BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pria Dewasa yang Mengonsumsi Tuak di Desa Suka Maju
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden diperoleh bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi tuak berumur 32 sampai 37
tahun sebesar 30, sedangkan responden dengan umur termuda yaitu 20 sampai 25 tahun hanya sedikit jumlahnya yaitu sebesar 12,5. Hal ini sesuai dengan penelitian
Sipahutar 2009, bahwa sebagian besar penikmat alkohol yang berada pada tingkat pengguna tetap berada pada umur 20 tahun ke atas dan yang masih dalam usia
produktif. Menurut Harimurti 2009, kelompok usia dengan presentasi pengguna alkohol tertinggi adalah usia antara 20-35 tahun. Seperti kita ketahui usia ini sangat
diperlukan dalam peningkatan sumber daya manusia terutama untuk pembangunan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Pane 2007, bahwa dengan adanya
kebiasaan minum tuak dan memakan tambul yang akan mengakibatkan ketergantungan karena kandungan alkohol dalam tuak meningkatkan kadar dopamin
pada otak yang menyebabkan rasa senang dan relaksasi sehingga ketagihan untuk merasakannya kembali, sedangkan tambul juga memiliki kenikmatan saat dikonsumsi
bersama tuak dan keyakinan terhadap tambul tersebut membuat mereka ingin selalu mengonsumsinya. Hal demikian mempengaruhi pikiran sehingga kinerja berkurang
dan ini merupakan penghambat pembangunan kesehatan. Untuk tingkat pendidikan terakhir paling banyak pria dewasa yang
mengonsumsi tuak berpendidikan SLTA sebanyak 40. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kebiasaan konsumsi tuak. Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan pria dewasa adalah petani sebesar 57,5. Pada umumnya pria dewasa di Desa Suka Maju bertani coklat, padi dan karet. Bertani inilah yang menjadi mata
pencaharian utama mereka. Dari hasil wawancara, kebanyakan pria dewasa setelah pulang dari ladang pria dewasa menyempatkan minum tuak di lapo tuak untuk
menghilangkan letih dan memulihkan tenaga setelah bekerja.
5.2. Kebiasaan Konsumsi Tuak pada Pria Dewasa