Pengaruh Suplementasi Bakteri Asam Laktat Isolat UM 1 dan Inulin terhadap Kultur Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Penelitian
Persiapan Wadah
Pemeliharaan Ikan Penyuntikan Ikan
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H., Iskandar, dan Kurniawati, N. 2012. Pemberian Probiotik dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (4): 99-107.
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius : Jogjakarta.
Antarini, A. A. N. 2011. Sinbiotik antara Prebiotik dan Probiotik. Jurnal Ilmu Gizi. 2(2):148-155.
Austin, B andAustin, D.A. 1993. Bacterial Fish Pathogens. In Disease in Farmed and wild fish. England.
Arie, U. 2000. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya, Jakarta.
Azhar, M. 2009. Inulin sebagai prebiotik. Sainstek. 12 (1): 1-8.
Azhar, F. 2013. Pengaruh pemberian probiotik dan prebiotik terhadap performan juvenile ikan kerapu bebek (Comileptes altivelis). Buletin Veteriner Udayana 6 (1): 1-9.
Buckle, K. A. 1978. Ilmu Pangan. Penerbit UI PRESS, Jakarta.
Daniels C.L., Merrifield D.L., Boothoryd D.P., Davies S.J., Factor J.R., and Arnold K.E. 2010. Effect of Dietary Bacillus spp. and Mannan Oligosaccharides (MOS) on European Lobster Homarus gammarus L. larvae growth performance, gut morphology and gut microbiota. Aquaculture 304: 49–57.
Daud, M., Piliang, W.G., Wiryawan, K.G., dan Setiyono, A. 2009. Pengujian secara In Vitro Oligosakarida dari Ekstrak Tepung Buah Rumbia (Metroxylon sago Rottb.) sebagai Sumber Prebiotik. Agripet. 9 (2): 35-41.
Dewi, R.R. 2011. Pengendalian Saprolegniasp. pada Telur Gurami (Osphronemus gouramy) menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik. FMIPA. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor. Bogor.
Farouq, A. 2011. Aplikasi Probiotik, Prebiotik, dan Sinbiotik dalam Pakan untuk Meningkatkan Respon Imun dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
(3)
(Linnaeus,1758).
http://www.fao.org/fishery/culturedspesies/Oreochromisniloticus/en. Diakses tanggal 21 Januari 2015.
Food and Agriculture Organization of the Uninited Station (FAO).2010. FAO Year book. Fishery and Aquaculture Statistics. http://www.fao.org/fishery/publication/yearbook/en. Diakses tanggal 21 Januari 2015.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Cultured Aquatic Spesies Information Programme, Oreochromis niloticus. http://www.fao.org/fishery/culturedspesies/Oreochromis-niloticus/en. Diakses tanggal 11 April 2015.
Firnanda, R., Sugito., Fakhrurrazi., dan Ambarwati, D.V.S. 2013. Isolasi Aeromonas Hydrophila pada Sisik Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)yang diberi Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria. 7 (1): 22-24.
Franck, A. 2002. Technological Functionality of Inulin and Oligofructose in British. Journal of Nutrition.87 (2): 287-291
Fuller, R. 1989. Probiotic in Man and Animals. Bacteriol. 66: 365 – 378.
Gustiano, R., O. Z. Arifin, E., dan Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur. 3 (2): 98-106.
Handayani, S. 2006. Studi Efisiensi Pemanfaatan Karbohidrat Pakan bagi Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Sejalan dengan Perubahan Enzim Pencernaan dan Insulin. Institut Pertanian Bogor.
Hertanto, M.A., Aida, Y., dan Sidharta, B.B.R. 2013. Produksi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
Huisman, E.A., 1987. Principles of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural University. Nedherland.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Irianto, A., 2004. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Irianto, A., Hernayanti., dan Iriyanti, N. 2006. Pengaruh Suplementasi Probiotik A3-51 terhadap Derajat Imunitas Oreochromis Niloticus didasarkan pada Angka Kuman Pada Ginjal Setelah Uji Tantang dengan Aeromonas
(4)
hydrophila dan Aeromonas salmonicida-achromogenes. Jurnal Perikanan. 8 (2): 144-152.
Kamiso, H.M. dan Triyanto. 1993. Pembuatan Monovalen dan Polyvalen Vaksin untuk Mengatasi Serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele (Clarias Sp.). Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Jakarta.
Khalwan., Irianto, A., dan Rachmawati, F.N. 2012. Pengaruh Suplementasi Bacillus Sp. melalui Perifiton terhadap Jumlah Total Mikroba Intestinal dan Gambaran Darah Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Bioteknologi. 9 (2): 35-40.
Kolida, S., Tuohy, K., and Gibson, G. R. 2002. Prebiotic Effects of Inulin Oligofructose.British Journal of Nutrition. 87: 193–197.
Kordi, K. M. danGhufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kusdiarti. Widiyati, A. Winarlin, dan Gustiano, R. 2008. Pertambahan Biomassa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Seleksi dan Non Seleksi dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata dan Danau Lido. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Jurnal Iktiologi Indonesia. 8: 21-24.
Leelavatcharamas, V., Arbsuwan, N., Apiraksakorn, J., Laopaiboon, P., and Kishida, M. 2011. Thermotolerant Bacteriocin Producing Lactic Acid Bacteria Isolated from Thai Local Fermented Foods and Their Bacteriocin Productivity. National Institutes of Health. USA. Biocontrol Sci. 16 (1):33-40.
Mangunwardoyo, W., Irmayasari, R., dan Riani, E. 2010. Uji Patogenitas dan Virulensi Aeromonas Hydrophyla Stanier pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Lin.) melalui Postulat Koch. Jurnal Riset Akuakultur. 5 (2): 245-255.
Mulia, D.S. 2003. Pengaruh Vaksin Debris Sel Aeromonas Hydrophila dengan Kombinasi Cara Vaksinasi dan Booster Terhadap Respons Imun dan Tingkat Perlindungan Relatif pada Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell). Tesis. PPs. Yogyakarta: UGM.
Pasaribu, H.F., Dalimunthe, N., dan Poeloengan M. 1990. Pengobatan Pencegahan Penyakit Ikan Bercak Merah. Prosiding Seminar Nasional II Penyakit Ikan dan Udang. Editor A. Rukyani. Bultkanwar. Bogor.
Post G. 1987 . Bacterial Disease of Fish Health. T. F H. Publication Inc. New York.
(5)
Purwaningsih, U. dan Taukhid. 2010. Vaksin Anti Streptocococusspp. Inaktivasi melalui Heatkilled untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 901-904.
Putra A.N. 2010. Kajian Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Putri, F.S., Hasan, Z., dan Haetami, K. 2012. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik pada Pelet yang Mengandung Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Perikana dan Kelautan. 3 (4): 283-291.
Reddy, B.S. 1999. Possible Mechanisms by Which Pro and Prebiotics Influence Colon Carcinogenesis and Health Tumor Growth. American Health Foundation: 1478-1482.
Ringo, E., Olsen, R.E., Gifstad, T.O., Dalmo, R.A., Amlund, H., and Hemre, G.I. 2010. Prebiotic in Aquaculture: a review. Aquaculture Nutrition. 16 (2): 117–136. Rusmiati, D., Sulistiyaningsih., Milanda, T., dan Kusuma, S.A.F. 2008.
Penyuluhan Pentingnya Konsumsi Yoghurt dan Metode Pembuatannya dengan Cara Sederhana dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan dan Ekonomi.
Rustikawati, I., Rostika, R., Iriana, D., dan Herlina, E. 2004. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio l.) yang Berasal dari KolamTradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuakultur Indonesia.3 (3) : 33-39.
Saputra, D.A., Sukenda., dan Widanarni. 2013.Aplikasi Sinbiotik dengan Dosis Probiotik Berbeda untuk Pencegahan Penyakit Vibriosis pada Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12 (2): 170– 178.
Schrezenmeir, J. and M. De Vrese. 2001. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics-Approaching a Definition. American Journal of Clinical Nutrition. 73(Suppl.): 354-361.
Setiawati, J.E., Tarsim., Adiputra, Y.T., dan Hudaidah, S. 2013.Pengaruh Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (2) : 151-161.
(6)
Setiyono, E., Rejeki, S., dan Basuki, F. 2012. Analisis Genetic Gain Ikan Nila Pandu F5 pada Pendederan I-III. Journal Of Aquaculture Management and Technology.1 (1): 77-86.
Soccoli C.R., Vandenberghe, L.P.S., Spier, M.R., Medeiros, A.B.P., Yamaguishi, C.T.,and Lindner, J.D.D.2010. The Potential of Probiotics. State University of Santa Catarina. Brazil.
Sumarsih, S., Yudiarti, T., Utamar, C.S., Rahayu, E.S., dan Harmayani, E. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat pada Caecum Daging Ayam. Jurnal Kesehatan. 2 (1): 1-5.
Takeuchi. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutriens. P.179-233, in Watanabe (Ed) Fish Nutrition and Mariculture. Kanagawa International Fisheries Training. Japan International Cooperation Agency (JICA). Japan.
Tanjung, L.R., Sadi, N.H., Maghfiroh, M., Dina, R., dan Said, D.S. 2013. Keanekaragaman Bakteri Aeromonas dari KJA di Waduk Jatiluhur dan KolamBudidaya di Pulau Lombok dan Sumbawa. Limnotek. 20 (1): 100-110.
Triana, E., Yulianto, E., dan Nurhidayat, N. 2006. Uji Viabilitas Lactobacillussp. Mar 8 Terenkapsulasi. Biodiversitas.7 (2): 114-117.
Wang, Y. 2007. Effect of Probiotics on Growth Performance and Digestive Enzyme Activity of The Shrimp Panaeus vannamei. Aquaculture. 269: 259-264.
Widanarni., Widagdo, P., dan Wahjuningrum, D. 2012. Aplikasi Probiotik, Prebiotik, dan Sinbiotik melalui Pakan pada Udang Vaname (Litopennaeus vannamei) yang Diinfeksi BakteriVibrio harveyi. Jurnal Akuakultur Indonesia.11 (1) : 54-63.
Yuliati, P., Kadarini, T., Rusmaedi., dan Subandiyah, S. 2003. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Dederan Ikan Nila Gift (Oreochromis Niloticus) di Kolam. Jurnal Iktiologi Indonesia. 3 (2): 63-66.
Zhang, J., Liu, Y., Tian, L., Yang, H., Liang, G., Xu, D. 2012. Effect of Dietary Mannan Oligosaccharide on Growth Performance, Gut Morphology and Stress Tolerance of Juvenil Pacific White Shrimp Litopenaeus vannamei. Fish and Shellfish Imunology. 1: 1–6.
Zhou, J., Gopal, P., Gill, H. 2001. Potential Probiotic Lactic Acid Bacteria Lactobacillus Rhamnosus (HN001), Lactobacillus Acidophylus (HN107) and Bifidobacterium Lactis (HN019) do not Degrade Gastric Mucin In vitro.
(7)
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara deskriptif yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan, yang menguji pengaruh suplementasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik terhadap benih ikan nila (masa pemeliharaan ikan), kemudian dilakukan pengamatan dengan parameter pengukuran tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan pada benih ikan nila. Setelah 15 hari, benih ikan nila diinfeksi dengan Aeromonas hydrophila dan diberi pakan tanpa suplementasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik, kemudian diamati tingkat kelangsungan hidupnya.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan wadah, pemeliharaan ikan, penyediaan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik, pembuatan pakan ikan, pemberian pakan ikan, penyedian kultur Aeromonas hydrophila, dan uji tantang.
3.2.1 Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium yang berukuran 40x25x28 cm sebanyak 15 buah. Akuarium dicuci bersih dengan menggunakan sabun, lalu dibilas hingga bersih, kemudian diisi dengan air kemasan isi ulang dan diaerasi penuh. Gambar persiapan wadah dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 27.
(8)
3.2.2 Pemeliharaan Ikan
Ikan uji yang digunakan adalah bibit ikan nila dengan ukuran 5-8 cm yang berumur 45-60 hari sebanyak 150 ekor. Ikan-ikan tersebut diperoleh dari Balai Benih Ikan, Kota Medan. Ikan dipelihara pada tiap akuarium sebanyak 10 ekor, pada suhu stabil yakni antara 28-30°C dalam ruangan tertutup selama 21 hari dengan pemberian masing-masing pakan perlakuan selama 15 hari pertama. Gambar pemeliharaan ikan dapat dilihat pada lampiran 1.
3.2.3 Penyediaan Probiotik, Prebiotik, dan Sinbiotik
Probiotik yang digunakan adalah Bakteri Asam Laktat (BAL) UM 1 koleksi laboratorium yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan. Kultur cair probiotik didapatkan dengan melakukan pemanenan sel BAL. Sebanyak 1 ose bakteri di subkultur pada 10 ml media TSA (Tripticase Soy Agar), setelah 24 jam 10 ml dari kultur diinokulasikan kedalam 100 ml media TSA yang baru. Selanjutnya sel dipanen pada akhir fase logaritmik, saat kultur berumur 21 jam (Hutagaol, 2015). Sel dipanendengan cara disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit pada suhu 4°C, dan dicuci dengan PBS (Phospate Buffered Saline) pH 7,3 sebanyak 3 kali (Li et al. 2009 yang telah dimodifikasi) dan diberi larutan garam fisiologis secukupnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran konsentrasi sel BAL yang diinginkan (1010 CFU/ml) dengan menggunakan spektrofotometer pada λ = 600 nm ; dan pada nilai OD (Optical Density) = 50.
Prebiotik yang digunakan adalah inulin, dengan konsentrasi sebesar 5%. Sebanyak 5 g inulin dilarutkan dalam 100 ml akuades, dan kemudian disterilkan. Sinbiotik yang digunakan adalah gabungan antara kultur cair BAL UM 1 dan larutan inulin 5%.
3.2.4 Pembuatan Pakan Ikan
Pakan yang diberikan adalah pakan komersial yang dibeli di pasar dengan merk dagang Agaru (dengan diameter pelet 1 mm). Pertama-tama, pakan dicampurkan dengan kuning telur sebanyak 2% (v/v) secara merata yang berfungsi sebagai binder (pengikat) (Wang, 2007), kemudian dicampurkan dengan masing-masing kultur cair probiotik, larutan prebiotik, dan sinbiotik
(9)
(kultur cair probiotik dan larutan prebiotik). Gambar pakan yang digunakan dan proses pencampuran pakan perlakuan dapat dilihat pada lampiran 1.
3.2.5 Penyediaan Kultur Aeromonas hydrophila
Biakan Aeromonas hydrophila didapatkan dari Institut Teknologi Bandung atas kebaikan ibu Diah Kusumawati (mahasiswa pascasarjana). Satu ose penuh biakan Aeromonas hydrophila dikultur dalam media agar darah selama 24 jam, kemudian diinokulasikan kedalam 10 mL media TSB (Tripticase Soy Broth). Setelah 24 jam, diambil sebanyak 1 mL media biakan untuk dikultur kembali ke dalam 24 mL media TSB yang baru. Setelah 24 jam, media tersebut dapat dipanen dan digunakan sebagai bakteri uji tantang dengan kepadatan 109 CFU/mL. Setelah itu dilakukan pengecekan isolat dengan pewarnaan Gram dan pengujian karakter biokimia.
3.2.6 Perlakuan terhadap Ikan pada Masa Pemeliharaan
Sebelum perlakuan dimulai ikan dipuasakan selama 24 jam guna menghilangkan sisa pakan dalam saluran pencernaan. Pemberian pakan dilakukan selama 15 hari secara at satiation sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul: 09.00, 12.00, dan 16.00 WIB (Farouq, 2011).
Perlakuan pakan yang diberikan ke ikan uji pada masa suplementasi yaitu : Perlakuan A : Pakan uji tanpa suplementasi (kontrol)
Perlakuan B : Pakan uji dengan penambahan probiotik 1% (w/w) dari bobot pakan.
Perlakuan C : Pakan uji dengan penambahan prebiotik 2% (w/w) dari bobot pakan.
Perlakuan D : Pakan uji dengan penambahan sinbiotik (probiotik 1% dan prebiotik 2%) dari bobot pakan.
Setelah masa suplementasi, dilakukan beberapa parameter pengamatan yaitu: pengamatan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate), laju pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan.
(10)
3.2.7 Perlakuan terhadap Ikan ketika Uji Tantang
Perlakuan pakan yang diberikan ke ikan uji ketika dan setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila yaitu :
Perlakuan A1 : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila (kontrol positif).
Perlakuan A2 : Pakan uji (kontrol negatif).
Perlakuan B : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila (Farouq, 2011).
Perlakuan C : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila. Perlakuan D : Pakan uji dan ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila.
Setelah uji tantang, dilakukan pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan selama 5 hari.
3.3 Parameter Pengamatan
3.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival Rate) dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
SR=
x 100%
(Effendie, 1979) Keterangan:
SR : Survival Rate (%) Nt : Populasi saat t (ekor) t : waktu
N0 : Populasi awal (ekor)
3.3.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan
Ikan disampling bobot rutin setiap 5 hari sekali. Pertumbuhan spesifik ikan (Specific Growth Rate) adalah besarnya laju pertumbuhan harian ikan. SGR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(11)
SGR =
x 100%
(Huisman, 1987) Keterangan :
SGR : Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) Wt : Berat rata-rata ikan pada saat akhir (gram) W0 : Berat rata-rata ikan pada saat awal (gram) T : Lama pemeliharaan (hari)
3.3.3 Efisiensi Pakan Ikan
Efisiensi pemberian pakan dihitung dari persentase jumlah biomassa ikan yang dihasilkan dibanding dengan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus:
EP = x 100%
(Takeuchi, 1988) Keterangan :
EP : Efisiensi Pakan (%) Bd : Bobot ikan mati (gram) Bt : Bobot ikan akhir (gram) F : Jumlah pakan (gram) Bo : Bobot ikan awal (gram)
3.3.4 Uji Tantang
Ikan diuji tantang selama kurun waktu 5 hari dengan menyuntikkan biakan Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 109 CFU/ml. Ikan disuntik di bagian dorsal dengan dosis suntikan 0,1 ml/10 gram bobot ikan. Pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan dilakukan setiap hari selama 5 hari. Gambar penyuntikan ikan dapat dilihat pada lampiran 1.
(12)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan pada Masa Pemeliharaan
Pada masa pemeliharaan, benih ikan diberikan suplementasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik yang telah dicampurkan pada pakan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah benih ikan mampu beradaptasi dengan penambahan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik yang dapat berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup ikan yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah suplementasi pakan. A (kontrol ); B (probiotik); C (prebiotik); D (sinbiotik)
Perlakuan C (prebiotik) memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup terrendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini diduga karena pada perlakuan ini benih ikan yang digunakan masih terlalu muda yang saluran pencernaannya masih sangat sederhana dan belum memliki mikroflora normal dalam jumlah yang banyak sehingga membutuhkan penyesuaian yang lebih untuk dapat beradaptasi dengan pakan yang dicampur prebiotik dibanding dengan pakan perlakuan yang lain, karena inulin yang digunakan sebagai prebiotik merupakan zat asing yang membutuhkan proses pengenalan terlebih dahulu dengan benih ikan. Berbeda dengan pakan perlakuan yang lain yang mengandung BAL sebagai probiotik, probiotik yang digunakan memang berasal dari saluran pencernaan ikan nila, sehingga benih ikan nila dapat dengan mudah menerima keberadaan probiotik dalam saluran pencernaannya dan juga dapat memaksimalkan
93.3 93.3 90 96.6
0 20 40 60 80 100
A B C D
T in gk a t K el a n gsu n g an Hi d u p ( % ) Perlakuan
(13)
pencernaan pakan oleh benih ikan tersebut. Hal ini yang diduga menjadi penyebab pakan prebiotik belum maksimal dimakan oleh benih ikan, belum maksimalnya pakan yang dimakan benih ikan, menyebabkan kondisi benih ikan makin melemah. Menurut Rustikawati et al. (2004), kondisi ketahanan tubuh ikan yang berukuran benih masih lemah dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Perlakuan D (sinbiotik) memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup tertinggi diantara perlakuan lainnya diduga karena bakteri asam laktat (BAL) akan bekerja lebih baik jika diberikan bersamaan dengan prebiotik (sinbiotik), hal ini dikarenakan prebiotik akan dicerna oleh bakteri probiotik yang akan memperbanyak jumlah bakteri probiotik dalam saluran pencernaan ikan, dengan meningkatnya jumlah bakteri probiotik pada saluran pencernaan ikan, diduga sistem imun ikan akan membaik. Menurut Saputra et al. (2013), probiotik yang diberikan bersama prebiotik mampu tumbuh dan memanfaatkan prebiotik pada usus ikan serta diduga dapat menstimulasi sistem imun ikan.
4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan
Pengukuran laju pertumbuhan spesifik ikan dilakukan dengan mengukur bobot ikan yang dilakukan setiap 5 hari sekali dan bertujuan untuk melihat besarnya laju pertumbuhan harian ikan. Hasil laju pertumbuhan spesifik ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila setelah suplementasi pakan. A (kontrol); B (probiotik); C (prebiotik); D (sinbiotik)
2,35 2,19 1,97 2,3 0 0,5 1 1,5 2 2,5
A B C D
L a ju P er tu m b u h an S p esi fi k (% ) Perlakuan
(14)
Ikan yang diberi pakan perlakuan memiliki nilai laju pertumbuhan spesifik yang hasilnya tidak lebih baik dibandingkan kontrol. Hal ini diduga karena pakan dengan perlakuan memiliki rasa yang sedikit berbeda dengan pakan tanpa perlakuan, sehingga benih ikan membutuhkan adaptasi terhadap pakan yang diberi perlakuan yang menyebabkan ikan lebih banyak memakan pakan tanpa perlakuan (kontrol), yang kemudian hal ini berdampak pada laju pertumbuhan spesifik ikan. Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satuan waktu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keturunan, seks, umur, parasit, pakan, dan kondisi perairan.
Perlakuan C (prebiotik) menunjukkan angka laju pertumbuhan spesifik terrendah jika dibandingkan dengan perlakuan lain, hal ini mungkin dikarenakan pemberian prebiotik yang diberikan bersamaan dengan pakan diperlakukan terhadap benih ikan yang memiliki saluran pencernaan yang masih sangat sederhana dan belum memiliki mikroflora usus dalam jumlah yang cukup untuk mencerna prebiotik, karena seperti yang telah diketahui sebelumnya, prebiotik tidak dapat dicerna oleh inang. Ahmadi et al. (2012) menyatakan bahwa enzim dalam saluran pencernaan benih ikan belum tersedia dalam jumlah yang memadai karena saluran pencernaannya belum sempurna, oleh karena itu pakan dengan kandungan karbohidrat dan serat kasar yang tinggi tidak dapat dicerna dengan baik.
4.3 Efisiensi Pakan Ikan
Efisiensi pakan ikan pada perlakuan kontrol menunjukkan angka 18,27%, pada perlakuan probiotik menunjukkan angka sebesar 17,03%, perlakuan prebiotik menunjukkan angka 16,54%, dan pada perlakuan sinbiotik menunjukkan angka 19,51% (Gambar 3).
Perlakuan C (prebiotik) menunjukkan hasil efisiensi pakan ikan terrendah dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena prebiotik yang digunakan (inulin) memiliki rasa manis yang dapat memengaruhi ikan pada saat memakan pakan yang diberikan, yang menyebabkan ikan cenderung enggan memakan pakan yang diberikan. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya jumlah
(15)
pakan yang dimakan ikan, yang juga menyebabkan rendahnya nilai efisiensi pakan ikan. Menurut Franck (2002), inulin standar memiliki rasa manis yang sangat ringan (10% kemanisan dibanding dengan gula). Setiawati et al. (2013) menyatakan bahwa efisiensi pakan didapatkan dari hasil perbandingan antara pertambahan berat tubuh dengan jumlah pakan yang dihabiskan selama masa pemeliharaan. Nilai efisiensi pakan berkaitan dengan laju pertumbuhan karena semakin tinggi laju pertumbuhan maka semakin besar pertambahan berat tubuh ikan dan semakin besar nilai efisiensi pakan.
Gambar 3. Efisiensi pakan ikan nila setelah suplementasi pakan. A (kontrol); B (probiotik); C (prebiotik); D (sinbiotik)
Perlakuan B (probiotik) menunjukkan hasil efisiensi pakan ikan yang lebih rendah daripada perlakuan A (kontrol), hal ini diduga karena benih ikan yang digunakan masih terlalu kecil dengan sistem pencernaan yang masih sangat sederhana dengan enzim pencernaan yang juga masih terbatas untuk dapat mencerna pakan dengan serat kasar yang tinggi, sehingga probiotik yang diberikan pada masa suplementasi belum memberi hasil yang signifikan dalam meningkatkan nilai efisiensi pakan ikan. Handayani (2006) menyatakan bahwa kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Perkembangan saluran pencernaan berlangsung secara bertahap dan setelah ikan mencapai ukuran atau umur tertentu maka saluran pencernaannya akan mencapai kesempurnaan. Perkembangan struktur pencernaan tersebut diikuti pula oleh perkembangan enzim pencernaan.
18,27
17,03 16,54
19,51 0 5 10 15 20
A B C D
E fi si en si P a k an ( % ) Perlakuan
(16)
Perlakuan E (sinbiotik) menunjukkan hasil tertinggi pada parameter ini, hal ini dikarenakan pemberian probiotik yang diiringi dengan prebiotik (sinbiotik) mampu memaksimalkan penyerapan nutrisi pada pakan. Prebiotik pada pakan akan merangsang pertumbuhan probiotik yang terdapat pada pakan dan pada saluran pencernaan benih ikan, sehingga jumlah probiotik akan mengalami peningkatan yang pesat. Bakteri probiotik juga mampu mensekresikan enzim-enzim pencernaan yang akan membantu benih ikan dalam mencerna pakan. Menurut Putra (2010), prebiotik secara efektif dapat mendukung pertumbuhan bakteri probiotik. Meningkatnya jumlah populasi bakteri probiotik bakteri asam laktat (BAL) akan menimbulkan suasana asam. Menurut Buckle et al. (1978), asam laktat dapat menyebabkan pH yang rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana asam. Terciptanya kondisi asam dalam usus akan meningkatkan sekresi enzim proteolitik dalam saluran pencernaan merombak protein menjadi asam-asam amino yang kemudian akan diserap oleh usus (Ahmadi et al. 2012). Pada penelitian lain juga telah diketahui bahwa pemberian prebiotik melalui pakan pada Litopenaeus vannamei dapat meningkatkan panjang mikrovili usus (Zhang et al. 2012). Panjang mikrovili usus dapat membantu meningkatkan penyerapan nutrien sehingga dapat memperbaiki performa pertumbuhan pada inang (Saputra et al. 2013). Menurut Daniels et al. (2010), penelitian tentang sinbiotik telah menunjukkan keuntungan dalam penggunaanya untuk peningkatan laju pertumbuhan, konversi pakan, dan kondisi tubuh ikan.
4.4 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan setelah Uji Tantang
Uji tantang dilakukan setelah 15 hari masa suplementasi pakan. Ikan diuji tantang selama kurun waktu 5 hari dengan menyuntikkan biakan Aeromonas hydrophila. Hasil tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila dapat dilihat pada Gambar 4.
Hasil tingkat kelangsungan hidup ikan setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan B (kontrol negatif) menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain dalam mempertahankan kelangsungan hidup ikan, hal ini karena pada perlakuan B (kontrol negatif), ikan hidup pada keadaan lingkungan perairan yang normal tanpa
(17)
terinfeksi dengan bakteri patogen. Perlakuan sinbiotik menunjukkan hasil tertinggi setelah kontrol negatif. Hal ini dapat saja dikarenakan pemberian probiotik yang diiringi dengan prebiotik (sinbiotik) dapat menekan dengan baik pertumbuhan bakteri patogen yang ada pada ikan, sehingga ikan pada perlakuan sinbiotik memilki kemampuan bertahan hidup paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sementara pada perlakuan kontrol positif ikan tidak diberikan probiotik ataupun prebiotik untuk membantu melindungi dirinya dari serangan bakteri patogen.
Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila. A1 (kontrol +); A2 (kontrol -); B (probiotik); C (prebiotik); dan D (sinbiotik)
Irianto (2003) menyatakan bahwa probiotik dapat mengatur lingkungan mikrobia pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen dalam usus dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Menurut Ringo et al. (2010), prebiotik oligosakarida dapat meningkatkan kesehatan dan
keberadaan bakteri usus yang menguntungkan serta menekan bakteri yang berpotensi merusak, sehingga kelangsungan hidup ikan meningkat, dan jika probiotik dan prebiotik diberikan secara bersamaan (sinbiotik), daya tahan ikan akan lebih tinggi terhadap serangan bakteri patogen. Hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan penelitian Farouq (2011) yang menggunakan ikan nila
dewasa serta diuji tantang dengan bakteri Streptococcus agalactiae yang menunjukkan hasil pada masing-masing perlakuan yaitu kontrol positif 50%,
kontrol negatif 90%, probiotik 73%, prebiotik 76%, dan sinbiotik 80%. 42,56 100 89,6 85,13 96,6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
A1 A2 B C E
T in gk a t k el an gs u n gan h id u p (% ) Perlakuan
(18)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pakan perlakuan dengan penambahan sinbiotik menunjukkan hasil tertinggi pada tingkat kelangsungan hidup ikan dan efisiensi pakan ikan pada saat masa pemeliharaan. Penambahan prebiotik menunjukkan hasil tingkat kelangsungan hidup ikan terrendah saat masa pemeliharaan dan laju pertumbuhan spesifik ikan. Saat masa pemeliharaan, perlakuan kontrol menunjukkan hasil tertinggi pada parameter laju pertumbuhan spesifik ikan, sedangkan penambahan sinbiotik dapat mengurangi tingkat kematian serta dapat meningkatkan efisiensi pakan. Ikan yang diberi pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dan diinfeksi patogen Aeromonas hydrophila memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi (berturut-turut sebesar 89,6%, 85,13% dan 96,6%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan dapat mengurangi tingkat kematian ikan hingga 54% akibat infeksi Aeromoas hydrophila.
5.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu masa pemeliharaan yang lebih lama, dan penggunaan ikan yang lebih banyak, serta proses pembuatan pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang lebih efisien dan penelusuran lebih lanjut akan manfaat BAL UM 1 terhadap ikan dewasa.
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
Ikan nila berasal dari Sungai Nil di Afrika Utara dan masih berkerabat dekat dengan ikan mujair sehingga mempunyai sifat yang hampir sama. Oreochromis niloticus termasuk familia Ciclidae, sama seperti ikan nila hitam dan mujair. Nila merupakan ikan yang sangat populer dibudidayakan, dengan keunggulan yaitu, cara membudidayakannya mudah, tahan terhadap penyakit sesuai dengan iklim tropis, dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ikan tersebut memperoleh banyak perhatian dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama dalam hal peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang (Hertanto et al. 2013).
Ikan nila merupakan spesies tropis yang lebih suka hidup di perairan dangkal yang hidup pada kisaran suhu 11-12oC sampai 42oC, sedangkan suhu yang paling disukainya adalah 31-36oC. Ikan nila tergolong hewan omnivora yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air, invertebrata kecil, fauna bentik, detritus, dan film bakteri yang berhubungan dengan detritus. Pendewasaan seksual ikan nila di kolam dicapai pada usia 5-6 bulan (FAO). Pertumbuhan Ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi ikan selalu jauh berbeda, karena pertumbuhan nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Nila betina, jika sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat (Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah).
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Indonesia termasuk komoditas unggulan dan berkembang cukup baik dan merupakan ikan yang banyak diminati masyarakat sebagai sumber protein hewani kolesterol rendah dengan kandungan gizi 17,7% protein dan 1,3% lemak (Putri et al. 2012). Produksi ikan nila setiap tahunnya mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2004 produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton dan pada tahun 2008 telah mencapai volume produksi hingga 220.900 ton, sementara data FAO (2009) melaporkan bahwa produksi ikan nila dunia terus mengalami peningkatan, sekitar 769.936 ton pada tahun 2007
(20)
menjadi berkisar 2,3 juta ton pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,5 juta ton (FAO, 2010). Permintaan ikan nila banyak dalam bentuk ikan segar maupun dalam bentuk fillet. Permintaan tersebut mencakup permintaan pasar domestik maupun dari luar negeri (Amerika dan Eropa) (Farouq, 2011).
Ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang tergolong sebagai ikan omnivora. Masalah yang dihadapi pada budidaya ikan nila antara lain penyakit infeksi bakteri yang umumnya timbul apabila kondisi stres (Irianto et al. 2006). Salah satu bakteri yang sering menginfeksi ikan nila adalah Aeromonas hydrophila.
Usaha perbaikan kualitas ikan nila sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan pembudidaya ikan nila. Induk dan benih yang memiliki mutu tinggi mutlak diperlukan dalam kegiatan budidaya. Benih berkualitas dapat dilihat dari tingkat pertumbuhannya yang cepat dan tahan terhadap penyakit, sehingga nantinya dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan pembudidaya (Setiyono et al. 2012).
2.2 Aeromonas hydrophila Sebagai Patogen pada Ikan
Bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonad Septicemia (MAS) (Irianto, 2006) secara normal hidup di air tawar. Bakteri ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar seperti ikan mas, ikan gurami, dan ikan nila (Firnanda et al. 2013). Infeksi bakteri ini dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan, stress, perubahan temperatur, air yang terkontaminasi, dan ketika host tersebut telah terinfeksi oleh virus, bakteri atau parasit lainnya (infeksi sekunder). Oleh karena itu bakteri ini disebut sebagai bakteri yang bersifat patogen oportunistik (Mulia, 2003).
Ikan-ikan yang terinfeksi oleh bakleri A. hydrophila menunjukkan gejala-gejala seperti kulit mudah terkelupas, bercak merah pada seluruh tubuh, insang berwarna suram atau kebiruan, exopthalmia (bola mata menonjol keluar), pendarahan sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip ekor, serta terjadinya pendarahan pada anus, dan hilangnya nafsu makan (Mulia, 2003) dan umumnya juga mengalami pendarahan yang meluas pada permukaan kulit (Haemorrhagic
(21)
septicemia), yang diikuti dengan timbulnya luka terbuka (ulcer) pada permukaan tubuh atau hingga ke dalam jaringan, selain itu, pada beberapa jenis ikan lain sering ditemukan tanda klinis seperti sirip punggung dan sirip ekor rontok, serta pembengkakan pada perut dan berisi cairan (dropsy), yang diikuti dengan kematian (Mangunwardoyo et al. 2010). Infeksi Aeromonas juga dapat berakibat peradangan dan hemoragik (pendarahan) pada bagian ginjal, jaringan otot punggung dan usus. Nekrosis dapat terjadi pada organ hati dan ginjal yang dapat menyebabkan kematian. Menurut Kirkaua et al. (2002), setelah Aeromonas masuk ke dalam tubuh, bakteri ini akan menembus masuk kedalam pembuluh darah dan akhirnya tersebar di seluruh tubuh. Dampak yang terjadi yaitu pembuluh darah di dekat kulit pecah, sehingga permukaan tubuh berwarna kemerahan. Peradangan akan berlanjut ke seluruh bagian tubuh dan organ-organ dalam.
2.3 Bakteri Asam Laktat (BAL) sebagai Agen Probiotik pada Ikan
Probiotik pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti Rusia bernama Metchnikoff. Ia mengemukakan bahwa bakteri akan masuk dan tinggal di usus, kemudian memberi pengaruh positif terhadap keseimbangan mikroflora usus dengan cara menurunkan efek racun dari bakteri yang merugikan di usus (Rusmiati et al. 2008). Probiotik juga merupakan pakan tambahan yang berisi bakteri viaber (hidup) dan bersifat tidak patogen. Menurut Irianto (2003), probiotik adalah produk yang tersusun oleh mikroba atau pakan alami mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inangnya. Probiotik dalam akuakultur berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan serta meningkatkan sistem imun dengan perubahan komunitas bakteri intestinalnya.
Berbagai senyawa hasil metabolisme bakteri probiotik seperti asam laktat, H2O2, bakteriosin yang bersifat antimikroba, berbagai enzim seperti laktase yang dapat membantu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, serta bile salt hydrolase yang dapat menurunkan kolesterol (Triana et al. 2006). Selain itu, probiotik dapat menghalangi pertumbuhan dan aktifitas pelekatan sel bakteri enteropathogenic pada saluran pencernaan seperti Salmonella, Shigella, atau Vibrio cholerae, sehingga memiliki efek positif mencegah timbulnya penyakit (Soccoli et al.
(22)
2010). Probiotik juga menghasilkan ion hidrogen yang akan menurunkan pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menciptakan suasana yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri patogen (Leelavatcharamas et al. 2011)
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan salah satu kelompok bakteri yang banyak digunakan sebagai bakteri probiotik, akan tetapi tidak semua BAL termasuk sebagai bakteri probiotik. Menurut Fuller (1989), syarat yang harus dipenuhi agar termasuk kedalam kelompok bakteri probiotik adalah sebagai berikut : (1) Mempunyai viabilitas yang tinggi sehingga tetap hidup, tumbuh, dan aktif dalam sistem pencernaan. (2) Berasal dari genus bakteri yang aman untuk dikonsumsi (3) Tahan terhadap asam, garam empedu (bile salt), dan kondisi anaerob (4) Mampu tumbuh dengan cepat dan menempel pada dinding saluran pencernaan. (5) Mampu mendegradasi laktosa dan menurunkan kadar kolesterol. (6) Mampu menghambat bakteri patogen.
Perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat sebagai agen probiotik dalam bidang industri saat ini telah mengalami peningkatan. Bakteri asam laktat pada proses fermentasi karbohidrat dapat menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH. Penurunan nilai pH dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, terutama bakteri patogen (Sumarsih et al. 2009).
2.4 Inulin Sebagai Agen Prebiotik
Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap, biasanya dalam bentuk oligosakarida (oligofruktosa) dan serat makanan (inulin) (Reddy, 1999) dan juga adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan inang yang secara selektif merangsang pertumbuhan aktivitas sejumlah bakteri dalam usus besar (Ringo et al. 2010). Komponen prebiotik akan mengalami fermentasi di dalam usus besar sehingga memiliki kemampuan untuk menjaga keberadaan bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan. Prebiotik dapat memupuk pertumbuhan bakteri yang bermanfaat, namun tidak menyuburkan keberadaan bakteri jahat (Kolida, 2002).
Komponen prebiotik harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: (1) tidak dihidrolisis atau diserap oleh sistem pencernaan bagian atas, (2) difermentasi pada
(23)
usus besar hanya oleh bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan, dan (3) mampu mengatur komposisi mikroflora pada usus besar menuju komposisi yang ideal bagi kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah bakteri yang bermanfaat dan mengurangi jumlah bakteri yang tidak bermanfaat (Kolida, 2002).
Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok prebiotik antara lain inulin, fructooligosaccharides (FOS), isomaltooligosaccharides, lactosuccrose, lactulose, pyro-dextrins, soy oligosaccharides, trans-galactooligosaccharides, xylo-oligosaccharides, tetapi pada tahun 2007 hanya 2 food ingridient yang dapat memenuhi kriteria prebiotik yaitu inulin dan trans-galactooligosaccharides (TOS). Inulin merupakan prebiotik yang paling banyak diteliti. Inulin sebagai prebiotik telah banyak menarik perhatian peneliti pada tiga dekade ini. Hal ini dikarenakan inulin mempunyai efek-efek prebiotik yang paling baik (Azhar,2009). Prebiotik akan meningkatkan pertumbuhan dari bakteri menguntungkan yang telah ada dan berkembang dalam saluran pencernaan ikan, oleh sebab itu, penambahan prebiotik pada pakan akan menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik di dalam saluran pencernaan ikan (Schrezenmeir and Vrese, 2001).
2.5 Sinbiotik pada Ikan
Aplikasi sinbiotik (eubotic) merupakan salah satu strategi pengendalian biologis yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan resistensi penyakit organisme akuakultur. Sinbiotik adalah suplemen gizi yang menggabungkan antara probiotik dan prebiotik, sehingga dapat meningkatkan efek menguntungkan pada inang (Saputra et al. 2013). Selain probiotik dan prebiotik, sinbiotik juga sering digunakan dalam menanggulangi permasalahan penyakit pada ikan, karena sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan mahluk hidup (Widanarni et al. 2012). Sinbiotik telah menunjukkan keuntungan dalam penggunaanya untuk peningkatan laju pertumbuhan, konversi pakan, dan kondisi tubuh ikan. Penggunaan sinbiotik juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup, merangsang pertumbuhan, meningkatkan sistem imun dari kondisi inang (Azhar, 2013).
(24)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki paparan perairan yang sangat luas. Lebih dari 80% dari luas negara Indonesia merupakan perairan, baik perairan darat maupun perairan laut. Luas perairan Indonesia merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Besarnya luas perairan ini membuat potensi perikanan Indonesia menjadi sangat besar (Bank Indonesia, 2008).
Ikan nila merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama dalam usaha peningkatan gizi masyarakat di Indonesia. Perkembangan ikan nila di Indonesia cukup pesat, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan produksi ikan nila dari tahun 1996 –2005 (Gustiano et al. 2008). Hal ini dikarenakan ikan nila memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, yaitu mudah berkembang biak, tumbuh cepat, dagingnya tebal dan kompak, toleran terhadap lingkungan yang kurang baik, dapat hidup dan berkembang biak di air payau serta mempunyai respon yang luas terhadap makanan (Yuliati et al. 2003).
Salah satu indikator keberhasilan budidaya perikanan tercermin pada tingginya produksi serta rendahnya tingkat kematian pada budi daya ikan. Hal demikian dapat terwujud apabila kondisi lingkungan budidaya mendukung serta dibarengi dengan tingginya daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit selama masa pemeliharaan (Adriyanto et al. 2010).
Masalah penyakit dapat menjadi kendala utama karena dapat merugikan usaha budidaya ikan seperti penurunan produksi, penurunan kualitas air, bahkan kematian total. Penyakit dapat disebabkan oleh beberapa jenis patogen seperti, virus, parasit, jamur, dan bakteri. Salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan menyerang ikan-ikan budidaya air tawar adalah Motile Aeromond Septicemia (MAS) atau Haemorrhagic Septicemia (Post, 1987; Austin dan Austin, 1993). Penyakit ini memperlihatkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, luka-luka pada permukaan tubuh, pendarahan pada insang, perut membesar berisi
(25)
cairan, sisik lepas, sirip ekor lepas, jika dilakukan pembedahan akan terlihat pembengkakan dan kerusakan pada jaringan hati, ginjal, dan limfa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila (Post, 1987; Austin dan Austin,1993). Biasanya bakteri ini menyerang ikan Mas, Gurami, Mujair (Pasaribu et al. 1990), serta ikan Nila (Arie, 2000). Kamiso (1993) melaporkan bahwa penyakit ini menyebabkan kematian di atas 80% dalam waktu relatif singkat. Hal ini dikarenakan tingkat keganasan bakteri A. hydrophila sangat tinggi (Afrianto dan liviawaty, 1992).
Permasalahan kesehatan ikan, nutrisi danefisiensi pakan dapat diatasi dengan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik. Probiotik merupakan pakan tambahan yang berisi bakteri viaber (hidup) dan bersifat tidak patogen. Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang, tetapi memberikan efek menguntungkan bagi inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang (Widanarni et al. 2012), sedangkan sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan mahluk hidup (Widanarni et al. 2012).
Menurut Khalwan (2012), penggunaan probiotik dalam bidang akuakultur bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran pencernaan, dan lingkungan perairan melalui proses biodegradasi, sedangkan penambahan prebiotik pada pakan akan menstimulasi perbaikan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan ikan. Prebiotik akan menjadi sumber energi bagi keberadaan probiotik. Pemberian probiotik yang diiringi oleh pemberian prebiotik (sinbiotik) diharapkan akan mampu menstimulir keberadaan bakteri probiotik yang akan menguntungkan bagi inangnya (Farouq, 2011). Irianto et al. (2006) menyatakan bahwa pemberian probiotik selama 21 hari dapat menurunkan tingkat mortalitas ikan nila sampai 50% setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila. Putri et al. (2012) menyatakan bahwa prebiotik juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian pada ikan nila yaitu sebesar 2,76% selama 7 hari.
(26)
1.2Permasalahan
Permasalahan penelitian ini ialah:
1. Aeromonas hydrophila menyebabkan penyakit pada ikan nila 2. benih ikan sangat rentan terhadap serangan penyakit
3. jumlah populasi bakteri baik (probiotik) masih terbatas pada benih ikan
1.3Tujuan
Tujuan penelitian ini ialah:
1. untuk mengetahui pengaruh probiotik BAL, prebiotik inulin, dan sinbiotik BAL dan inulin terhadap survival rate benih ikan nila yang diinfeksi dengan Aeromonas hydrophila.
