10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kependidikan
1. Buku Pelajaran
Buku  pelajaran  adalah  buku  hasil  karya  seorang  pengarang  atau  tim pengarang yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran tentang kurikulum
yang  berlaku,  sehingga  materi  yang  terkandung  dalam  buku  harus  sesuai dengan  kurikulum  Nasution,  1992:  120.  Pernyataan  di  atas  didukung  oleh
Suyanto dan Djihad Hisyam 2000: 121-124 yang menyatakan bahwa penulis buku  ajar  harus  memahami  kurikulum  agar  buku  yang  ditulisnya  dapat
dijadikan  bahan  ajar  yang  memperkaya  wawasan  dan  tantangan  belajar. Relevansi  buku  terhadap  kurikulum  perlu  diperhatikan  agar  buku  ajar  dapat
mendorong siswa memperoleh pengalaman kognitif, afektif, dan psikomotorik secara proporsional.
Storey 1989:271 menuliskan bahwa pembelajaran sains pada umumnya dan biologi khususnya berpusat pada buku pelajaran. Buku pelajaran digunakan
guru  untuk  menyampaikan  materi  dan  bahkan  menentukan  strategi pembelajarannya,  siswa  menggunakannya  sebagai  sumber  informasi  untuk
mengerjakan  tugas  di  sekolah  dan  pekerjaan  rumah.  Buku  pelajaran  sering dianggap
“kurikulum  sains”  yang  harus  dialami  siswa  sehingga  menjadi sumber utama pengetahuan untuk siswa Gottfried  Kyle, 1992: 35.
Buku  pelajaran  berfungsi  sebagai  sarana  utama  bagi  siswa  untuk melaksanakan  proses  belajar,  baik  secara  kelompok  di  dalam  kelas,  secara
kelompok di luar kelas maupun belajar mandiri di luar kelas. Peraturan Menteri
11
Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks atau buku  pelajaran  adalah  buku  acuan  wajib  untuk  digunakan  disekolah  yang
memuat  materi  pembelajaran  dalam  rangka  peningkatan  keimanan  dan ketakwaan,  budi  pekerti  dan  kepribadian,  kemampuan  penguasaan  ilmu
pengetahuan  dan  teknologi,  kepekaan  dan  kemampuan  estesis  serta  potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Buku  pelajaran  di  jenjang  pendidikan  akan  selalu  meningkat  cakupan materinya.  Menurut  Hamid  Muhammad  2006:  12  menjelaskan  bahwa
cakupan materi pembelajaran terkait dengan keluasan, kedalaman dan cukupan materi. Keluasan cakupan materi menggambarkan berapa banyak materi-materi
yang  dimasukkan  ke  dalam  suatu  bahan  ajar,  sedangkan  kedalaman  materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus
dipelajari  dan  dikuasai  oleh  siswa.  Kecukupan  atau  memadainyaa  cakupan materi  juga  perlu  diperhatikan.  Materi  yang  disajikan  hendaknya  cukup
memadai  dalam  membantu  peserta  didik  memenuhi  kompetensi  yang diharapkan.
2. Konsep, Konsepsi dan Miskonsepsi
a. Konsep
Konsep  diartikan  sebagai  makna,  struktur,  komponen  dan  proses  dari suatu fenomena.  Konsep dalam buku ajar dapat berupa definisi,  identifikasi,
klasifikasi dan ciri-ciri khusus Surachman, 2001: 28.
12
b. Konsepsi
Menurut A. Ghofir Muhaimin dan Nur Ali R 1996: 86, konsepsi adalah tafsiran  atau  pengertian  seseorang  terhadap  suatu  konsep.  Konsepsi  yang
dimilki  siswa  tidak  selalu  sesuai  dengan  konsepsi  para  ilmuwan.  Konsepsi para  ilmuan  lebih  canggih,  lebih  kompleks,  lebih  rumit,  dan  lebih  banyak
melibatkan hubungan antar konsep. Faktor kesenjangan antara konsepsi yang dimilki  para  ilmuan  dan  siswa  inilah  yang  menyebabkan  terjadinya
miskonsepsi Rahayu, 2011: 21. c.
Miskonsepsi Miskonsepsi  diartikan  sebagai  penjelasan  tentang  suatu  fenomena  yang
tidak sesuai dengan makna, struktur, komponen dan proses yang dimilikinya. Miskonsepsi  menurut  Paul  Suparno  2005:  4  adalah  penjelasan  yang  salah
atau suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima pada ahli.
Miskonsepsi  merujuk  pada  suatu  konsep  yang  tidak  sesuai  dengan pengertian  ilmiah  atau  pengertian  yang  diterima  para  pakar  dalam  bidang
tersebut.  Miskonsepsi  dapat  merubah  konsep  awal,  kesalahan  hubungan yang  tidak  benar  antara  konsep-konsep,  gagasan  intuitif  atau  pandangan
yang  salah  Lia  Yuliati,  2007:  35-36.  Jika  konsep  yang  tercantum  dalam buku biologi adalah konsep yang salah dan tidak dideteksi lebih cepat, maka
akan  berpengaruh  negatif  terhadap  proses  pemahaman  siswa  sekarang  dan selanjutnya  Dikmenli  dkk  2009:  430.  Menurut  Suwarto  2013:  77-78,
kesalahpahaman pada siswa yang ditimbulkan dari miskonsepsi dalam buku