Pengawas Minum Obat PMO

dengan strategi DOTS, dimana setiap komponen yang ada lebih ditekankan kepada penanganan MDR TB. Strategi DOTS Plus juga sama terdiri dari 5 komponen kunci : 1. Komitmen politis yang berkesinambungan untuk masalah MDR multi drug resistance 2. Strategi penemuan kasus secara rasional yang akurat dan tepat waktu menggunakan pemeriksaan hapusan dahak secara mikroskopis ,biakan dan uji kepekaan yang terjamin mutunya. 3. Pengobatan standar dengan menggunakan OAT lini kedua, dengan pengawasan yang ketat Direct Observed Treatment DOT. 4. Jaminan ketersediaan OAT lini kedua yang bermutu. 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. Setiap komponen dalam penanganan TB MDR lebih kompleks dan membutuhkan biaya lebih banyak dibandingkan dengan pasien TB bukan MDR Pelaksanaan program DOTS plus akan memperkuat Program Penanggulangan TB Nasional Alfin, 2012.

2.10 Pengawas Minum Obat PMO

Salah satu komponen DOTS Directly Observed Treatment Short-Course dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobtan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat PMO. Strategi DOTS sesuai dengan rekomendasi WHO 1997 adalah : komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana, diagnosis tuberkulisis paru dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik, pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung Universitas Sumatera Utara oleh Pengawas Menelan Obat PMO, kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin, pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan serta evaluasi program penanggulangan tuberkulosis paru. 1. Pengertian Pengawas Menelan Obat PMO Pengawas Menelan Obat PMO adalah orang yang mengawasi secara langsung terhadap penderita tuberkulosis paru pada saat minum obat setiap harinya dengan menggunakan panduan obat jangka pendek Depkes, 2007 2. Tujuan Penggunaan Pengawas Menelan Obat PMO Menurut Ditjen PPM dan PLP 1997 bahwa tujuan penggunaan Pengawas Menelan Obat PMO pada penderita tuberkulosis paru adalah : 1 untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai jadwal yang ditentukan pada awal pengobatan, 2 untuk menghindari penderita dari putus berobat sebelum waktunya, dan 3 untuk mengurangi kemungkinan pengaobatan dan kekebalan terhadap OAT. Dalam menyukseskan upaya pemberantasan tuberlukosis paru, maka peran petugas kesehatan dalam surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan. Tidak menutup kemungkinan peran kader serta masyarakat lainnya dapat berperan aktif melalui kunjungan rumah bersama petugas kesehatan, tokoh masyarakat untuk melakukan pendidikan di masyarakat melalui penyuluhan, konseling atau pemantauan secara terpadu, terintegrasi dengan upaya-upaya lain termasuk peningkatan ekonomi keluarga. Penderita tuberkulosis perlu mendapatkan pengawasan langsung agar meminum obat secara teratur sampai sembuh. Universitas Sumatera Utara Orang yang mengawasi penderita tuberkulosis dikenal dengan istilah pengawas menelan obat PMO. pengawas menelan obat PMO sebaiknya orang yang disegani dan dekat dengan pasien tuberlukosis paru, misalnya keluarga, tetangga, atau kader kesehatan. PMO bertanggung jawab untuk memastikan pasien tuberlukosis paru meminum obat sesuai anjuran petugas puskesmas atau UPK Nova dalam Hendrawati, 2008. Kegagalan pengobatan dan kurang kedisiplinan bagi penderita tuberkulosis paru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran pengawas menelan obat PMO. Pengawas menelan obat PMO sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil pengobatan yang optimal DepKes, 2000. Kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilannya Purwanta dalam Hapsari, 2010. 3. Persyaratan Pengawas Menelan Obat PMO Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang PMO adalah : 1 seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien, 2 seseorang yang tinggal dekat dengan pasien, 3 Bersedia membantu pasien dengan sukarela, dan 4 bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan desa, perawat, pekarya kesehatan, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO Universitas Sumatera Utara dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. 4. Orang yang bisa menjadi Pengawas Menelan Obat PMO Kegagalan pengobatan dan kurang kedisiplinan bagi penderita tuberkulosis paru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran PMO. PMO sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil pengobatan yang optimal. Kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilannya. Sebaiknya orang yang bisa menjadi Pengawas Menelan Obat PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan desa, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. 5. Peran Pengawas Menelan Obat PMO Peran seorang PMO adalah mengawasi pasien tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, dan memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan. Menurut Hapsari 2010 tugas PMO bagi penderita tuberkulosis paru adalah : a. Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik. Universitas Sumatera Utara b. Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat. c. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan. d. Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai. e. Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat. f. Merujuk pasien bila efek samping semakin berat. g. Melakukan kunjungan rumah h. Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala tersangka tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan. Dalam buku panduan PMO yang diterbitkan oleh Depkes RI 2007, untuk kesuksesan menjalankan tugasnya PMO perlu memiliki ketentuan sebagai berikut : a. Umur Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis Notoatmodjo, 2007. Seperti yang dikatakan Hurlock 1999 bahwa semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menganalisis terhadap masalah yang dihadapi. Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin Universitas Sumatera Utara cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2007 bahwa seseorang yang umurnya lebih tua akan lebih banyak pengalamannya sehingga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki, artinya semakin tua umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Dalam menjalankan tugasnya seorang PMO diharapkan memiliki umur yang cukup dewasa sehingga dalam melakukan pendampingan terhadap penderita tuberkulosis, dapat menganalisis setiap permasalahan yang timbul dan memberikan solusi secara cepat dan tepat. b. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap dan berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang, maka akan semakin makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki. pengawas menelan obat PMO yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih mudah untuk menyerap pengetahuan terutama tentang tugas pokok, fungsi dan peranya dalam menjalankan tugas sehingga tujuan dari kegiatan mendampingi penderita tuberkulosis dalam menjalani pengobatan dapat tercapai. c. Pekerjaan Universitas Sumatera Utara Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dengan berbagai tujuan. Pekerjaan dilakukan oleh seseorang biasanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orang yang memiliki pekerjaan yang lebih layak guna pemenuhan semua kebutuhan hidupnya juga memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kesehatan dan perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada orang yang memiliki tingkat pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi memiliki kebutuhan hidup yang sama, oleh sebab itu seseorang yang memiliki pekerjaan yang layak akan lebih memperhatikan perilaku kesehatan untuk diri sendiri dan lingkungannya. Pemilihan seorang PMO yang memiliki pekerjaan yang layak diharapkan lebih memiliki perhatian yang serius bagi perkembangan kesehatan penderita tuberkulosis paru dengan memahami perannya sebagai pengawas menelan obat Mochammad, 2011. 2.11 Pengawasan pengobatan secara langsung Pasien TB MDR Prinsip pemberian pengobatan adalah rawat jalan penuh dengan pasien datang untuk mengambil dan minum obat di fasilitas layanan kesehatan setiap hari selama masa pengobatan. Kebijakan Program Nasional mengenai pengawasan pengobatan adalah melakukan pengawasan penuh selama masa pengobatan TB MDR. Tujuan kebijakan adalah untuk memastikan pasien minum semua obat sesuai dosis yang diberikan, memberikan kesempatan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pemantauan efek samping yang mungkin terjadi dan pemberian KIE atau konseling jika diperlukan. Secara periodik, Program Nasional Penanggulangan TB melakukan peninjauan kembali model pengawasan Universitas Sumatera Utara pengobatan yang diterapkan di Indonesia Strategi Pengendalian TB Nasional, 2013.

2.12 Definisi Keluarga

Dokumen yang terkait

Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Multi Drugs Resisten (TB-MDR) di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015

13 125 111

Prevalensi Risiko Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR) di Kota Depok tahun 2010 - 2012

2 18 45

HUBUNGAN ANTARA KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS PARU MULTI DRUG RESISTANCE (TB MDR) Hubungan Antara Ketidakpatuhan Minum Obat Dengankejadian Tuberculosis Paru Multi Drug Resistance (Tb MDR) Di Puskesmas Nogosari Boyolali.

0 1 16

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 9

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 36

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 3 3

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

0 0 10

MDR TB (Multi Drug Resistant Tuberculosis) Reversi

0 0 7