DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
12
3.2.7 Perlakuan terhadap Ikan ketika Uji Tantang
Perlakuan pakan yang diberikan ke ikan uji ketika dan setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila yaitu :
Perlakuan A
1
: Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila kontrol positif.
Perlakuan A
2
: Pakan uji kontrol negatif. Perlakuan B : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila Farouq,
2011. Perlakuan C : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila.
Perlakuan D : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila. Setelah uji tantang, dilakukan pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan
selama 5 hari.
3.3 Parameter Pengamatan 3.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Tingkat kelangsungan hidup ikan Survival Rate dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah
ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
SR= x 100
Effendie, 1979 Keterangan:
SR : Survival Rate Nt : Populasi saat t ekor
t : waktu N0 : Populasi awal ekor
3.3.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan
Ikan disampling bobot rutin setiap 5 hari sekali. Pertumbuhan spesifik ikan Specific Growth Rate adalah besarnya laju pertumbuhan harian ikan. SGR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
13
SGR = x 100
Huisman, 1987 Keterangan :
SGR : Laju pertumbuhan spesifik hari Wt
: Berat rata-rata ikan pada saat akhir gram W0
: Berat rata-rata ikan pada saat awal gram T
: Lama pemeliharaan hari
3.3.3 Efisiensi Pakan Ikan
Efisiensi pemberian pakan dihitung dari persentase jumlah biomassa ikan yang dihasilkan dibanding dengan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan
dihitung dengan menggunakan rumus:
EP = x 100
Takeuchi, 1988 Keterangan :
EP : Efisiensi Pakan Bd : Bobot ikan mati gram
Bt : Bobot ikan akhir gram F : Jumlah pakan gram
Bo : Bobot ikan awal gram
3.3.4 Uji Tantang
Ikan diuji tantang selama kurun waktu 5 hari dengan menyuntikkan biakan Aeromonas hydrophila
dengan kepadatan 10
9
CFUml. Ikan disuntik di bagian dorsal dengan dosis suntikan 0,1 ml10 gram bobot ikan. Pengamatan tingkat
kelangsungan hidup ikan dilakukan setiap hari selama 5 hari. Gambar
penyuntikan ikan dapat dilihat pada lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan pada Masa Pemeliharaan
Pada masa pemeliharaan, benih ikan diberikan suplementasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik yang telah dicampurkan pada pakan. Hal ini bertujuan untuk melihat
apakah benih ikan mampu beradaptasi dengan penambahan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik yang dapat berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup ikan yang
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah suplementasi pakan. A kontrol ; B probiotik; C prebiotik; D sinbiotik
Perlakuan C prebiotik memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup terrendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini diduga karena pada
perlakuan ini benih ikan yang digunakan masih terlalu muda yang saluran pencernaannya masih sangat sederhana dan belum memliki mikroflora normal
dalam jumlah yang banyak sehingga membutuhkan penyesuaian yang lebih untuk dapat beradaptasi dengan pakan yang dicampur prebiotik dibanding dengan pakan
perlakuan yang lain, karena inulin yang digunakan sebagai prebiotik merupakan zat asing yang membutuhkan proses pengenalan terlebih dahulu dengan benih
ikan. Berbeda dengan pakan perlakuan yang lain yang mengandung BAL sebagai probiotik, probiotik yang digunakan memang berasal dari saluran pencernaan ikan
nila, sehingga benih ikan nila dapat dengan mudah menerima keberadaan probiotik dalam saluran pencernaannya dan juga dapat memaksimalkan
93.3 93.3
90 96.6
20 40
60 80
100
A B
C D
T in
gk a
t K
el a
n gsu
n g
an
Hi d
u p
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara