2.3. Pengendalian Kualitas
Perusahaan membutuhkan suatu cara yang tepat agar dapat menghasilkan kualitas yang baik pada produk yang dihasilkannya serta menjaga konsistensinya
agar dapat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yaitu dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas quality control dalam kegiatan produksinya. Pengendalian
kualitas perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, saat proses produksi berjalan hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan sebuah
produk. Pengendalian kualitas dilakukan agar perusahaan dapat menghasilkan
produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai Assauri, 1998.
Sedangkan menurut Gasperzs 2005, pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas kinerja yang sebenarnya yang dilakukan telah
sesuai dengan yang direncanakan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik, cara, metode, aktivitas atau kegiatan yang terencana yang dilakukan untuk
mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan. 2.4.
Tujuan Pengandalian Kualitas Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Assauri 1998 adalah:
1.
Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.
2.
Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3.
Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4.
Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan
bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah
mungkin.
2.5. Six Sigma
Six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses process variances
sekaligus mengurangi cacat produk atau jasa yang diluar spesifikasi dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif Cendrawati,
2007. Menurut Gazpers 2007 six sigma merupakan suatu metode atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang menajemen kualitas. Sedangkan menurut Pande 2002, menyatakan
six sigma adalah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis. Six sigma secara unik
dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap fakta, data dan analisis statistik, serta perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki dan menanamkan
proses bisnis. Menurut Brue 2005, six sigma merupakan penerapan metodik dari alat
penyelesaiaan masalah statistik untuk mengidentifikasi dan mengukur pemborosan dan menujukkan langkah-langkah perbaikan. Six sigma bertujuan
untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan
produktivitas dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik. Standar six sigma dalam proses produksi dikenal dengan istilah defectively rate of process
dengan nilai sebesar 3,4 defektif di setiap juta unitproses. Artinya, dalam satu juta unitproses hanya diperkenankan mengalami kegagalan atau cacat produk
sebanyak 3,4 unitproses. Dengan demikian, derajat konsistensi six sigma adalah sangat tinggi dengan simpangan baku yang sangat rendah. Berikut nilai level
sigma dapat dilihat pada Tabel 2.