50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dokumentasi yaitu mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang berupa laporan keuangan
yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penlitian ini variabel
yang digunakan adalah opinion shopping, corporate governance, debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya.
Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian
regresi logistik dengan menggunakan software SPSS versi 17. Prosedur analisis dimulai dengan memasukkan variable-variabel penelitian ke program SPSS versi
17 dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.
Dalam menentukan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu agar sampel yang dihasilkan benar-
benar representatif. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 45 perusahaan berdasarkan tiga tahun penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
51
memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2010-2012.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Statistik Deskriptif
Setelah data terkumpul, seluruh sampel diseleksi berdasarkan kriteria. Diperoleh 45 sampel yang memenuhi kriteria pemilihan sampel yang telah
ditentukan sebelumnya. Peneliti menggunkan analisis descriptive pada variabel dengan skala rasio dan analisis frequencies pada variabel dengan skala nominal.
Berikut ini disajikan table hasil pengujian dengan analisis descriptive:
Tabel 4.1
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 15 perusahaan dikali 3 tahun penelitian sehingga total N adalah 45 perusahaan. Dengan dua 2 variabel yang
memiliki skala ratio yaitu Kepemilikan terpusat Block sebagai variabel independen yang ke tiga X3, kepemilikan manajerial Man_own sebagai
variabel independen keempat XIV. Ke dua variabel tersebut merupakan bagian dari mekanisme corporate governance.
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Block
45 30.56000
99.14000 53.7951111
18.85126384 Man_own
45 .00000
70.00000 5.5530229
17.52060094 Valid N listwise
45
Universitas Sumatera Utara
52
b. Variabel independen ketiga, yaitu kepemilikan terpusat, memiliki nilai minimum sebesar 30,56 dan nilai maksimum sebesar 99,14 dengan nilai rata-rata
adalah 53,7951. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan- perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai pertumbuhan yang positif.
Nilai standar deviasi sebesar 18.85126384 menunjukkan bahwa tidak ada sampel
yang memiliki nilai pertumbuhan perusahaan yang bersifat ekstrim. c. Variabel independen keempat, yaitu kepemilikan manajerial, memiliki nilai
minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum 70,00 dengan nilai rata-rata 5.5530229. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi
sampel memiliki kepemilikan terpusat yang positif dan cukup besar persentasenya. Nilai standar deviasi sebesar 18,48085 menunjukkan bahwa tidak ada sampel
yang bersifat ekstrim.
Tabel 4.2
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa jumlah data yang valid atau sah untuk diproses adalah 45 buah sedangkan data yang hilang missing
adalah nol. Artinya semua data telah diproses.
Statistics
OGC OS
komite Def
KA N
Valid 45
45 45
45 45
Missing
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.3
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen
pertama X1, adalah opinion shopping merupakan variabel nominal yang menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan melakukan pergantian auditor
diberi kode “1” dan perusahaan yang tidak melakukan pergantain auditor diberi kode “0”. Semua data diproses valid. Status perusahaan yang tidak melakukan
pergantian auditor tercatat 33 perusahaan atau 73,3 dari total, sedangkan status perusahaan yang melakukan pergantian auditor tercatat 12 perusahaan atau 26,7
dari total.
Tabel 4.4
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen kedua X2, yaitu komite audit merupakan variabel nominal yang diukur dengan
OS
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
33 73.3
73.3 73.3
1 12
26.7 26.7
100.0 Total
45 100.0
100.0
Komite
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
3 36
80.0 80.0
80.0 4
6 13.3
13.3 93.3
5 3
6.7 6.7
100.0 Total
45 100.0
100.0
Universitas Sumatera Utara
54
menghitung jumlah komite audit pada perusahaan sampel. Data yang diolah bersifat valid karena seluruhnya telah diproses. Perusahaan dengan jumlah
anggota komite audit sebanyak 3 orang terdiri dari 36 perusahaan atau 80 dari total keseluruhan data, perusahaan dengan jumlah anggota komite audit sebanyak
4 orang terdiri dari 6 perusahaan atau 13,3 dari total keseluruhan data, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah komite audit sebanyak 5 orang
terdiri dari 3 perusahaan atau 6,7 dari total keseluruhan data.
