Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi

balita dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap orangtua dengan kejadian karies gigi pada anak dengan nilai p= 0,008.Guru sekolah juga memiliki peran untuk mengajarkan dan mengajak anak menggosok gigi setiap hari serta orangtua yang rutin mengajak anaknya untuk memeriksaan gigi ke dokter gigi puskesmas ada kemungkinan memiliki pengaruh kepada anak sehingga anak memiliki kebiasaan baik menggosok gigi. Penyuluhan kesehatan gigi sangat penting dilakukan di sekolah- sekolah oleh petugas kesehatan agar anak-anak sejak dini mengerti teknik dan waktu menggosok gigi yang baik dan benar sehingga menurunkan risiko untuk terjadinya karies gigi pada anak.

5.2.3 Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi

Gambar 5.8 Diagram Batang Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi 66,7 82,7 77,8 33,3 17,3 22,2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Tinggi Sedang Rendah P ro po rsi Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi Karies Tidak Karies Keteranga Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi kariespaling banyak terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogeniksedang yaitu 82,7, kemudian kebiasaan makan makanan kariogenik rendah yaitu 77,8 dan yang paling sedikitterdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi yaitu 66,7. Pada anak yang tidak mengalami karies proporsi paling banyak terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi yaitu 33,3, kemudian kebiasaan makan makanan kariogeni rendah yaitu 17,3 dan proporsi paling sedikit terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik sedangyaitu 17,3. Untuk kebiasaan makan makanan kariogenik yang tinggi jika dibandingkan dengan kebiasaan makan makanan kariogenik rendah menggunakan uji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expectednya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalah Fisher’s Exact yangdiperoleh nilai p= 0,616 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Untuk kebiasaan makan makanan kariogenik yang tinggi jika dibandingkan dengan kebiasaan makan makanan kariogenik sedang menggunakan uji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expectednya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalah Fisher’s Exact yangdiperoleh nilai p= 0,806 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian tidak berhubungan karena faktor penyebab karies tidak hanya dilihat dari kebiasaan makan makanan kariogenik. Makanan kariogenik adalah makanan manis dan legket yang dapat menyebabkan karies gigi Arisman, 2004. Makanan kariogenik yang paling banyak dikonsumsi anak SD kelas V-VI adalah eskrim 76,3 yang dikonsumsi 1-3 kali seminggu dan yang dikonsumsi setiap hari paling banyak adalah pop ice. Makanan kariogenik sering sekali meninggalkan sisa di sela-sela gigi. Sisa Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email Berg dan Slayton, 2009. Faktor lain yang memungkinkan menyebabkan karies adalah saliva. Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyakit karies. Selain itu fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, anti pelarut dan anti bakteri. Seseorang dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali, misalnya karena aprialismus, terapi radiasi kanker ganas dan xerostomia, memiliki persentase karies gigi yang tinggi Tarigan 2013. Saliva juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan penyakit karies gigi. Faktor- faktor yang memengaruhi komposisi dan konsentrasi saliva antara lain laju aliran, saliva, volume, pH dan kapasitas buffer saliva. Keadaan pH dan buffer saliva memengaruhi keberadaan karies di dalam rongga mulut. Semakin rendah pH saliva maka karies semakin tinggi Kidd, 1991. Derajat keasaman pH saliva yang rendah sekitar pH 5,5 mendukung pertumbuhan bakteri Streptococcus Universitas Sumatera Utara mutans dan Lactobacillis dan dalam waktu yang lama akan melakukan demineralisasi email dan menyebabkan karies gigi Nurhaliza, 2015. Universitas Sumatera Utara 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan