Pengaturan dalam UU BUMN

UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara; UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. BPK yang merupakan Badan yang dibentuk untuk melakukan pemeriksaan Keuangan Negara dianggap berhak melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan BUMN, hal inilah yang menjadikan adanya keterkaitan antara BPK dan BUMN, dikarenakan Kekayaan Negara yang dipisahkan terdapat di dalam BUMN.

F. Peraturan Perundang – Undangan Yang Mengatur Kewenangan Negara Terhadap Perusahaan BUMN.

4. Pengaturan dalam UU BUMN

BUMN selaku perusahaan Negara, yang dimana seluruh atau sebagian besar dari sahamnya adalah milik Negara. Melihat perusahaan BUMN adalah perusahaan Negara maka terdapat kewenangan Negara di dalamnya. Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN memuat hukum positif yang berlaku untuk Perusahaan BUMN saat ini. Di dalam Undang – Undang tersebut terdapat kewenangan Negara, hal ini terlihat jelas pada bagian ketentuan umum, yakni Pasal 1 ayat 5 yang berisikan : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Menteri adalah menteri yang ditunjuk danatau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan perundang- undangan.” Dari bunyi Pasal 1 ayat 5 tersebut dapat dilihat bahwa adanya menteri yang ditunjuk untuk mewakili pemerintah. Terdapat pula menteri teknis seperti yang tercantum pada Pasal 1 ayat 6 Undang – undang BUMN ini, yakni, menteri yang mempunyai kewenangan mengatur kebijakan sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha. Pada Pasal 10 Undang – Undang No.19 Tahun 2003 terdapat wewenang dari menteri yang pada Pasal 1 ayat 5 telah dikatakan sebagai wakil dari pemeritah. Wewenang yang dimaksudkan adalah wewenang dalam pendirian Persero yakni: 1 Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. 2 Pelaksanaan pendirian Persero dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan peraturan perundangan-undangan. Kedua hal yang terdapat pada perusahaan persero diatas sama halnya dengan Perum. Tidak hanya hal diatas pada Undang – Undang No.19 Tahun 2003 juga mengatur wewenang pemeritah yang diwakili menteri yakni terdapat pada Pasal 14 : 1 Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. 2 Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. 3 Pihak yang menerima kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai : a. perubahan jumlah modal; b. perubahan anggaran dasar; c. rencana penggunaan laba; d. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta pembubaran Persero; e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama Persero; g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. pengalihan aktiva. Dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris Persero pun pemeritah memiliki andil melalui RUPS, sebab pengangkatan dan pemberhentian organ – organ Persero tersebut dapat dilakukan oleh RUPS, dalam hal menteri bertindak selaku RUPS maka pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris oleh menteri. Kewenangan pemerintah atau Negara yang diwakili oleh menteri pada Perusahaan Umum Perum dirangkum dalam satu bagian khusus pada Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Undang – Undang No. 19 Tahun 2003, yakni pada bab tiga bagian keempat sebagai berikut: Kewenangan Menteri Pasal 38 1 Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum yang diusulkan oleh Direksi. 2 Kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diusulkan oleh Direksi kepada Menteri setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas. 3 Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan sesuai dengan maksud dan tujuan Perum yang bersangkutan. Pasal 39 Menteri tidak bertanggung jawab atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke dalam Perum, kecuali apabila Menteri: a. baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perum semata-mata untuk kepentingan pribadi; b. terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perum; atau c. langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perum. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

5. Pengaturan dalam UU Keuangan Negara