Tabel 4.5
Def
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
26 57.8
57.8 57.8
1 19
42.2 42.2
100.0 Total
45 100.0
100.0
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen kelima X5, yaitu debt default merupakan variabel nominal yang menggunakan
variabel dummy, dimana perusahaan yang mendapat status default diberi kode “1” dan perusahaan yang tidak mendapat status default diberi kode “0”. Semua data
diproses valid. Status tidak default tercatat 26 perusahaan atau 57,8 dari total, sedangkan status default tercatat 19 perusahaan atau 42,2 dari total.
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 4.6
KA
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
21 46.7
46.7 46.7
1 24
53.3 53.3
100.0 Total
45 100.0
100.0
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen keenam X6, yaitu kualitas audit merupakan variabel nominal yang
menggunakan variabel dummy. Dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan BigFour diberi kode “1” sedangkan perusahaan yang diaudit
oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan BigFour Non-BigFour dibei kode “0”. Data yang diolah bersifat valid karena seluruhnya telah diproses. Perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan BigFour sebanyak 24 perusahaan atau 53,3 dai total keseluruhan data sedangkan yang diaudit oleh KAP yang tidak
berafiliasi dengan BigFour KAP Non-BigFour sebanyak 21 perusahaan atau 46,7 dari total keseluruhan data.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.7
PO
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
31 68.9
68.9 68.9
1 14
31.1 31.1
100.0 Total
45 100.0
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan spss Berdasarkan tabel 4.7 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen kel,
yaitu opini tahun sebelumnya merupakan skala nominal yang menggunakan variabel dummy. Dimana perusahaan yang menerima opini audit going concern
GCAO pada tahun sebelumnya diberi kode “1” sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going concern NGCAO tahun sebelumnya diberi kode
“0”. Data yang diolah bersifat valid karena semua data diproses. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya sebanyak 14
perusahaan atau 31,1 dari total keseluruhan data sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going concern pada tahun sebelumnya sebanyak 31
perusahaan atau 68,9 dari total keseluruhan data.
Tabel 4.8
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
OGC
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
33 73.3
73.3 73.3
1 12
26.7 26.7
100.0 Total
45 100.0
100.0
Universitas Sumatera Utara
57
Berdasakan tabel 4.8 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen Y, yaitu opini audit going concern GCO merupakan variabel nominal yang
menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang menerima opini audit wajar dengan bahasa penjelas going concern diberi kode “1” sedangkan
perusahaan yang menerima opini audit selain dengan bahasa penjelas going concern diberi kode “0”. Semua data diproses valid. Dapat dilihat bahwa
perusahaan yang menerima opini audit wajar dengan bahasa penjelas going concern GCO berjumlah 12 perusahaan atau 26,7 dari total, sedangkan
perusahaan yang menerima opini audit selain dengan bahasa penjelas going cocern NGCO berjumlah 33 perusahaan atau 73,3 dari total.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik 1 Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independen. Apabila terjadi korelasi antarvariabel tersebut berarti terjadi
problem multikolinearitas. Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan melihat besaran VIF Variance Inflatin Factor dan tolerance serta melihat besaran korelasi antarvariabel independen.
