1. Kelompok Eksperimen Harga statistik uji L
o
= 0.0770 tidak melebihi harga kritik L
α ; n
= 0.1519 L
obs
= 0.0770 L
0.05; 34
= 0.1519 yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Kelompok Kontrol Harga statistik uji L
o
= 0.0896 tidak melebihi harga kritik L
α ; n
= 0,1566 L
obs
= 0.0896 L
0.05; 34
= 0.1566 yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan Metode Bartlett menghasilkan nilai χ
2 hitung
= 0.489. Nilai ini tidak melebihi harga kritik
χ
2 0.05; 1
= 3.841 sehingga sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan
Kemampuan psikomotorik mahasiswa yang memiliki kemampuan kognitif kategori tinggi dan rendah untuk kedua sampel yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan inquiry dianalisis dengan ANAVA Dua Jalan Isi Sel Tak Sama. Hasil dari ANAVA disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 14. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Isi Sel Tak Sama
Sumber Variansi
SS df
MS F
P
Efek Utama A Baris
314,19030
1
314,19030 4,480
0.05 B Kolom
372,79464 1
372,79464 5,316
0.05 Interaksi AB
372.79464 1
307,98787 4,392
0.05 Error
4347.81602 62
70,12606 -
- Total
5342.78883 65
- -
-
Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 F
A
=
4,480
F
0.05; 1.62
= 3.97 dengan demikian H
0a
ditolak sehingga ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan inquiry bebas
termodifikasi dan pendekatan inquiry terbimbing terhadap kemampuan psikomotorik.
b. Hipotesis 2 F
B
= 5.316 F
0.05; 1.62
= 3.97 dengan demikian H
0b
ditolak sehingga ada perbedaan pengaruh kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan kognitif
rendah terhadap kemampuan psikomotorik. c. Hipotesis 3
F
AB
= 4..392 F
0.05; 1.62
= 3.97 dengan demikian H
0ab
ditolak sehingga ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan inquiry dengan kemampuan
kognitif terhadap kemampuan psikomotorik.
2. Uji Lanjut ANAVA
Hasil dari pengujian ANAVA di atas menunjukkan ditolaknya ketiga hipotesis nol H
, sehingga belum dapat diketahui rerata-rerata mana yang berbeda. Untuk mengetahui lebih lanjut rerata mana yang berbeda, maka
dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Rangkuman uji komparasi ganda disajikan dalam tabel 4.8.
Tabel 15. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Rerata
Komparasi Rerata
1
X
2
X
Statistik Uji
F Harga
Kritik P
µ A
1
vs µ
A
2
48,79412 42,65625
8,856 4,00
0,05 µ
B
1
vs µ
B
2
48,93939 42,69697
9,169 4,00
0,05 µ
A
1
B
1
vs µ
A
1
B
2
48,95455 48,50000
0,023 4,00
0,05 µ
A
1
B
1
vs µ
A
2
B
1
48,95455 48,90909
0,000216 4,00
0,05 µ
A
1
B
1
vs µ
A
2
B
2
48,95455 39,38095
14,042 4,00
0,05 µ
A
1
B
2
vs µ
A
2
B
1
48,50000 48,90909
0,014 4,00
0,05 µ
A
1
B
2
vs µ
A
2
B
2
48,50000 39,38095
9,055 4,00
0,05 µ
A
2
B
1
vs µ
A
2
B
2
48,90909 39,38095
9,345 4,00
0,05 Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan keputusan hasil uji rerata sebagai berikut:
a. F
A12
= 8,856 F
0,05; 1,62
= 4,00 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara baris A
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi dengan baris A
2
pendekatan inquiry terbimbing.
b. F
B12
= 9,169 F
0,.05; 1,62
= 4,00 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B
1
kemampuan kognitif tinggi dan kolom B
2
kemampuan kognitif rendah. c. F
A1B1-A1B2
= 0,023 F
0,05; 3,62
= 8,04 maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara
sel A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan sel A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif
rendah. d. F
A1B1-A2B1
= 0,000216 3F
0,05; 3.62
= 8,04 maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara
sel A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan sel A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi.
e. F
A1B1-A2B2
= 14,042 3F
0,05; 1,62
= 8,04 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel
A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah.
f. F
A1B2-A2B1
= 0,014 3F
0,05; 1,62
= 8,04 maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara
sel A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah dan sel A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi.
g. F
A1B2-A2B2
= 9,055 3F
0,05; 1,62
= 8,04 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel
A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah.
h. F
A2B1-A2B2
= 9,345 3F
0,05; 1,62
= 8,04 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel
A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah.
Dari keputusan uji dapat disimpulkan bahwa: a. Komparasi rerata antar baris
F
A12
= 8,856 F
0,05; 1,62
= 4,00 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara baris A
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi dengan baris A
2
pendekatan inquiry terbimbing. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa yang melakukan praktikum dengan
pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1
= 48.79412 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa yang melakukan praktikum dengan
pendekatan inquiry terbimbing X
A2
= 42.65625. Sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi lebih efektif dari
pada praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing pada Percobaan Melde. b. Komparasi rerata antar kolom
F
B12
= 9,169 F
0,05; 1,62
= 4,00 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B
1
kemampuan kognitif tinggi dan kolom B
2
kemampuan kognitif rendah. Rerata kemampuan psikomotrik mahasiswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi X
B1
= 48.93939 sedangkan rerata kemampuan psikomotrik mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif
rendah X
B2
= 42.69697. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi cenderung mempunyai kemampuan
psikomotorik yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif rendah juga cenderung mempunyai kemampuan
psikomotorik yang rendah. c. Komparasi rerata antar sel
1. Sel A
1
B
1
dan sel A
1
B
2
F
A1B1-A1B2
= 0,023 3F
0,05; 3,62
= 8,04 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif
tinggi dan sel A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah. Rerata kemampuan
psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitf tinggi yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B1
= 48.95455 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan
kognitif rendah yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B2
= 48.50000. Perbedaan rerata antara kedua sel adalah 0,45455. Nilai ini tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap
kemampuan psikomotorik antara mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi dengan mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif
rendah, yang sama-sama melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry
bebas termodifiaksi. Mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi pada umumnya memiliki kemampuan psikomotorik tinggi, akan tetapi
terdapat mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang memiliki kemampuan psikomotorik rendah.
2. Sel A
1
B
1
dan sel A
2
B
1
F
A1B1-A2B1
= 0,000216 3F
0,05; 3.62
= 8,04 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif
tinggi dan sel A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa
dengan kemampuan kognitf tinggi yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B1
= 48.95455 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi
yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A2B1
= 48.90909. Perbedaan rerata antar kedua sel adalah 0,04546. Nilai ini tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap nilai kemampuan
psikomotorik antara mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi dan
mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing. Mahasiswa yang mempunyai
kemampuan kognitif tinggi dan diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi memiliki kemampuan psikomotorik tinggi, akan tetapi
terdapat pula mahasiswa kemampuan psikomotoriknya tinggi meskipun diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry terbimbing.
3. A
1
B
1
dan sel A
2
B
2
F
A1B1-A2B2
= 14,042 3F
0,05; 1,62
= 8,04 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
1
B
1
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif
tinggi dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa
dengan kemampuan kognitif tinggi yang melakukan praktikum dengan
pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B1
= 48.95455 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah
yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing X
A2B2
= 39.38095. Perbedaan rerata antar kedua sel adalah 9,5736. Nilai ini cukup
besar sehingga menimbulkan efek yang signifikan terhadap nilai kemampuan psikomotorik antara mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang
diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi, dan mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang diberi pengajaran
dengan pendekatan inquiry terbimbing. Mahasiswa yang sudah dibekali dengan kemampuan kognitif tinggi kemudian diberi pengajaran yang lebih
efektif menunjukkan kemampuan psikomotorik yang tinggi pula. Sebaliknya mahasiswa yang kemampuan kognitifnya rendah dan diberi pengajaran yang
kurang efektif, maka kemampuan psikomotoriknya juga rendah. 4. Sel A
1
B
2
dan sel A
2
B
1
F
A1B2-A2B1
= 0,014 3F
0,05; 1,62
= 8,04 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif
rendah dan sel A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa
dengan kemampuan kognitif rendah yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B2
= 48.50000 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi
yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing X
A2B1
= 48.90909. Perbedaan rerata antar kedua sel adalah 4,0909. Nilai ini tidak
menimbulkan efek yang signifikan terhadap nilai kemampuan psikomotorik antara mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang diberi pengajaran
dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi, dan mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry
terbimbing. Distribusi nilai kemampuan psikomotrik mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang diberi pengajaran yang lebih efektif relatif
seimbang, artinya ada mahasiswa yang menunjukkan kemampuan psikomotrik
tinggi, namun ada pula yang kemampuan psikomotoriknya rendah. Begitu pula dengan distribusi nilai kemampuan psikomotrik mahasiswa dengan
kemampuan kognitif tinggi tetapi diberi pengajaran yang kurang efektif. Meski rerata nilai psikomotoriknya lebih tinggi, tetapi dalam kelompok ini
juga terdapat mahasiswa yang kemampuan psikomotoriknya rendah. 5. Sel A
1
B
2
dan sel A
2
B
2
F
A1B2-A2B2
= 9,055 3F
0,05; 1,62
= 8,04 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
1
B
2
penggunaan pendekatan inquiry bebas termodifikasi pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah
dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan
kemampuan kognitif rendah yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi X
A1B2
= 48.50000 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang melakukan
praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing X
A2B2
= 39.38095. Perbedaan rerata antar kedua sel adalah 9,11905. Nilai ini cukup besar
sehingga menimbulkan efek yang signifikan terhadap nilai kemampuan psikomotorik antara mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah tetapi
diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry bebas termodifikasi, dan mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang diberi pengajaran
dengan pendekatan inquiry terbimbing. Meskipun mahasiswa memiliki kemampuan kognitif rendah tetapi diberi pengajaran yang lebih efektif,
kemampuan psikomotorik yang ditunjukkan cukup tinggi. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan kognitifnya rendah kemudian diberi pengajaran
yang kurang efektif, maka kemampuan psikomotoriknya juga rendah. 6. A
2
B
1
dan sel A
2
B
2
F
A2B1-A2B2
= 9,345 3F
0,05; 1,62
= 8,04 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara sel A
2
B
1
pendekatan inquiry terbimbing pada siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan sel A
2
B
2
pendekatan inquiry terbimbing pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah. Rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan
kognitif tinggi yang melakukan praktikum dengan pendekatan inquiry terbimbing X
A2B1
= 48.90909 sedangkan rerata kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang melakukan praktikum
dengan pendekatan inquiry terbimbing X
A2B2
= 39.38095. Perbedaan rerata antar kedua sel adalah 9,52859. Nilai ini cukup besar sehingga menimbulkan
efek yang signifikan terhadap nilai kemampuan psikomotorik antara mahasiswa dengan kemampuan kognitif tinggi yang diberi pengajaran dengan
pendekatan inquiry bebas termodifikasi, dan mahasiswa dengan kemampuan kognitif rendah yang diberi pengajaran dengan pendekatan inquiry
terbimbing. Mahasiswa yang sudah memiliki kemampuan kognitif tinggi kemudian diberi pengajaran yang lebih efektif menunjukan kemampuan
psikomotorik yang tinggi. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan kognitifnya rendah kemudian diberi pengajaran yang kurang efektif, maka
kemampuan psikomotoriknya juga rendah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data