Kecurigaan terhadap sindrom Cushing pada anak biasanya muncul bila terdapat kenaikan berat badan, pertumbuhan yang terlambat, perubahan suasana hati, dan
perubahan tampilan wajah pletora, jerawat, hirsutisme. Diagnosis penyakit ini seringkali dibuat pada tahap yang relatif dini dari perjalanan alamiahnya sehingga
diagnosis penyakit Cushing mungkin kurang jelas dan sulit. Peningkatan absolut diatas “batas yang dianggap normal” untuk konsentrasi ACTH dan kortisol plasma
sering kali tidak ada Rudolph dan Hoffman, 2007. Dibandingkan menemukan konsentrasi kortisol pagi hari 20
�gdL atau ACTH 100pgmL, akan lebih khas untuk mendapatkan peningkatan kadar kortisol siang
dan malam hari yang ringan tetapi sering kali kurang jelas. Hilangnya irama diurnal ini dibuktikan oleh sekresi ACTH dan kortisol yang berkesinambungan sepanjang
siang, sore dan malam hari, yang biasanya indeks laboratorium yang paling dini yang dapat dipercaya untuk penyakit Cushing Brook, Clayton, dan Brown, 2005.
Sebaliknya nilai untuk ACTH dan kortisol biasanya sangat tinggi pada sindrom ACTH ektopik, sedangkan pada tumor adrenal dan hiperplasia adrenal multinodular
kadar kortisol meningkat, tetapi ACTH menurun Rudolph dan Hoffman, 2007.
2.7. Penatalaksanaan
Pada sindrom Cushing iatrogenik harus dilakukan penghentian dari terapi steroid atau menggunakan dosis efektif minimal atau juga dengan mengganti regimen jika
terapi penghentian steroid tidak memungkinkan Goel dan Gupta, 2012. Manajemen pengobatan untuk penyakit sindrom Cushing yang disebabkan oleh
hiperkortisolisme eksogen meliputi optimalisasi dosis dan rute dari glukokortikoid, dan penggunaan dari agen yang mirip glukokortikoid untuk meminimalisasikan dosis
glukokortikoid. Terapi tambahan tersebut juga bertujuan untuk mengurangi efek samping penggunaan glukokortikoid sebagai terapi. Sebagai tambahan, pastikan
pasien cara pemakaian glukokortikoid yang paling tepat. Hindari pemakaian secara
injeksi ataupun secara topikal. Lebih baik, pilihlah glukokortikoid dengan waktu paruh yang pendek atau menengah. Ketika keadaan penyakit memungkinkan, berikan
dosis minimal yang diperlukan untuk mengontrol penyakit Chrousos, 2014. Pada pasien yang diterapi dengan glukokortikoid jangka panjang, pertimbangkan
untuk mengubah dosis harian. Ketika penyakit dasar tidak memungkinkan untuk melakukan penurunan dosis, maka pertimbangkan untuk menambah agen pengganti
glukokortikoid misalnya, siklofospamid pada sindom nefrotik yang resisten terhadap steroid, metotreksat dan agen imunosupresi lainnya pada artritis rematoid juvenile
Chrousos, 2014. Ketika pengobatan glukokortikoid jangka panjang diperlukan, pastikan efek
samping seminimal mungkin, termasuk memastikan asupan kalsium dengan suplemen jika diperlukan dan suplementasi vitamin D pada bentuk tablet
multivitamin. Lakukan pemantauan ekskresi kalsium urin untuk memastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan hiperkalsiuria yang merupakan predisposisi timbulnya
batu saluran kemih. Pada kasus-kasus yang berkomplikasi menjadi osteoporosis dengan kepadatan mineral tulang yang rendah, atau juga terjadinya fraktur,
pertimbangkan untuk memberikan bisfosfonat. Hindari juga pengobatan yang menyebabkan iritasi lambung, termasuk anti inflamasi nonsteroid, dan oral
bisfosfonat. Ketika obat-obatan tersebut tidak dapat terhindarkan, berikan terapi profilaksis dengan antagonis histamine 2 H2 atau proton pump inhibitor Chrousos,
2014. Lakukan juga pemantauan pola pertumbuhan anak setiap tiga bulan sampai usia
lima tahun dan setiap enam bulan hingga pertumbuhannnya berhenti. Pada setiap kunjungan lakukan pengukuran berat badan, tinggi badan atau panjang badan pada
anak yang lebih muda, tekanan darah, funduskopi pada katarak, dan pemeriksaan pasien yang berkomplikasi pada tulang. Periksa bone age dan kepadatan tulang
dilakukan setiap tahun Chrousos, 2014.