3. Refleks Menyusui pada Bayi
Terdapat 3 refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu meliputi refleks  menangkap  rooting  refleks,  refleks  menghisap  sucking  reflex  dan
refleks  menelan  swallowing  reflex.  Hal  tersebut  diuraikan  sebagai  berikut Depkes, 2002
a. Refleks menangkap rooting reflex
Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh  ia  akan  membuka  mulut  dan  berusaha  untuk  mencari  puting
untuk  menyusu.  Lidah  keluar  dan  melengkung  menangkap  puting  dan areola.
b. Refleks menghisap sucking reflex
Refleks  terjadi  karena  rangsangan  puting  pada  palatum  bayi  bila  areola masuk  ke  dalam  mulut  bayi.  Areola  dan  puting  tertekan  gusi,  lidah  dan
langit-langit  sehingga  menekan  sinus  laktiferus  yang  berada  dibawah areola.  Selanjutnya  terjadi  gerakan  peristaltik  yang  mengeluarkan  ASI
keluar ke mulut bayi. c.
Refleks menelan swallowing reflex ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.
4. ASI
a. Pengertian ASI
ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang  disamping  memenuhi  kebutuhan  bayi  akan  energi.  Hanya
dengan  diberi  ASI  saja  tanpa  makanan  lain,  bayi  mampu  tumbuh  dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan Moehyi, 2008.
b. Stadium ASI Soetjiningsih, 1997
1. Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang  mengandung  tissue  debris  dan  residual  material  yang  terdapat
dalam alveolus dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi dari hari 1-3 atau ke-4 yang komposisinya
dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan Viscous kental  dengan  warna  kekuning-kuningan,  lebih  kuning  dibanding
dengan  susu  matur  dan  berfungsi  sebagai  pencahar  yang  ideal  untuk membersihkan
mekonium dari
usus bayi
baru lahir
dan mempersiapkan  pencernaan  makanan  bayi.  Kolostrum  lebih  banyak
mengandung  protein,  protein  utamanya  adalah  globulin  gamma globulin
dan  lebih  banyak  mengandung  antibodi  dibanding  susu matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6
bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibanding dengan ASI matur.  Mineral  utamanya  adalah  natrium,  kalium  dan  klorida  yang
lebih  tinggi  dari  ASI  matur.  Total  energinya  lebih  rendah  hanya  58 kal100 ml kolostrum yang volumenya berkisar 150-300 ml24 jam.
2. ASI masa peralihan
Merupakan  ASI  peralihan  dari  kolostrum  sampai  menjadi  ASI  matur yang  disekresi  pada  hari  ke  4  sampai  ke  10  dari  masa  laktasi,  tetapi
ada  pula  pendapat  yang  mengatakan  bahwa  ASI  matur  baru  terjadi pada minggu ke 3 sampai ke 5. Kadar protein makin rendah sedangkan
kadar  karbohidrat  dan  lemak  makin  meningkat  serta  volumenya  juga makin meningkat.
Tabel 2.1  Komposisi ASI Waktu
Protein Karbohidrat
Lemak Hari ke 5
2,00 6,42
3,2 Hari ke 9
1,73 6,73
3,7 Minggu ke 34
1,30 7,11
4,0 Dalam satuan gr 100 ml ASI
Sumber : dr.Kleiner dan Osten J.M Moehyi, 2008 3.
ASI matur Merupakan  ASI  yang  disekresi  pada  hari  ke  10  dan  seterusnya,
komposisi  relatif  konstan  ada  pula  yang  menyatakan  bahwa komposisi  ASI relatif konstan  baru  mulai  minggu ke 3  sampai ke 5.
