27
sebelumnya berpengaruh
positif terhadap opini
going concern.
Pada penelitian, Ramadhany 2004 menunjukkan bahwa debt default, kondisi keuangan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
opini going concern. Dan komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh pada opini going concern.
Pada penelitiannya, Januarti 2008 menunjukkan bahwa kualitas audit, debt default, opini sebelumnya, ukuran perusahaan, dan pergantian auditor
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, tetapi financial distress, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional tidak
berpengaruh terhadap opini going concern. Maka dari penjelasan diatas. Penulis tertarik untuk membuat penelitian
dengan judul “Pengaruh pengaruh opinion shopping, corporate governance, dan debt default terhadap penerimaan opini going concern perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI”.
2.9. Kerangka Konseptual
Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian adalah opinion shopping, corporate governance
dan debt default. Sedangkan variabel dependennnya adalah opini going concern yang diterima. Hubungan antara opinion shopping, corporate governance dan
Universitas Sumatera Utara
28
debt default terhadap penerimaan opini going concern dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Gambar 2.2 Gambar Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas, diketahui bahwa dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah opinion shopping, mekanisme corporate
Komite Audit X2
Kepemilikan Manajerial X3
Kepemilikan Terpusat X4
Kualitas Audit X6
Opinion Shopping X1
Debt Default X5
Corporate Governance
Penerimaan Opini
Going Concern
Y
Opini Audit Tahun Sebelumya
X7
Kepemilikan terpusat x3
Kepemilikan Manajerial x4
Komite Audit X2
Universitas Sumatera Utara
29
governance komite audit, kepemilikan terpusat, dan kepemilikan manajerial debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya; sedangkan variabel
dependennya adalah penerimaan opini going concen.
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut mengenai
analisas data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Menurut Erlina 2007 hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara empiris, hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data
yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Hubungan Opinion Shopping dengan Penerimaan Opini Going Concern
Jika dikaitkan denngan teori agensi, maka agen biasanya menggunakan pergantian auditor untuk menghindari penerimaan opini audit going concern
Teoh, 1992 dalam Januarti 2009. Jadi pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan
sehingga terhindar dari opini audit going concern. Januarti 2009 menyatakan bahwa opinion shopping tidak signifikan tetapi tandanya sama dengan yang
diprediksikan negatif jadi auditee yang menerima opini audit going concern tidak akan berganti auditor.
Universitas Sumatera Utara
30
Januarti dan Praptitorini 2007 menyatakan bahwa tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan memanipulasi hasil
operasi atau kondisi keuangan perusahaan sehingga opinion shopping menyebabkan dampak negatif. Lennox 2000 menggunakan model pelaporan
audit untuk memprediksi opini dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari metode ini berkesimpulan bahwa perusahan-perusahaan di Inggris
melakukan praktik opinion shopping. Ketika perusahaan menerima opini audit tahun sebelumnya dengan modifikasi opini going concern maka tahun
berikutnya akan berupaya untuk memperoleh opini yang lebih bagus. Upaya yang dilakukan adalah mengganti auditor. Harapan perusahaan adalah ketika mengganti
auditornya maka opini yang akan diperoleh adalah wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji adalah:
H
1
Hubungan Corporate Governance dengan Penerimaan Opini Going concern : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Keberadaan komite audit dinilai
berpengaruh pada perusahaan karena laporan keuangan yang disajikan akan menjadi lebih berkualitas sehingga akan menerima opini yang wajar dan non
going concern dari auditor. Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai
dewan komisaris, atau bisa dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Semakin besar
Universitas Sumatera Utara
31
persentase kepemilikan manajerial dinilai dapat mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Kepemilikan terpusat merupakan suatu
kondisi dimana sejumlah kecil pemilik memiliki porsi kepentingan yang besar dalam perusahaan. Kepemilikan terpusat juga dinilai mampu mempengaruhi
kemungkinan penerimaan opini going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji adalah:
H2 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
H4 : Kepemilikan terpusat berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going-concern pada perusahaan manufaktur.
Hubungan Debt Default dengan Penerimaan Opini Going Concern
Apabila perusahaan gagal dalam membayar utang debt default maka kelangsungan usahanya menjadi diragukan, oleh sebab itu kemungkinannya
auditor akan memberi opini audit going concern. Keadaan default dapat dilihat dari tidak dipenuhinya syarat-syarat perjanjian hutang atau tidak melakukan
pembayaran sesuai jadwal hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki masalah dengan keuangan. Ramadhany 2004 menunjukkan bahwa variabel debt
default, berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chen dan
Church 1992, Mutchler et al. 1997, Carcello et al. 1992. Penelitian Chen dan Church 1992 menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default
Universitas Sumatera Utara
32
dengan masalah going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
H
5
Hubungan Kualitas Audit dengan Penerimaan Opini Going Concern : Debt default berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan
opini audit going concern.
Ruiz et al. 2004 meneliti pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern. Dalam penelitiannya Ruiz et al. 2004 menggunakan reputasi auditor
sebagai proksi kualitas audit. Proksi lain dari kualitas audit adalah industry specialization. Mayangsari 2003 menggunakan industry specialization sebagai
proksi kualitas audit dengan mengacu penelitian Craswell et al. 1995, yaitu auditor yang spesialis akan lebih paham terhadap risiko dari industri tersebut
sehingga dimungkinkan auditor tersebut akan lebih dapat memberikan keputusan yang tepat ketika memberikan opini going concern.
H
6
Hubungan Opini Audit Tahun Sebelumnya dengan Penerimaan Opini Going Concern
: Kemungkinan pemberian opini audit going concern adalah lebih besar untuk perusahaan dengan auditor spesialis dibanding auditor non-spesialis.
Opini audit diterima suatu perusahaan di tahun sebelumnya menjadi salah
satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit perusahaan. Santosa 2007 memberikan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini audit going
concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini bersih di tahun berikutnya, atau perusahaan dalam
menerima kembali opini audit going concern. Mutcler 1984 melakukan
Universitas Sumatera Utara
33
penelitian dengan mewawancarai praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Penelitian Carcello 2000 dan Ramadhany 2004 memperkuat bukti mengenai opini audit
going concern yang diterima sebelumnya dengan opini audit tahun berjalan. Jika tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka
kemungkinan besar auditor akan menerbitkan kembali opini audit going concern di tahun berikutnya.
H6 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang