Refleks Menyusui pada Bayi ASI

3. Refleks Menyusui pada Bayi

Terdapat 3 refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu meliputi refleks menangkap rooting refleks, refleks menghisap sucking reflex dan refleks menelan swallowing reflex. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut Depkes, 2002 a. Refleks menangkap rooting reflex Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola. b. Refleks menghisap sucking reflex Refleks terjadi karena rangsangan puting pada palatum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada dibawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI keluar ke mulut bayi. c. Refleks menelan swallowing reflex ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

4. ASI

a. Pengertian ASI ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang disamping memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan Moehyi, 2008. b. Stadium ASI Soetjiningsih, 1997 1. Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveolus dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi dari hari 1-3 atau ke-4 yang komposisinya dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan Viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur dan berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, protein utamanya adalah globulin gamma globulin dan lebih banyak mengandung antibodi dibanding susu matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibanding dengan ASI matur. Mineral utamanya adalah natrium, kalium dan klorida yang lebih tinggi dari ASI matur. Total energinya lebih rendah hanya 58 kal100 ml kolostrum yang volumenya berkisar 150-300 ml24 jam. 2. ASI masa peralihan Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur yang disekresi pada hari ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke 3 sampai ke 5. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meningkat serta volumenya juga makin meningkat. Tabel 2.1 Komposisi ASI Waktu Protein Karbohidrat Lemak Hari ke 5 2,00 6,42 3,2 Hari ke 9 1,73 6,73 3,7 Minggu ke 34 1,30 7,11 4,0 Dalam satuan gr 100 ml ASI Sumber : dr.Kleiner dan Osten J.M Moehyi, 2008 3. ASI matur Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke 3 sampai ke 5. ASI matur ini berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari gram Ca-Casein, Riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya serta di dalam ASI matur terdapat antimikrobial faktor. c. Kandungan ASI Moehyi, 2008 Tabel 2.2 Kandungan ASI Kadar gizi dalam tiap 100 ml susu Macam zat gizi Air Susu Ibu Susu Sapi Susu Kerbau Proton Lemak laktosa Kalori Kapur Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C 1,2 g 3,8 g 7,0 g 75,0 kal 30,0 mg 0,15 mg 53,0 KI 0,11 mg 4,3 mg 3,3 g 3,8 g 4,8 g 66,0 kal 125,0 mg 0,10 mg 34,0 KI 0,42 mg 1,8 mg 4,8 g 7,8 g 5,0 g 7,0 kal 180,0 mg 0,24 mg 34,0 KI 0,50 mg 1,0 mg Sumber : Human Milk in the Modern World, Jellieffe, Oxford University Press, New York, 1978 Moehyi, 2008 d. Keunggulan ASI dan manfaat menyusui Depkes, 2002 1. Aspek Gizi ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi, yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi anak. a. Kolostrum Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. b. Taurin Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Gaul, 1995 c. Decosahexanoid Acid DHA dan Arachidonic Acid AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari. 2. Aspek imunologik Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu botol. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI memberikan keunggulan- keunggulan antara lain : a. ASI bebas kontaminasi Meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui puting susu, akan tetapi bakteri ini tidak diberi kesempatan berkembang biak karena ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi. b. Immunoglobulin Terutama immunoglobulin IgA, kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI. Secretory IgA tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan. c. Laktoferin Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi ferum saluran pencernaan. d. Lysosim Enzim ini aktif mengatasi E.coli dan Salmonella. e. Sel darah putih Selama 2 minggu pertama ASI mengadung lebih dari 4000 sel darah putih per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu : Brochus Asosiated Lympocite Tissue BALT yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernapasan. Gut Asosiated Lympocite Tissue GALT yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pencernaan. Mammary Asosiated Lympocite Tissue MALT yang menyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel ini memproduksi IgA, Laktoferin, Lysosim, dan Interferon . Interferon menghambat virus tertentu. 3. Aspek psikologik menyusui a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. b. Hubungan interaksi ibu-bayi Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ikatan ibu-bayi tersebut. Hubungan interaksi antara ibu dan bayi paling mudah terjadi selama setengah jam pertama dan mulai terjalin beberapa menit sesudah bayi dilahirkan. Karena itu penting sekali bayi mulai disusui sedini mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan. c. Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit skin to skin contact dan mencium aroma yang khas antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 4. Aspek kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi. 5. Aspek neurologis Belum sempurnanya koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap payudara ketidaksempurnaan koordinasi saraf tersebut dapat lebih baik. 6. Aspek ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya pengobatan yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula. 7. Aspek penundaan kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi MAL. MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara eksklusif dan umur bayi kurang dari 6 bulan. C Teori Perilaku Kesehatan Menurut Green 1991 dalam Notoatmodjo 2005 kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku behaviour causes dan faktor non perilaku non behaviour causes , sedangkan faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Predisposing factors atau faktor dari diri sendiri pengaruh, adalah faktor- faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan dan variabel demografi. 2. Enabling factors atau faktor pemungkin, adalah kemampuan dari sumber daya yang penting untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, peraturan dan kemampuan sumber daya. 3. Reinforcing factors atau faktor penguat, adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan dan tidak dengan memberikan reward, insentif dan punishment D Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 1. Umur ibu Adalah lama waktu hidup atau adasejak dilahirkan KBBI, 2001. Menurut Soelaiman 1993 dalam Ubaedah 2005 bahwa umur yang dianggap optimal mengambil keputusan adalah diatas 20 tahun karena umur dibawah 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam mengambil keputusan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya Huclock, 1998 dalam Nursalam, 2001. Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang baik, tidak saja kondisi fisik tetapi juga kondisi psikologisnya. Menurut Nelvi 2004 periode umur yang baik untuk menyusui adalah sekitar 20-35 tahun karena bila umur kurang dari 20 tahun wanita masih dalam masa pertumbuhan walaupun dari faktor biologisnya sudah siap namun aspek psikologisnya belum matang. Begitu pula jika ibu menyusui pada umur lebih dari 35 tahun maka masalah kesehatan akan sering timbul dengan komplikasi. 2. Pendidikan ibu Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak – anak dalam pertumbuhannya jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat Notoatmodjo, 2003. Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar seperti sikap atau penerimaan anjuran menyusui. Orang yang berpendidikan akan memberikan respon yang rasional dibanding mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki Kuncoroningrat, 1997 dalam Nursalam, 2001. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Menurut Helsing dan King 1981 dalam Amalia 2007 frekuensi menyusui lebih tinggi diantara wanita terpelajar. Ibu yang terpelajar lebih menyadari keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui. Ibu terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih baik dari posisi yang diperolehnya di tempat kerja. Sehingga lebih memungkinkan untuk memberikan ASI secara baik dan benar dari wanita kurang terpelajar. Menurut hasil penelitian Nelvi 2004 bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI dini dimana responden yang berpendidikan tinggi melakukan inisiasi pemberian ASI 74,7 dibanding dari responden berpendidikan rendah. 3. Paritas ibu Adalah jumlah kehamilan yang mengahasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas sedangkan multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani dua atau lebih kehamilan dan mengahasilkan janin sampai tahap viabilitas. Viabilitas adalah kapasitas untuk hidup di luar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi 20 minggu kehamilan atau berat janin lebih dari 500 gram Bobak, 2005. Menurut Ebrahim 1979 pada seorang ibu yang mengalami laktasi kedua dan seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama. Laktasi kedua yang dialami ibu berarti ibu telah memiliki pengalaman dalam menyusui anaknya. Begitu pula dalam laktasi ketiga dan seterusnya. Sedangkan pada laktasi pertama ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan benar untuk menyusui bayinya. Menurut penelitian Suradi 1992 bahwa ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada primipara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna. Penelitian Madjid 2003 dalam Nelvi 2004 bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak primipara masalah-masalah menyusui sering timbul, berbeda dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya lebih baik dari pada yang pertama. 4. Pengetahuan Ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal Notoatmodjo, 2003. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak selalu mengambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-semata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks Notoatmodjo, 2003. Kegagalan dalam menyusui sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang laktasi Perinasia, 2004. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan. Menurut hasil penelitian Fikawati dan Syafiq 2003 menunjukkan adanya perbedaan antara ibu yang mengetahui informasi tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanaannya. 5. Sikap Ibu Menurut Notoatmodjo 2000, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi tertutup. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Menurut Green dalam Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa sikap menentukan perilaku seseorang. Sikap yang positif diharapkan menjadi motivasi yang kuat dalam usaha Ibu untuk menyusui atau memberikan ASInya pada bayi, karena motivasi itu akan berperanan dalam proses laktasi Perinasia, 1994. Hasil penelitian Rusnita 2008 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai sikap positif dan negatif selisihnya sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi yang tidak nyamankelelahan yang dirasakan ibu. Menurut Roesli 2008 seorang ibu jarang merasa lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit saat bayi inisiasi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 6. Berat bayi saat lahir Bayi yang lahir sebelum waktunya prematur atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah mungkin masih terlalu lemah apabila harus menghisap ASI dari ibunya. Berat badan yang kurang dari 1200 gram kemampuan untuk menyusu sangat kurang sehingga ASI harus dikeluarkan dan diberikan kepada bayi secara manual, demi mempertahankan kualitas laktasi sampai bayi sanggup untuk menghisap sendiri secara langsung dari payudara Moehji, 1988. Refleks tergantung pada usia gestasi yaitu refleks rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke- 32 Doengoes Moorhouse, 2001. Bayi dengan berat badan lahir rendah prematur, seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri. Bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi. Maka sebagian besar bayi prematur biasanya mampu menyusui dengan segera Supriadi, 2002 dalam Rahardjo, 2005. Menurut Brinch 1986 bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat lahir normal dapat segera diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah. Menurut penelitian Ratri 2000 bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan berat badan bayi saat lahir. Hal itu senada dengan penelitian Rahardjo 2005. 7. Jenis Persalinan Jenis persalinan terdiri dari persalinan spontan, forsep, vakum, dan kelahiran sesaria. Persalinan dengan forsep adalah proses melahirkan dengan dua buah instrumen yang digunakan untuk membantu pelahiran kepala janin. Indikasi maternal untuk kelahiran dengan forsep adalah kebutuhan untuk memperpendek kala dua pada distosia kesulitan persalinan atau untuk memperbaiki upaya mendorong ibu yang kurang misalnya, ibu letih dan telah diberi anestesia spinal atau epidural, serta untuk melawan kondisi yang berbahaya misalnya dekompensasi jantung. Indikasi pada janin meliputi kelahiran janin yang mengalami distres, presentasi belum pasti, atau janin berhenti berotasi, dan juga pelahiran kepala pada presentasi bokong Dennan, 1989 dalam Bobak, 2005. Ekstraksi vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk cup vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Indikasi penggunaan ekstraksi vakum ini sama dengan forsep, tetapi terutama pada kasus janin gagal berotasi dan persalinan berhenti di kala dua Galvan, Broekhuizen, 1987 dalam Bobak, 2005. Kelahiran sesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus. Tujuan dasar pelahiran sesaria adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Dewasa ini sebagian besar kelahiran sesaria dilakukan untuk keuntungan janin. Empat kategori diagnostik yang merupakan alasan terhadap 75 sampai 90 kelahiran sesaria adalah distosia, sesaria ulang, presentasi bokong, dan gawat janin Marieskind, 1989. Indikasi lain prosedur tersebut adalah infeksi virus herpes, prolaps tali pusat, komplikasi medis misalnya hipertensi karena kehamilan, kelainan plasenta misalnya plasenta previa dan solusio plasenta, malpresentasi misalnya presentasi bahu dan anomali janin misalnya Hidrosefalus Bobak, 2005. Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya yaitu antara lain kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi Caesar, Vakum, Forcep. Menurut penelitian Righrd dan Alade 1990 bahwa bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Bayi yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah Roesli, 2008. Menurut Perinasia 1992 pada dasarnya semua ibu dengan persalinan pervaginam mampu segera menyusui dan merawat bayi. Ibu dengan persalinan perabdominan SC tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pembiusan. 8. Konseling selama kehamilan dan persalinan Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interprestasi-interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat Smith,1974. Pemeriksaan antenatal care ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar Manuaba, 1998. Kegagalan dalam menyusui sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan Ibu tentang laktasi Perinasia, 2004. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan. Menurut Soetjiningsih 1993, sebenarnya sukses atau tidaknya menyusui sudah dimulai pada waktu ibu masih hamil yaitu pada waktu pemeriksaan kehamilan, dimana petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang laktasi dan melakukan pemeriksaan payudara ibu dan menganjurkan perawatan payudara pada waktu masih hamil, termasuk menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir. Menurut penelitian Ratri 2000 bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI yang diterima saat pemeriksaan kehamilan yaitu ibu yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam setelah lahir. 9. Dukungan Petugas Kesehatan Penelitian Rahardjo 2005 mengatakan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan. Penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan dalam satu jam pertama setelah melahirkan immediate breastfeeding karena dalam kurun waktu tersebut peran penolong masih dominan. Kondisi tidak nyaman yang dirasakan ibu melahirkan dan ketidakpedulian petugas kesehatan yang ada di ruang bersalin dalam memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak tenteram dan tenang dalam hal ini akan menghambat proses ASI. Apabila penolong memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan akan terjadi. Saat mulainya sekresi air susu sesudah persalinan adalah peristiwa yang jarang mengalami kegagalan, bantuan dari petugas kesehatan dalam memberikan keyakinan dan dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu kecemasan, ketakutan dan bayangan kesukaran sangat berarti untuk kesuksesan pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah kelahiran Ebrahim, 1986. Menurut penelitian Fikawati dan Syafiq 2003 dibutuhkan penolong persalinan yang dapat memfasilitasi agar bayi dapat menyusui segera dalam waktu satu jam persalinan. Penelitian ini sejalan dengan Rusnita 2008 bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan p0,05. Dengan immediate breastfeeding ibu semakin percaya diri untuk memberikan ASI sehingga ibu merasa tidak perlu memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir menurut penelitian Fikawati dan Syafiq 2003.

E. Family Centered Maternity Care