2. untuk melihat pengaruh pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik terhadap pertumbuhan benih ikan nila.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini ialah untuk mendapatkan cara alternatif pengendalian bakteri patogen pada ikan selain menggunakan obat-obatan berbahan kimia, serta mendapatkan cara alternatif tentang pembuatan pakan ikan dengan menggunakan penambahan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian bakteri patogen, sehingga dapat meminimalisir kerugian pembudidaya ikan akibat serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
(27)
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pemberian pakan berupa probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) Isolat UM 1 dan prebiotik (Inulin) terhadap sintasan, laju pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan dari benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Perlakuan terdiri atas kontrol, probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang ditambahkan ke dalam kultur benih ikan dimana masing-masing akuarium berisi 10 ekor benih ikan nila. Penelitian ini dilakukanpada akuarium (40 x 25 x 28 cm) selama 21 hari. Ikan tersebut diberi pakan perlakuan selama 15 hari sebelum diuji tantang. Ikan diuji tantang dengan bakteri patogen Aeromonas hydrophila, lalu diamati selama 5 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian suplemen pada pakan tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama masa pemeliharaan, namun memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan setelah infeksi dengan Aeromonas hydrophila, yaitu pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 42%, perlakuan C (probiotik) sebesar 89%, perlakuan D (prebiotik) sebesar 85% dan perlakuan E (sinbiotik) sebesar 96%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 54% akibat infeksi
Aeromonas hydrophila.
(28)
SUPPLEMENTATION EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA UM 1 ISOLATE AND INULIN FOR SEED CULTURE
OF TILAPIA FISH (Oreochromis niloticus)
ABSTRACT
This study was conducted to see the effect of feeding in the form of Lactic Acid Bacteria (LAB) probiotic UM 1 Isolate and prebiotic (inulin) on survival, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia fish (Oreochromis niloticus). The treatment consisted of control, probiotic, prebiotic and sinbiotic addition have been added to aquarium that contained 10 tilapia fish. This research was conducted at the aquarium (40 x 25 x 28 cm) for 21 days. The fish were treated by different probiotic types of for 15 days before being tested challenged. After that, the fish were challenged with pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila. Observed for 5 days. The results obtained indicated that supplementation to the diet had no effect on the survival rate, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia during the culture period, yet to yield significant results in improving the survival rate of fish after infected by Aeromonas hydrophila, namely the treatment of A ( control +) by 42%, treatment C (probiotic) by 89%, treatment D (prebiotic) by 85% and treatment E (sinbiotic) by 96%. The addition of probiotic, prebiotic and sinbiotic on feed can increase the survival rate of fish up to 54% due to infection of Aeromonas hydrophila.
(29)
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT
ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
VIRZA RATIKA INNEKE PUTRI 110805018
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(30)
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT
ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
OLEH :
VIRZA RATIKA INNEKE PUTRI 110805018
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(31)
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Suplementasi Bakteri Asam Laktat Isolat UM 1 dan Inulin terhadap Kultur Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kategori : Skripsi
Nama : Virza Ratika Inneke Putri Nomor Induk Mahasiswa : 110805018
Program Studi : Sarjana S-1 Biologi Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juni 2016
Komisi Pembimbing:
Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I
Dra.Nunuk Priyani, M.Sc Dr. It Jamilah, M.Sc
NIP. 196404281996032001 NIP. 196310121991032003
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua
Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc NIP. 196301231990032001
(32)
PERNYATAAN
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT
ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2016
Virza Ratika Inneke Putri 110805018
(33)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Suplementasi Bakteri Asam Laktat Isolat UM 1 dan Inulin terhadap Kultur Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)” dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ucapan terima kasih terbesar pertama kali penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda dan ibunda tercinta Muhammad Chan dan Irmanely atas segala kesabaran dan pengorbanan yang tak terkira kepada penulis baik moril maupun materil, dan untuk adik saya satu-satunya Vira Chang Li Ting beserta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat, perhatian, pengorbanan dan kasih sayangnya yang besar kepada penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. It Jamilah, M.Sc. selaku pembimbing 1 dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc. selaku pembimbing 2 yang telah memberi bimbingan dan banyak masukan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. dan Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini, serta kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi dan Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik, Ibu Rosalina, Bang Ewin, dan seluruh dosen serta staf pengajar di Departemen Biologi FMIPA USU yang telah membimbing dan membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Kak Nialusi Hutagaol (Biologi 2010) yang telah melakukan isolasi BAL UM1. Terima kasih kepada Kementrian RISTEK dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini melalui PENELITIAN HIBAH BERSAING tahun anggaran 2013 atas nama Dr. It Jamilah, M.Sc, serta kepada Bu Nurhasni Muluk selaku Laboran Mikrobiologi yang telah banyak membantu dalam penyediaan alat, bahan serta fasilitas selama selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat penelitianku Ria Yelvi Ningsih, Harnisya Nasution, Chandra Oktavianus dan Steven Taniwan yang telah berbagi suka dan duka selama penelitian serta saling memberikan semangat. Kepada sahabat-sahabat penelitian bidang mikrobiologi Grace Sonia Ecyon, Grace Lumbantoruan Elum, Imelda, Siska Teresia, Dewi, dan Rasmin, terima kasih atas suntikan semangat, serta kerja samanya. Terima kasih kepada Kak Santa, Kak Riris, Bang Imam, dan Bang Aan yang banyak memberikan arahan dan membantu penulis. Tak terlupakan teman-teman angkatan 2011 Taufik, Jordani, Junaidy, Sisdew, Pucil, Tia, Sahrina, Violita, Rani Raharja, Suri, Idin, Mesra, Zia, Sera, Berlina, Romida, Renata, Corry, Nana, Maya, Arisa, Riski, Feby, Dedeck, Veni, Nely, Ribka, dan yang lain yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih sudah membuatku lebih dewasa, berbagi
(34)
suka dan duka selama menjadi praktikan di Laboratorium maupun di Lapangan. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Desi Sari Mumun, Khairiyah Khairuddin, Yentiti, Sri Desi Budiarti, Rinda kembaran, dan kakak PuFeb yang selalu membuat penulis tersenyum dan semangat dalam menghadapi hari. Terima kasih kepada rekan-rekan asisten Lab. Mikrobiologi, Frico, Boby, koko Aditiya, Zulfa, Ella adik kembaran, Icha, Ester, Rita, Dian, Agung dan cici Novita. Terimakasih kepada adik asuh tersayang Iradani Yupita N, Siti Sarah, Rizky Yudha, Johannes Mambre, Daniel Holong, dan Sahreza Pahlevi, serta angkatan, 2012, 2013, 2014 dan semuanya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya selama di bangku perkuliahan.
Terima kasih pada rekan-rekan IPKB dan HIMABIO, karena telah memberikan ilmu yang sangat berharga, pengalaman berorganisasi, kebersamaan dan wadah bagi penulis untuk menempa diri menjadi pemimpin yang baik dan terus menularkan kreativitas.
Akhirnya dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita dengan balasan yang setimpal. Amin Ya Rabbal Alamin.
Medan, Juni 2016
(35)
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pemberian pakan berupa probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) Isolat UM 1 dan prebiotik (Inulin) terhadap sintasan, laju pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan dari benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Perlakuan terdiri atas kontrol, probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang ditambahkan ke dalam kultur benih ikan dimana masing-masing akuarium berisi 10 ekor benih ikan nila. Penelitian ini dilakukanpada akuarium (40 x 25 x 28 cm) selama 21 hari. Ikan tersebut diberi pakan perlakuan selama 15 hari sebelum diuji tantang. Ikan diuji tantang dengan bakteri patogen Aeromonas hydrophila, lalu diamati selama 5 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian suplemen pada pakan tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama masa pemeliharaan, namun memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan setelah infeksi dengan Aeromonas hydrophila, yaitu pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 42%, perlakuan C (probiotik) sebesar 89%, perlakuan D (prebiotik) sebesar 85% dan perlakuan E (sinbiotik) sebesar 96%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 54% akibat infeksi
Aeromonas hydrophila.
(36)
SUPPLEMENTATION EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA UM 1 ISOLATE AND INULIN FOR SEED CULTURE
OF TILAPIA FISH (Oreochromis niloticus)
ABSTRACT
This study was conducted to see the effect of feeding in the form of Lactic Acid Bacteria (LAB) probiotic UM 1 Isolate and prebiotic (inulin) on survival, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia fish (Oreochromis niloticus). The treatment consisted of control, probiotic, prebiotic and sinbiotic addition have been added to aquarium that contained 10 tilapia fish. This research was conducted at the aquarium (40 x 25 x 28 cm) for 21 days. The fish were treated by different probiotic types of for 15 days before being tested challenged. After that, the fish were challenged with pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila. Observed for 5 days. The results obtained indicated that supplementation to the diet had no effect on the survival rate, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia during the culture period, yet to yield significant results in improving the survival rate of fish after infected by Aeromonas hydrophila, namely the treatment of A ( control +) by 42%, treatment C (probiotic) by 89%, treatment D (prebiotic) by 85% and treatment E (sinbiotic) by 96%. The addition of probiotic, prebiotic and sinbiotic on feed can increase the survival rate of fish up to 54% due to infection of Aeromonas hydrophila.
(37)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Ikan Nila 4
2.2 Aeromonas hydrophila Sebagai Patogen pada Ikan 5 2.3 Bakteri Asam Laktat (BAL)
sebagai Agen Probiotik pada Ikan 6 2.4 Inulin sebagai Agen Prebiotik 7
2.5 Sinbiotik pada Ikan 8
BAB 3. BAHAN DAN METODE 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Metode Penelitian 9
3.2.1 Persiapan Wadah 9
3.2.2 Pemeliharaan Ikan 10
3.2.3 Penyediaan Probiotik, Prebiotik,
dan Sinbiotik 10
3.2.4 Pembuatan Pakan Ikan 10
3.2.5 Penyediaan Kultur Aeromonas hydrophila 11 3.2.6 Perlakuan terhadap Ikan pada Masa Pemeliharaan 11 3.2.7 Perlakuan terhadap Ikan ketika Uji Tantang 12
3.3 Parameter Pengamatan 12
3.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan 12 3.3.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan 12
(38)
3.3.4 Uji Tantang 13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan pada
Masa Pemeliharaan 14
4.2Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan 15
4.3Efisiensi Pakan Ikan 16
4.4Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan setelah Uji Tantang 18
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
(39)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah
suplementasi pakan 14
2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila setelah
suplementasi pakan 15
3. Efisiensi pakan ikan nila setelah suplementasi pakan 17 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah
(40)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Foto Penelitian 27
Persiapan Wadah 27
Pemeliharaan Ikan 27
Penyuntikan Ikan 27
Pakan Ikan yang digunakan 27 Pembuatan Pakan Perlakuan 27
(1)
v
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM 1 DAN INULIN TERHADAP KULTUR BENIH
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pemberian pakan berupa probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) Isolat UM 1 dan prebiotik (Inulin) terhadap sintasan, laju pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan dari benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Perlakuan terdiri atas kontrol, probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang ditambahkan ke dalam kultur benih ikan dimana masing-masing akuarium berisi 10 ekor benih ikan nila. Penelitian ini dilakukan pada akuarium (40 x 25 x 28 cm) selama 21 hari. Ikan tersebut diberi pakan perlakuan selama 15 hari sebelum diuji tantang. Ikan diuji tantang dengan bakteri patogen Aeromonas hydrophila, lalu diamati selama 5 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian suplemen pada pakan tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama masa pemeliharaan, namun memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan setelah infeksi dengan Aeromonas hydrophila, yaitu pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 42%, perlakuan C (probiotik) sebesar 89%, perlakuan D (prebiotik) sebesar 85% dan perlakuan E (sinbiotik) sebesar 96%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 54% akibat infeksi Aeromonas hydrophila.
Kata kunci: Aeromonas hydrophila, ikan nila, prebiotik, probiotik, sinbiotik.
(2)
vi
SUPPLEMENTATION EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA UM 1 ISOLATE AND INULIN FOR SEED CULTURE
OF TILAPIA FISH (Oreochromis niloticus)
ABSTRACT
This study was conducted to see the effect of feeding in the form of Lactic Acid Bacteria (LAB) probiotic UM 1 Isolate and prebiotic (inulin) on survival, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia fish (Oreochromis niloticus). The treatment consisted of control, probiotic, prebiotic and sinbiotic addition have been added to aquarium that contained 10 tilapia fish. This research was conducted at the aquarium (40 x 25 x 28 cm) for 21 days. The fish were treated by different probiotic types of for 15 days before being tested challenged. After that, the fish were challenged with pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila. Observed for 5 days. The results obtained indicated that supplementation to the diet had no effect on the survival rate, specific growth rate and feeding efficiency of tilapia during the culture period, yet to yield significant results in improving the survival rate of fish after infected by Aeromonas hydrophila, namely the treatment of A ( control +) by 42%, treatment C (probiotic) by 89%, treatment D (prebiotic) by 85% and treatment E (sinbiotic) by 96%. The addition of probiotic, prebiotic and sinbiotic on feed can increase the survival rate of fish up to 54% due to infection of Aeromonas hydrophila.
(3)
vii DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Ikan Nila 4
2.2 Aeromonas hydrophila Sebagai Patogen pada Ikan 5 2.3 Bakteri Asam Laktat (BAL)
sebagai Agen Probiotik pada Ikan 6
2.4 Inulin sebagai Agen Prebiotik 7
2.5 Sinbiotik pada Ikan 8
BAB 3. BAHAN DAN METODE 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Metode Penelitian 9
3.2.1 Persiapan Wadah 9
3.2.2 Pemeliharaan Ikan 10
3.2.3 Penyediaan Probiotik, Prebiotik,
dan Sinbiotik 10
3.2.4 Pembuatan Pakan Ikan 10
3.2.5 Penyediaan Kultur Aeromonas hydrophila 11 3.2.6 Perlakuan terhadap Ikan pada Masa Pemeliharaan 11 3.2.7 Perlakuan terhadap Ikan ketika Uji Tantang 12
3.3 Parameter Pengamatan 12
3.3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan 12 3.3.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan 12
3.3.3 Efisiensi Pakan Ikan 13
(4)
viii
3.3.4 Uji Tantang 13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan pada
Masa Pemeliharaan 14
4.2Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan 15
4.3Efisiensi Pakan Ikan 16
4.4Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan setelah Uji Tantang 18
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
(5)
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah
suplementasi pakan 14
2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila setelah
suplementasi pakan 15
3. Efisiensi pakan ikan nila setelah suplementasi pakan 17 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah
diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila 19
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Foto Penelitian 27
Persiapan Wadah 27
Pemeliharaan Ikan 27
Penyuntikan Ikan 27
Pakan Ikan yang digunakan 27