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.9
Coefficient Correlations
a
Model PO
man_own Block
OS Komite
Def KA
1 Correlations PO
1.000 -.110
.114 -.046
-.153 -.094
-.157 man_own
-.110 1.000
-.310 .195
.306 .152
.504 Block
.114 -.310
1.000 -.056
-.163 .189
-.479 OS
-.046 .195
-.056 1.000
.093 -.053
.128 Komite
-.153 .306
-.163 .093
1.000 -.006
.381 Def
-.094 .152
.189 -.053
-.006 1.000
.061 KA
-.157 .504
-.479 .128
.381 .061
1.000 Covariances
PO .016
-5.479E-5 5.197E-5
.000 -.002
-.001 -.003
man_own -5.479E-5
1.575E-5 -4.468E-6
.000 .000
7.354E-5 .000
Block 5.197E-5
-4.468E-6 1.322E-5
-2.671E-5 -6.492E-5
8.413E-5 .000
OS .000
.000 -2.671E-5
.017 .001
.000 .003
Komite -.002
.000 -6.492E-5
.001 .012
-8.014E-5 .006
Def -.001
7.354E-5 8.413E-5
.000 -8.014E-5
.015 .001
KA -.003
.000 .000
.003 .006
.001 .023
a. Dependent Variable: OGC
Deteksi adanya multikolinearitas: a Multikolinearitas dapat dilihat dari koefisien korelasi antarvariabel independen
haruslah lemah dan tidak cukup tinggi di bawah 95 , maka antarvariabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi bukan
berarti bebas dari gejalah multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan oleh adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen Ghozali, 2006.
Analisis :
Universitas Sumatera Utara
59
Berdasarkan tabel 4.9 tampak bahwa antarvariabel independen tersebut tidak ada korelasi yang besar. Tabel tersebut menunjukkan bahwa korelasi di bawah 0,95
atau 95. Jadi dapat disimpulkan bahwa antarvariabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas.
b Multikolinearitas dapat dilihat dari :
i Nilai VIF 10 ii Nilai Tolerance 0,10
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi Ghozali, 2006.
Tabel 4.10
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
OS .951
1.052 Komite
.823 1.215
Block .703
1.423 man_own
.683 1.464
Def .886
1.129 KA
.576 1.736
PO .952
1.051 a. Dependent Variable: OGC
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Universitas Sumatera Utara
60
Analisis : Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari ketujuh
variabel lebih besar dari 0,10, begitu juga dengan nilai VIFnya lebih kecil dari 10. Nilai ini menunjukkan tidak adanya korelasi antarvariabel independen.
2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-
1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka terjadi problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual
kesalahan pengganggu
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series karena gangguan pada seorang
individualkelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section
masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari indiidukelompok yang berbeda. Maka regresi logistik yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali : 2006 Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antarresidual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah
data residual terjadi secara random atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : residual res_1 random acak H1 : residual res_1 tidak random
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.11
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-.08909 Cases Test Value
21 Cases = Test Value
24 Total Cases
45 Number of Runs
22 Z
-.273 Asymp. Sig. 2-tailed
.785 a. Median
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
4.2.3 Menilai Keseluruhan Model Overall Model Fit
Uji ini dilakukan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Adapun hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit ini
adalah sebagai berikut :
H0 : model ysng dihipotesiskan fit dengan data H1 : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Hipotesis tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa hipotesis yang diinginkan adalah hipotesis nol karena hipotesis tersebut menyatakan bahwa model fit dengan
data. Statistik yang digunakan adalah berdasarkan pada fungsi Likelihood L. Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan model input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
Universitas Sumatera Utara
62
ditransformasikan menjadi -2LogL. Statistik -2LogL kadang-kadang disebut Likelihood rasio X2 statistik.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2Log Likelihood pada awal block number = 0 dengan nilai -2Log Likelihood pada akhir block
number = 1. Nilai -2 Log Likelihood awal pada block number = 0, ditunjukkan melalui tabel berikut :
Tabel 4.12 Likelihood Block 0
Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1
52.247 -.933
2 52.192
-1.010 3
52.192 -1.012
4 52.192
-1.012 a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 52,192 c. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Nilai -2LogL akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan melalui tabel
berikut :
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.13 Likelihood Block 1
Iteration History
a,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
OS Komite
Block man_own
Def KA
PO Step
1 1
35.708 -1.976
-1.220 .439
-.010 -.018
.362 -.146
1.678 2
31.522 -2.481
-2.301 .525
-.012 -.040
.728 -.456
2.459 3
30.415 -2.586
-3.174 .470
-.009 -.067
1.067 -.835
3.012 4
30.052 -2.347
-3.551 .383
-.007 -.106
1.270 -1.080
3.229 5
29.299 -1.074
-3.858 .086
-.008 -.253
1.642 -1.550
3.329 6
28.799 .873
-4.426 -.373
-.009 -.492
2.262 -2.319
3.599 7
28.781 1.103
-4.593 -.431
-.010 -.536
2.387 -2.454
3.736 8
28.781 1.118
-4.602 -.435
-.010 -.539
2.395 -2.462
3.744 9
28.781 1.118
-4.602 -.435
-.010 -.539
2.395 -2.462
3.744 a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 52,192
d. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Tabel 4.13 menunjukkan bahwa -2LogL awal pada block number = 0,
yaitu model hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 2 memperoleh nilai sebesar 52,192. Kemudian pada tabel 4.13 dapat dilihat nilai -
2LogL setelah masuknya beberapa variabel independen pada model sehingga nilai -2LogL akhir pada step 9 menunjukkan nilai 28.781
Universitas Sumatera Utara
64
Selisih antara nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir adalah sebesar 23,411. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
4.2.4. Menguji Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistic dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi Square pada bagian bawah uji
Hosmer and Lameshow.
Tabel 4.14
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square
df Sig.
1 9.755
7 .203
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Tabel 4.14 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow. Hasil
pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikan sebesar 0,203, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α 0,05. hal ini berarti model regresi
layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau
dapat dikatakan model mampu memprediksi nilai observasinya.
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 4.15
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
OGC = 0 OGC = 1
Total Observed
Expected Observed
Expected Step 1
1 5
4.999 .001
5 2
5 4.974
.026 5
3 6
5.801 .199
6 4
5 4.622
.378 5
5 3
4.018 2
.982 5
6 5
3.775 1.225
5 7
2 3.044
3 1.956
5 8
1 1.614
4 3.386
5 9
1 .152
3 3.848
4
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel kontinjensi untuk uji Hosmer and Lameshow dapat dilihat
dari sembilan langkah pengamatan untuk pemberian opini audit going concern 1 maupun opini audit non going concern 0. Nilai yang diamati maupun diprediksi,
tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan mampu memprediksi nilai observasinya.
4.2.5. Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan utnuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen.
Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square
pada regresi berganda Ghozali,2006. Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox Snell R Square dengan nilai maksimumnya.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.16
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 28.781
a
.406 .591
a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
4.2.6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel- variabel independen terhadap pemberian opini audit going concern. Penelitian ini
menggunakan dua pengujian hipotesis, yaitu Uji F dan regresi logistik. Pertama, uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.17
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
3.423 7
.489 3.366
.007
a
Residual 5.377
37 .145
Total 8.800
44 a. Predictors: Constant, PO, man_own, Block, OS, Komite, Def, KA
b. Dependent Variable: OGC
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS H1 : opinion shopping, corporate governance, debt default, dan kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern. .Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat probabilitas signifikansi 0,007 yang nilanya berada
di bawah taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
67
opinion shopping, komite audit, kepemilika terpusat, kepemilikan manajerial, debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh secara simultan terhadap pemberian opini going concern. Kedua, metode regresi logistik dapat dilihat dalam tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 4.18
Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis
45 100.0
Missing Cases .0
Total 45
100.0 Unselected Cases
.0 Total
45 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.19
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value 1
1
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel 4.17 dan 4.18, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 45 sampel, dan seluruh sampel
telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis. b.
Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai variabel dummy, 1 untuk going concern dan 0 untuk non going concern.
Universitas Sumatera Utara
68
c. Metode yang digunakan adalah metode enter dimana dengan metode
ini seluruh variabel independen disertakan dalam pengolahan data untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel
dependen. Dalam uji regresi pengaruh antara variabel dependen dan variabel
independen dapat dilihat pada Variables in the Equation, pada kolom significant dibandingkan dengan tingkat kealfaan 0,05 5.
Tabel 4.20
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
95 C.I.for EXPB Lower
Upper Step 1
a
OS -4.602
2.197 4.389
1 .036
.010 .000
.743 Komite
-.435 1.156
.141 1
.707 .647
.067 6.241
Block -.010
.031 .106
1 .745
.990 .932
1.052 man_own
-.539 .424
1.613 1
.204 .584
.254 1.340
Def 2.395
1.660 2.082
1 .149
10.964 .424
283.565 KA
-2.462 2.066
1.421 1
.233 .085
.001 4.888
PO 3.744
1.592 5.531
1 .019
42.264 1.866
957.317 Constant
1.118 4.430
.064 1
.801 3.060
a. Variables entered on step 1: OS, Komite, Block, man_own, Def, KA, PO.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan pengujian persamaan regresi tersebut maka dperoleh model regresi logistik sebagai berikut :
Y = -1.118 – 4.602X1 – 0.435X2 – 0.10X3 – 0.539X4 + 2.395X5 – 2.462X6 +3.744X7
Universitas Sumatera Utara
69
Konstanta sebesar 1,118 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institucional, debt default, dan audit.
report lag maka kemungkinan penerimaan opini audit. wajar dengan bahasa penjelas going concern sebesar 1,118.
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, maka diperoleh hasil uji regresi logistik yang diperlukan untuk menguji hipótesis yang dikemukakan. Maka hasil pengujian
hipótesis adalah :
H1 : opinion shopping berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Berdasarkan tabel 4.19 di atas, opinion shopping memiliki koefisien
negatif sebesar -4.602 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,036 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 sehingga dapat dikatakan bahwa H1
ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa opinion shopping tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
H2 : Komite Audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Berdasarkan tabel 4.19 di atas, komite audit memiliki koefisien negatif
sebesar 0,435 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,707 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 sehingga dapat dikatakan bahwa H2 ditolak
dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komite audit tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
H3 : Kepemilikan terpusat berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Universitas Sumatera Utara
70
Berdasarkan tabel 4.19 di atas kepemilikan terpusat memiliki koefisien negatif sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi 0,745 yang nilainya berada di
bawah taraf signifikansi 0,05 5 sehingga dapat dikatakan bahwa H3 ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
terpusat tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, Kepemilikan Manajerial memiliki koefisien negatif sebesar 0,539 dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,204 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 dan sehingga dapat dikatakan bahwa
H4 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern. H5: debt default berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, debt default memiliki koefisien positif sebesar 2,395 dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,149 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 dan sehingga dapat dikatakan bahwa H5 ditolak
dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
H6: Kualitas Audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Berdasarkan tabel 4.19 di atas, Kualitas audit memiliki koefisien negatif
sebesar 2,462 dengan tingkat probabilitas signifikan 0,233 yang nilainya berada di
Universitas Sumatera Utara
71
atas taraf signifikansi 0,05 5 dan sehingga dapat dikatakan bahwa H6 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. H7: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern. Berdasarkan tabel 4.19 di atas, Opini audit tahun sebelumnya memiliki
koefisien positif sebesar 3,744 dengan tingkat probabilitas signifikan 0,019 yang
nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 dan sehingga dapat dikatakan bahwa H7 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 1
Hubungan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit Going
Concern
Variabel opinion shopping memiliki koefisien negatif sebesar -4,602 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,036 artinya bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap terhadap pemberian opini audit going
concern.
Tanda koefisien yang negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, yang berarti semakin sering terjadinya pertukaran KAP pada perusahaan
semakin baik pula perusahaan mempertahankan eksistensinya dalam dunia bisnis sehingga semakin kecil pula kemungkinan auditor memberikan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
72
2 Hubungan Komite audit terhadap Opini Audit Going Concern
Variabel komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit. Dimana minimal jumlah anggota komite audit terdiri dari 3 orang sesuai
dengan peraturan BAPEPAM No IX.I.5. Variabel komite audit memiliki koefisien positif sebesar 0,435 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,707 yang nilainya
berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini memiliki arah hubungan yang berlawanan dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah komite audit dalam perusahaan semakin banyak, maka
kemungkinan peneriman opini audit going concern pada perusahaan akan semakin kecil. Sedangkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa variabel komite audit belum dapat memberikan bukti yang konsisten tentang pengaruhnya terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor mekanisme corporate governance lainnya yang mempengaruhi pertimbangan dari opini yang dikeluarkan oleh
auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Linoputri
2010 bahwa komite audit tidak berpengaruh secra signifikan terhadap peneriman opini audit going concern
.
3 Hubungan Kepemilikan Terpusat terhadap Pemberian Opini Audit
Going Concern
Variabel kepemilikan terpusat diukur dengan menghitung persentase kepemilikan terbesar dari jumlah saham yang beredar dalam suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
73 Kepemilikan terpusat umumnya mencapai 20 atau lebih.
kepemilikan terpusat memiliki koefisien negatif sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi 0,745 yang
nilainya berada di bawah taraf signifikansi 0,05 5
. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini memiliki arah hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Arah hubungan yang negatif menunjukkan bahwa jika proporsi kepemilikan terpusat semakin meningkat,
maka kemungkinan peneriman opini audit going concern pada perusahaan akan semakin kecil.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ballesta dan Gracia-Meca 2005 serta Linoputri 2010 bahwa kepemilikan terpusat tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
4 Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pemberian Opini
Audit Going Concern
Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan menghitung persentase kepemilikan manajerial dewan direksi dan dewan komisaris. Variabel
kepemilikan manajerial memiliki koefisien negatif sebesar 0,539 dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,204 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5.
Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini memiliki arah hubungan yang positif dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Arah hubungan yang positif atau searah menunjukkan bahwa jika proporsi kepemilikan
manajerial semakin meningkat, maka kemungkinan peneriman opini audit going concern pada perusahaan akan semakin besar. Nilai signifikansi yang lebih besar dari
0,05 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial belum dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
74 bukti yang konsisten tentang pengaruhnya terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Januarti
2009 dimana kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pernerimaan opini audit going concern. Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Linoputri 2010 bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan audit going concern. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor dalam memberikan opini baik internal maupun eksternal.
5 Hubungan Debt Default terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
Variabel debt default memiliki koefisien positif sebesar 2,395 dengan tingkat 0,149 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5. Artinya
dapat disimpulkan bahwa debt default berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Apabila perusahaan sedang berada dalam kondisi default maka auditor cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan,
dimana auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang diaudit.
6 Hubungan Kualitas Audit terhadap penerimaan Opini Audit Going
Concern
Variabel kualitas audit memiliki koefisien koefisien negatif sebesar 2,462 dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,233 yang nilainya berada di atas taraf
Universitas Sumatera Utara
75
signifikansi 0,05 5. Dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Tanda negatif
pada koefisien kualitas audit menunjukkan bahwa perusahaan cenderung tidak memperoleh opini going concern ketika menggunakan jasa KAP big four,
sementara perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAP big four cenderung memperoleh opini going concern.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany 2004 dimana variabel kualitas audit skala auditor, big four dan non big four tidak
berpengaruh signifikan atas kemumgkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Tamba 2009 dimana variabel
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan atas kemumgkinan penerimaan opini audit going concern.
7 Hubungan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap penerimaan
Opini Audit Going Concern
Variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien positif sebesar 3,744 dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,019 yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 5 dan sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini
memiliki arah hubungan yang positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Arah hubungan yang positif menunjukkan opini yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya akan mempengaruhi jenis opini yang akan
Universitas Sumatera Utara
76
diterima pada tahun berjalan. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha entitas pada tahun tertentu berhubungan dengan keadaan di tahun sebelumnya. Sedangkan
nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel opini tahun sebelumnya belum dapat memberikan bukti yang konsisten tentang
pengaruhnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini sesuai dengan penelitian mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Tamba 2009, Purba 2011, dan Astuti 2012 yang menemukan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan