Pengujian Hipotesis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta. 4. Sumbangan Efektif Besar sumbangan variabel X dukungan sosial untuk variabel Y burnout belajar dapat diketahui dari koefisien sumbangan efektif. Sumbangan efektif tiap variabel bebas dapat diketahui pada tabel 14 berikut: Tabel 12. Sumbangan Efektif Variabel Bebas R R Squared Eta Eta Squared Dukungan_Sosial Burnout -,417 ,174 ,644 ,414 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa koefisien determinasi R 2 dukungan sosial dalam kejenuhan belajar yakni sebesar 0,174. Angka tersebut menggambarkan bahwa sumbangan variabel dukungan sosial terhadap burnout belajar sebesar 17,4. Dapat disimpulkan bahwa masih ada 82,6 disebabkan variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

C. Pembahasan

Berdasarkan analisis data statistik yang dilakukan, telah diketahui bahwa dukungan sosial berkorelasi negatif dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta.sesuai dengan pernyataan Coyne Downey Smet.1994: 133 bahwa hubungan yang bermutu kurang baik seperti siswa yang memiliki konflik dengan temannya, atau tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga cenderung memiliki dukungan sosial yang rendah, sebaliknya apabila seorang individu memiliki hubungan yang harmonis 6 0 dengan keluarga maka individu cenderung mendapatkan dukungan sosial tinggi dalam keluarganya. Ketika seorang individu memiliki hubungan sosial seperti keluarga dan teman bermain ynag baik, maka tidak akan sulit bagi individu tersebut untuk memperoleh energi positif dari lingkungannya. Energi positif yang dimaksud adalah motivasi belajar, penghargaan, fasilitas serta kemudahan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh individu. Sebaliknya, apabila siswa sulit mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya, tentu individu tersebut akan memeroleh kesulitan, termasuk kesulitanya dalam belajar dan mengerjakan tugas. Menurut hasil data yang diperoleh sebagian besar siswa di sekolah masih enggan untuk menceritakan keluh kesah akibat proses belajarnya kepada guru BK di sekolah. Ini berarti bahwa hubungan antar siswa dengan guru BK di sekolah belum terlalu dekat. Selain itu beberapa siswa juga merasa bahwa guru mapel juga cenderung monoton dalam menyampaikan materi bahan ajarnya, hal tersebut tentu mendorong siswa untuk mengalami kebosanan di kelas selama proses belajar. Telah disebutkan oleh Suwarjo dan Diana Septi Purnama 2012: 12 bahwa kejenuhan belajar berarti mengalami kelelahan baik itu fisik, emosional, dan kognitif, yang apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus akan membuat individu mengalami perasaan tak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri negatif, serta sikap negatif yang berujung 6 1 pada distress, disconect, dan perasaan gagal mencapai tujuan. Kelalah fisik berarti seorang individu mengalami gangguan fisik setelah mengalami kejenuhan seperti pusing, sakit kepala, mual, dan sakit karena terlalu banyak tugas dan tuntutan yang harus dipenuhi. Kelelahan emosi juga dapat terjadi seperti individu mengalami tingkat sensitif yang cukup tinggi setelah kelalahan dan jenuh dalam mengerjakan tugas, hal ini bisa membuat individu menjadi mudah marah dan merusak hubungan sosial dengan lingkungannya. Kelelahan kognitif juga terjadi akibat kejenuhan yang dirasakan, seorang individu dapat menjadi tidak konsentrasi dan cenderung mengabaikan tugas yang diberikan apabila tugas yang dibebankan sangat banyak. Hal tersebut akan dapat diminimalisir apabila individu memiliki lingkungan sosial yang positif, yang selalu memberikan fasilitas yang baik, penghargaan dalam setiap pencapaian prestasi, motivasi yang kuat dari sekitar, dan kemudahan- kemudahan berupa bantuan setiap individu tersebut mengalami kesulitan. Hasil penelitian yang dilakukan pada siswak kelas XI SMAN 4 Yogyakarta membuktikan bahwa siswa yang memiliki dukungan sosial tinggi mereka mampu menghadapi segala kesulitan dalam kehidupan sehari- hari khususnya dalam hal belajar. Sebaliknya, ketika individu mendapatkan dukungan sosial yang rendah maka individu tersebut cenderung sulit mendapatkan dukungan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan belajranya yang berakibat pada tingkat kejenuhan yang tinggi. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif dan signifikan antara 6 2 dukungan sosial dengan kejenuhan belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak lepas dari adanya hambatan atau keterbatasan. Hambatan dalam penelitian ini tentu memengaruhi hasil penelitian. Berikut hambatan yang dialami selama penelitian berlangsung: 1. Belum ditemukan komposisi tiap-tiap aspek untuk mengetahui lebih rinci baik itu seberapa besar dukungan sosial maupun tingkat burnout belajarnya. 2. Situasi jam terakhir dan kondisi siswa yang sudah lelah memengaruhi konsentrasi siswa sehingga memungkinkan hal tersebut juga memengaruhi hasil penelitian. 3. Terdapat faktor lain misalnya, kondisi kesehatan siswa, jarak rumah dengan sekolah, pola hidup yang tidak teratur, atau motivasi dalam diri yang kurang kuat yang dapat memengaruhi burnout belajar yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. 6 3