Pada penelitian selanjutnya, Tillet 1996 merekomendasikan dibentuknya jaringan yang saling terhubung antar database authority dan dibuat sistem kendali yang terpusat. Pada tahun 1998, IFLA membentuk working group yang pada tahun berikutnya menyatakan FRANAR Functional Requirements and Numbering Authority Records yang dikembangkan oleh Plassard 2001 sebagai revisi atas ISADN. IFLA working group ini kemudian membentuk UBCIM Universal Bibliographic Control and International MARC Programme, UBCIM ini dibentuk untuk memfasilitasi kerjasama internasional dalam authority data yang kemudian diusulkan agar setiap agen bibliografis dalam hal ini diwakili oleh perpustakaan negara membuat authority file yang sudah tersedia di internet dengan menggunakan homepage IFLA dan berbayar. Sampai dengan saat ini, beberapa pangkalan data authority yang telah dibuat antara lain : 1. CoBRA+ Computerised Bibliographic Records Actions yang mulai dikembangkan pada tahun 1993 oleh European Comission. CoBRA+ bertujuan untuk menyebarkan informasi dan pengembangan koleksi, sebagai legal deposit, bibliographic control dan mempromosikan penggunaan informasi bersama dalam sebuah jaringan. 2. LEAF Linking and Exploring Authority File. Proyek ini merupakan konsorsium negara-negara eropa dan dimotori oleh European Commission Information Society Technologies Programmme. LEAF mengembangkan model arsitektur sistem pencarian informasi untuk mengumpulkan dan menemukan nama orang atau institusilembaga, model ini dikembangkan untuk melestarikan warisan budaya eropa. Sistem ini dirancang tidak hanya untuk perpustakaan namun dapat digunakan juga pada lembaga kearsipan, museum, dan pusat dokumentasi. 3. NACO Name Authority Co-operative Programme yang dikembangkan oleh Library of Congress melalui Programme for Cooperative Cataloging PCC sejak tahun 1995. PCC merupakan program internasional yang dikembangkan LC dengan dukungan dari berbagai perpustakaan di dunia dan memiliki 4 komponen kegiatan, yaitu : 1 Name Authority Cooperative Programme NACO ; 2 Subject Authority Cooperative 17 Programme SACO ; 3 Bibliographic Record Cooperative Programme BIBCO ; 4 Cooperative Online Serials Programme CONSER. Program yang paling berhasil adalah NACO, dimana sekarang ini NACO telah berkembang menjadi VIAF. 4. VIAF The Virtual International Authority File merupakan program kolaborasi antara Library of Congress, The Deutsche Nationalbibliothek, the Bibliothėque national de France dan OCLC. Tujuan dikembangkannya VIAF ini adalah terkumpulnya data authority hasil kolaborasi dari beberapa perpustakaan dan dapat diakses secara bebas melalui web http:viaf.org. Dengan menghubungkan nama yang berbeda untuk orang yang sama dan atau organisasi yang sama, VIAF menyediakan sarana yang dapat saling terhubung meskipun terdapat perbedaan bahasa. Organisasi perpustakaan yang berpartisipasi dalam program VIAF ini berjumlah 14 lembaga, yaitu : Library of Congress, The Deutsche Nationalbibliothek German National Library, the Bibliothėque national de France National Library of France, OCLC Online Computer Library Center, Kungl.biblioteket – Sveriges nationalbibliotek National Library of Sweden, Narodni knihovna Česke republiky National Library of the Czech Republic, National Library of The State of Israel, Bibliotheca Alexandrina Library of Alexandria, Egypt, Biblioteca Nacional de Espana National Library of Spain, Biblioteca Apostolica Vaticana Vatican Library, Vatican City, Swiss National Library, National Library of Portugal, Central Institute for the Union Catalogue of Italian Libraries and for Bibliographic Information, Italy dan National Library of Australian.

2.3. Hubungan Antar Istilah