ASI  matur  ini  berwarna  putih  kekuning-kuningan  yang  diakibatkan warna  dari  gram  Ca-Casein,  Riboflavin  dan  karoten  yang  terdapat  di
dalamnya serta di dalam ASI matur terdapat antimikrobial faktor.
c. Kandungan ASI Moehyi, 2008
Tabel 2.2 Kandungan ASI
Kadar gizi dalam tiap 100 ml susu Macam zat gizi
Air Susu Ibu Susu Sapi
Susu Kerbau Proton
Lemak laktosa
Kalori Kapur
Besi Vitamin A
Vitamin B1 Vitamin C
1,2 g 3,8 g
7,0 g 75,0 kal
30,0 mg 0,15 mg
53,0 KI 0,11 mg
4,3 mg 3,3 g
3,8 g 4,8 g
66,0 kal 125,0 mg
0,10 mg 34,0 KI
0,42 mg 1,8 mg
4,8 g 7,8 g
5,0 g 7,0 kal
180,0 mg 0,24 mg
34,0 KI 0,50 mg
1,0 mg
Sumber : Human Milk in the Modern World, Jellieffe, Oxford University Press, New York, 1978 Moehyi, 2008
d. Keunggulan ASI dan manfaat menyusui Depkes, 2002
1. Aspek Gizi
ASI  mudah  dicerna,  karena  selain  mengandung  zat  gizi  yang  sesuai juga  mengandung  enzim-enzim  untuk  mencernakan  zat-zat  gizi  yang
terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi,  yang  berguna  untuk  pertumbuhan  dan  perkembangan
kecerdasan bayi anak.
a. Kolostrum
Kolostrum  mengandung  zat  kekebalan  terutama  immunoglobulin IgA  untuk  melindungi  bayi  dari  berbagai  penyakit  infeksi
khususnya diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi  pada  hari-hari  pertama  kelahiran.  Kolostrum  membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan. b.
Taurin Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam
ASI dan tidak terdapat dalam  susu  sapi. Taurin  berfungsi  sebagai neurotransmitter
dan  berperan  penting  untuk  proses  maturasi  sel otak. Gaul, 1995
c. Decosahexanoid  Acid  DHA  dan Arachidonic  Acid  AA  adalah
asam  lemak  tak  jenuh  rantai  panjang  yang  diperlukan  untuk pembentukan  sel-sel  otak  yang  optimal.  DHA  dan  AA  yang
terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari.
2. Aspek imunologik
Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit  infeksi  terutama  diare  dan  mempunyai  kesempatan  hidup
lebih  besar dibandingkan dengan  bayi  yang diberikan susu  botol. Hal
ini  disebabkan  karena  pemberian  ASI  memberikan  keunggulan- keunggulan antara lain :
a. ASI bebas kontaminasi
Meskipun kemungkinan terkontaminasi  melalui  puting  susu, akan tetapi bakteri ini tidak diberi kesempatan berkembang biak karena
ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi. b.
Immunoglobulin Terutama  immunoglobulin  IgA,  kadarnya  lebih  tinggi  dalam
kolostrum dibandingkan dengan ASI. Secretory IgA tidak diserap, tetapi  melumpuhkan  bakteri  patogen  E.coli  dan  berbagai  virus
dalam saluran pencernaan. c.
Laktoferin Sejenis  protein  yang  merupakan  komponen  zat  kekebalan  dalam
ASI yang mengikat zat besi ferum saluran pencernaan. d.
Lysosim Enzim ini aktif mengatasi E.coli dan Salmonella.
e. Sel darah putih
Selama  2  minggu  pertama  ASI  mengadung  lebih  dari  4000  sel darah putih per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu :
Brochus  Asosiated  Lympocite  Tissue BALT  yang  menghasilkan
antibodi  terhadap  infeksi  saluran  pernapasan.  Gut  Asosiated Lympocite  Tissue
GALT  yang  menghasilkan  antibodi  terhadap infeksi saluran pencernaan. Mammary Asosiated Lympocite Tissue
MALT  yang  menyalurkan  antibodi  melalui  jaringan  payudara ibu.  Sel-sel  ini  memproduksi  IgA,  Laktoferin,  Lysosim,  dan
Interferon . Interferon menghambat virus tertentu.
3. Aspek psikologik menyusui
a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa  percaya  diri  bahwa  ibu  mampu  menyusui  ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya
bagi  keberhasilan  menyusui.  Menyusui  dipengaruhi  oleh  emosi ibu.  Kemauan  yang  besar  dan  kasih  sayang  terhadap  bayi  akan
meningkatkan  produksi  hormon  terutama  oksitosin  yang  pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Hubungan interaksi ibu-bayi
Proses  menyusui  merupakan  proses  interaksi  antara  ibu  dan  bayi, yang  mempengaruhi  kedua  belah  pihak.  Pertumbuhan  dan
perkembangan  psikologik  bayi  tergantung  pada  kesatuan  ikatan ibu-bayi  tersebut.  Hubungan  interaksi  antara  ibu  dan  bayi  paling
mudah  terjadi  selama  setengah  jam  pertama  dan  mulai  terjalin beberapa menit sesudah bayi dilahirkan. Karena itu penting sekali
bayi  mulai  disusui  sedini  mungkin,  yaitu  dalam  waktu  30  menit setelah bayi dilahirkan.
c. Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi
Ikatan  kasih  sayang  antara  ibu-bayi  terjadi  karena  berbagai rangsangan  seperti  sentuhan  kulit  skin  to  skin  contact  dan
mencium  aroma  yang  khas  antara  ibu  dan  bayi.  Apabila  proses menyusui  dilakukan  dengan  baik,  akan  memberikan  kepuasan
kepada  ibu  dan  bayi.  Bayi  merasa  aman  dan  puas  karena  melalui sentuhan  kulit  dapat  merasakan  kehangatan  tubuh  ibu  dan  dapat
mendengar  denyut  jantung  ibu,  yang  sudah  dikenal  sejak  bayi masih dalam rahim.
4. Aspek kecerdasan
Interaksi  ibu-bayi  dan  kandungan  nilai  gizi  ASI  yang  dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan kecerdasan
bayi. 5.
Aspek neurologis Belum  sempurnanya  koordinasi  saraf  menelan,  menghisap  dan
bernafas  dapat  terjadi  pada  bayi  baru  lahir.  Dengan  menghisap payudara  ketidaksempurnaan  koordinasi  saraf  tersebut  dapat  lebih
baik. 6.
Aspek ekonomis Dengan  menyusui  secara  eksklusif,  ibu  tidak  perlu  mengeluarkan
biaya  dan  makanan  bayi  sampai  sedikitnya  umur  4  bulan.  Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli
susu  formula  serta  membeli  peralatan  dan  biaya  pengobatan  yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula.
7. Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara
yang  dikenal  dengan  Metode  Amenore  Laktasi  MAL.  MAL  harus memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara eksklusif dan
umur bayi kurang dari 6 bulan.
C Teori Perilaku Kesehatan
Menurut Green 1991 dalam Notoatmodjo 2005 kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor  yaitu  faktor  perilaku  behaviour  causes  dan  faktor  non  perilaku  non
behaviour  causes ,  sedangkan  faktor  perilaku  kesehatan  dipengaruhi  oleh  3
faktor, yaitu : 1.
Predisposing  factors  atau  faktor  dari  diri  sendiri  pengaruh,  adalah  faktor- faktor  yang  mendahului  perilaku  untuk  menetapkan  pemikiran  ataupun
motivasi  yang  terdiri  dari  pengetahuan,  sikap,  persepsi,  nilai,  keyakinan  dan variabel demografi.
2. Enabling factors atau faktor pemungkin, adalah kemampuan dari sumber daya
yang  penting  untuk  membentuk  perilaku.  Faktor  pemungkin  terdiri  dari fasilitas penunjang, peraturan dan kemampuan sumber daya.
3. Reinforcing  factors  atau  faktor  penguat,  adalah  faktor  yang  menentukan
apakah  tindakan  kesehatan  mendapatkan  dukungan  dan  tidak  dengan memberikan reward, insentif dan punishment
D Faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  waktu  menyusui  pertama  kali
pada bayi baru lahir
1. Umur ibu
Adalah  lama  waktu  hidup  atau  adasejak  dilahirkan  KBBI,  2001. Menurut  Soelaiman  1993  dalam  Ubaedah  2005  bahwa  umur  yang
dianggap  optimal  mengambil  keputusan  adalah  diatas  20 tahun  karena  umur dibawah 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam
mengambil  keputusan.  Semakin  cukup  umur,  tingkat  kematangan  dan kekuatan  seseorang  akan  lebih  matang  dalam  berfikir  dan  bekerja  dari  segi
kepercayaan  masyarakat.  Seseorang  yang  lebih  dewasa  akan  lebih  dipercaya dari  orang  yang  belum  cukup  tinggi  kedewasaannya.  Hal  ini  sebagai  akibat
dari  pengalaman  dan  kematangan  jiwanya  Huclock,  1998  dalam  Nursalam, 2001.
Menyusui  bayi  memerlukan  kondisi  kesehatan  ibu  yang  baik,  tidak saja  kondisi  fisik  tetapi  juga  kondisi  psikologisnya.  Menurut  Nelvi  2004
periode  umur  yang  baik  untuk  menyusui  adalah  sekitar  20-35  tahun  karena bila  umur  kurang  dari  20  tahun  wanita  masih  dalam  masa  pertumbuhan
walaupun  dari  faktor  biologisnya  sudah  siap  namun  aspek  psikologisnya belum matang. Begitu pula jika ibu menyusui pada umur lebih dari 35 tahun
maka masalah kesehatan akan sering timbul dengan komplikasi. 2.
Pendidikan ibu Pendidikan  adalah  pimpinan  yang  diberikan  dengan  sengaja  oleh
orang  dewasa  kepada  anak  –  anak  dalam  pertumbuhannya  jasmani  dan
rohani  agar  berguna  bagi  diri  sendiri  dan  bagi  masyarakat  Notoatmodjo, 2003. Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam  memberikan
respon  terhadap  sesuatu  yang  datang  dari  luar  seperti  sikap  atau  penerimaan anjuran  menyusui. Orang  yang berpendidikan akan  memberikan respon  yang
rasional dibanding mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin  mudah  menerima  informasi  sehingga  semakin  banyak  pengetahuan yang  dimiliki  Kuncoroningrat,  1997  dalam  Nursalam,  2001.  Sebaliknya
pendidikan  yang  kurang  akan  menghambat  perkembangan  sikap  seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Menurut  Helsing  dan  King  1981  dalam  Amalia  2007  frekuensi menyusui  lebih  tinggi  diantara  wanita  terpelajar.  Ibu  yang  terpelajar  lebih
menyadari keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui. Ibu terpelajar lebih  termotivasi  memiliki  kesempatan  lebih  banyak  untuk  mendapat
informasi  serta  mempunyai  fasilitas  yang  lebih  baik  dari  posisi  yang diperolehnya  di  tempat  kerja.  Sehingga  lebih  memungkinkan  untuk
memberikan ASI secara baik dan benar dari wanita kurang terpelajar. Menurut  hasil  penelitian  Nelvi  2004  bahwa  ada  hubungan  yang
bermakna  antara  pendidikan  dengan  pemberian  ASI  dini  dimana  responden yang  berpendidikan  tinggi  melakukan  inisiasi  pemberian  ASI  74,7
dibanding dari responden berpendidikan rendah.
3. Paritas ibu
Adalah  jumlah  kehamilan  yang  mengahasilkan  janin  hidup,  bukan jumlah  janin  yang  dilahirkan.  Janin  yang  lahir  hidup  atau  mati  setelah
viabilitas  dicapai,  tidak  mempengaruhi  paritas.  Primipara  adalah  seorang wanita  yang  sudah  menjalani  kehamilan  sampai  janin  mencapai  tahap
viabilitas  sedangkan  multipara  adalah  seorang  wanita  yang  sudah  menjalani dua  atau  lebih  kehamilan  dan  mengahasilkan  janin  sampai  tahap  viabilitas.
Viabilitas  adalah  kapasitas  untuk  hidup  di  luar  uterus,  sekitar  22  minggu periode  menstruasi  20  minggu  kehamilan  atau  berat  janin  lebih  dari  500
gram Bobak, 2005.
Menurut  Ebrahim  1979  pada  seorang  ibu  yang  mengalami  laktasi
kedua  dan  seterusnya  cenderung  untuk  lebih  baik  daripada  yang  pertama. Laktasi kedua yang dialami ibu berarti ibu telah memiliki pengalaman dalam
menyusui  anaknya.  Begitu  pula  dalam  laktasi  ketiga  dan  seterusnya. Sedangkan  pada  laktasi  pertama  ibu  belum  mempunyai  pengalaman  dalam
menyusui sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan benar untuk menyusui bayinya.
Menurut penelitian Suradi 1992 bahwa  ASI  lebih cepat keluar pada multipara  daripada  primipara,  walaupun  perbedaan  tersebut  secara  statistik
tidak bermakna. Penelitian Madjid 2003 dalam Nelvi 2004 bahwa ibu-ibu yang  baru  pertama  kali  mempunyai  anak  primipara  masalah-masalah
menyusui sering timbul, berbeda dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya lebih baik dari pada yang pertama.
4. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan  merupakan  hasil  dari  tahu  dan  ini  terjadi  setelah  orang melakukan  penginderaan  terhadap  suatu  objek  tertentu.  Penginderaan  terjadi
melalui  panca  indera  manusia  yakni  indera  penglihatan,  pendengaran, penciuman,  rasa  dan  raba.  Pengetahuan  merupakan  domain  yang  sangat
penting  dalam  membentuk  tindakan  seseorang.  Sebagian  besar  pengetahuan manusia  diperoleh  malalui  mata  dan  telinga.  Pengetahuan  juga  dapat
diperoleh dari pendidikan formal dan informal Notoatmodjo, 2003. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku  yang  tidak  didasari  oleh  pengetahuan.  Namun  peningkatan pengetahuan tidak selalu mengambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan  perilaku  itu  sendiri  tidak  semata-semata  berdasarkan  hal
tersebut  tapi  masih  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor  yang  sangat  kompleks Notoatmodjo, 2003.
Kegagalan  dalam  menyusui  sering  disebabkan  karena  kurangnya pengetahuan  ibu  tentang  laktasi  Perinasia,  2004.  Banyak  ibu  yang  merasa
bahwa  susu  formula  itu  sama  baiknya  atau  malah  lebih  baik  dari  ASI, sehingga  cepat  menambah  susu  formula  bila  merasa  bahwa  ASI  kurang.
Petugas kesehatan pun  masih  banyak  yang tidak  memberikan  informasi pada saat  pemeriksaan  kehamilan.  Menurut  hasil  penelitian  Fikawati  dan  Syafiq
2003 menunjukkan adanya perbedaan antara ibu yang mengetahui informasi tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanaannya.
5. Sikap Ibu
Menurut  Notoatmodjo  2000,  sikap  merupakan  kesiapan  atau kesediaan  untuk  bertindak  dan  bukan  merupakan  pelaksanaan  motif  tertentu.
Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktifitas,  akan  tetapi  merupakan  predisposisi  perilaku  tindakan  atau  reaksi
tertutup. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap  sesuatu  stimulus  atau  objek.  Menurut  Green  dalam  Notoatmodjo
2003 mengatakan bahwa sikap menentukan perilaku seseorang. Sikap  yang  positif  diharapkan  menjadi  motivasi  yang  kuat  dalam
usaha  Ibu  untuk  menyusui  atau  memberikan  ASInya  pada  bayi,  karena motivasi itu akan berperanan dalam proses laktasi Perinasia, 1994.
Hasil  penelitian  Rusnita  2008  menunjukkan  bahwa  ibu  yang mempunyai sikap positif dan  negatif  selisihnya sedikit. Hal  ini kemungkinan
disebabkan  oleh  kondisi  yang  tidak  nyamankelelahan  yang  dirasakan  ibu. Menurut  Roesli  2008  seorang  ibu  jarang  merasa  lelah  untuk  memeluk
bayinya  segera  setelah  lahir.  Keluarnya  oksitosin  saat  kontak  kulit  saat  bayi inisiasi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
6. Berat bayi saat lahir
Bayi  yang lahir sebelum waktunya prematur atau lahir dengan berat badan  yang  sangat  rendah  mungkin  masih  terlalu  lemah  apabila  harus
menghisap  ASI  dari  ibunya.  Berat  badan  yang  kurang  dari  1200  gram kemampuan  untuk  menyusu  sangat  kurang  sehingga  ASI  harus  dikeluarkan
dan  diberikan  kepada  bayi  secara  manual,  demi  mempertahankan  kualitas
laktasi  sampai  bayi  sanggup  untuk  menghisap  sendiri  secara  langsung  dari payudara  Moehji,  1988.  Refleks  tergantung  pada  usia  gestasi  yaitu  refleks
rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-
32 Doengoes  Moorhouse, 2001. Bayi  dengan  berat  badan  lahir  rendah  prematur,  seharusnya
diberikan  ASI  dari  ibunya  sendiri.  Bila  tidak  terdapat  komplikasi  seperti kesulitan  pernapasan,  sepsis  dan  malformasi.  Maka  sebagian  besar  bayi
prematur  biasanya  mampu  menyusui  dengan  segera  Supriadi,  2002  dalam Rahardjo, 2005. Menurut Brinch 1986 bayi  yang  lahir dengan  berat badan
lahir  rendah  atau  prematur  ataupun  bayi  kembar  dapat  tetap  diberikan  ASI segera  setelah  lahir,  apalagi  bayi  dengan  berat  lahir  normal  dapat  segera
diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah.
Menurut penelitian Ratri 2000 bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan berat badan bayi saat lahir. Hal itu senada
dengan penelitian Rahardjo 2005. 7.
Jenis Persalinan Jenis  persalinan  terdiri  dari  persalinan  spontan,  forsep,  vakum,  dan
kelahiran sesaria. Persalinan dengan  forsep adalah proses  melahirkan dengan dua buah instrumen yang digunakan untuk membantu pelahiran kepala janin.
Indikasi  maternal  untuk  kelahiran  dengan  forsep  adalah  kebutuhan  untuk memperpendek  kala  dua  pada  distosia  kesulitan  persalinan  atau  untuk
memperbaiki upaya mendorong ibu yang kurang misalnya, ibu letih dan telah diberi  anestesia  spinal  atau  epidural,  serta  untuk  melawan  kondisi  yang
berbahaya  misalnya  dekompensasi  jantung.  Indikasi  pada  janin  meliputi kelahiran  janin  yang  mengalami  distres,  presentasi  belum  pasti,  atau  janin
berhenti berotasi, dan juga pelahiran kepala pada presentasi bokong Dennan, 1989 dalam Bobak, 2005.
Ekstraksi  vakum  adalah  metode  pelahiran  dengan  memasang  sebuah mangkuk  cup  vakum  di  kepala  janin  dan  tekanan  negatif.  Indikasi
penggunaan  ekstraksi  vakum  ini  sama  dengan  forsep,  tetapi  terutama  pada kasus  janin  gagal  berotasi  dan  persalinan  berhenti  di  kala  dua  Galvan,
Broekhuizen, 1987 dalam Bobak, 2005. Kelahiran  sesaria  adalah  kelahiran  janin  melalui  insisi  transabdomen
pada uterus. Tujuan dasar pelahiran sesaria adalah memelihara kehidupan atau kesehatan  ibu  dan  janinnya.  Dewasa  ini  sebagian  besar  kelahiran  sesaria
dilakukan  untuk  keuntungan  janin.  Empat  kategori  diagnostik  yang merupakan  alasan  terhadap  75  sampai  90  kelahiran  sesaria  adalah
distosia,  sesaria  ulang,  presentasi  bokong,  dan  gawat  janin  Marieskind, 1989. Indikasi lain prosedur tersebut adalah infeksi virus herpes, prolaps tali
pusat,  komplikasi  medis  misalnya  hipertensi  karena  kehamilan,  kelainan plasenta  misalnya  plasenta  previa  dan  solusio  plasenta,  malpresentasi
misalnya presentasi  bahu dan anomali  janin  misalnya Hidrosefalus Bobak, 2005.
Ada  beberapa  intervensi  yang  dapat  mengganggu  kemampuan  alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya yaitu antara lain
kelahiran  dengan  obat-obatan  atau  tindakan  seperti  operasi  Caesar,  Vakum, Forcep.
Menurut  penelitian  Righrd  dan  Alade  1990  bahwa  bayi  yang  lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan di dada ibu
dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Bayi yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah
Roesli, 2008.
Menurut Perinasia 1992 pada dasarnya semua ibu dengan persalinan
pervaginam  mampu  segera  menyusui  dan  merawat  bayi.  Ibu  dengan persalinan perabdominan SC tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya
karena ibu belum sadar akibat pembiusan. 8.
Konseling selama kehamilan dan persalinan Konseling  adalah  suatu  proses  dimana  konselor  membantu  konseli
membuat  interprestasi-interprestasi  tetang  fakta-fakta  yang  berhubungan dengan  pilihan,  rencana,  atau  penyesuaian-penyesuaian  yang  perlu  dibuat
Smith,1974. Pemeriksaan  antenatal  care  ANC  adalah  pemeriksaan  kehamilan
untuk  mengoptimalkan  kesehatan  mental  dan  fisik  ibu  hamil.  Sehingga mampu  menghadapi  persalinan,  kala  nifas,  persiapan  pemberiaan  ASI  dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar Manuaba, 1998. Kegagalan  dalam  menyusui  sering  disebabkan  karena  kurangnya
pengetahuan  Ibu  tentang  laktasi  Perinasia,  2004.  Petugas  kesehatan  pun
masih  banyak  yang  tidak  memberikan  informasi  pada  saat  pemeriksaan
kehamilan.  Menurut  Soetjiningsih  1993,  sebenarnya  sukses  atau  tidaknya
menyusui  sudah  dimulai  pada  waktu  ibu  masih  hamil  yaitu  pada  waktu pemeriksaan  kehamilan,  dimana  petugas  kesehatan  harus  memberikan
penyuluhan  tentang  laktasi  dan  melakukan  pemeriksaan  payudara  ibu  dan menganjurkan  perawatan  payudara  pada  waktu  masih  hamil,  termasuk
menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir. Menurut penelitian Ratri 2000 bahwa ada hubungan bermakna antara
pemberian  ASI  pertama  kali  dengan  pemberian  nasehat  ASI  yang  diterima saat  pemeriksaan  kehamilan  yaitu  ibu  yang  menerima  nasehat  tentang  ASI
memiliki  rata-rata  pemberian  ASI  pertama  kali  paling  cepat  yaitu  26,25  jam setelah lahir.
9. Dukungan Petugas Kesehatan
Penelitian  Rahardjo  2005  mengatakan  bahwa  faktor  dominan  yang berhubungan  dengan  pemberian  ASI  dalam  satu  jam  pertama  adalah  tenaga
kesehatan  terutama  bidan.  Penolong  persalinan  merupakan  kunci  utama keberhasilan  dalam  satu  jam  pertama  setelah  melahirkan  immediate
breastfeeding karena  dalam  kurun  waktu  tersebut  peran  penolong  masih
dominan.  Kondisi  tidak  nyaman  yang  dirasakan  ibu  melahirkan  dan ketidakpedulian  petugas  kesehatan  yang  ada  di  ruang  bersalin  dalam
memberikan  perhatian  dan  tanggapan  yang  positif  akan  membuat  ibu  tidak tenteram  dan  tenang  dalam  hal  ini  akan  menghambat  proses  ASI.  Apabila
penolong  memotivasi  ibu  untuk  segera  memeluk  bayinya  maka  interaksi  ibu dan bayi diharapkan akan terjadi.
Saat  mulainya  sekresi  air  susu  sesudah  persalinan  adalah  peristiwa yang  jarang  mengalami  kegagalan,  bantuan  dari  petugas  kesehatan  dalam
memberikan keyakinan dan dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu kecemasan,  ketakutan  dan  bayangan  kesukaran  sangat  berarti  untuk
kesuksesan  pemberian  ASI  pada  1  jam  pertama  setelah  kelahiran  Ebrahim, 1986.
Menurut  penelitian  Fikawati  dan  Syafiq  2003  dibutuhkan  penolong persalinan  yang  dapat  memfasilitasi  agar  bayi  dapat  menyusui  segera  dalam
waktu satu jam persalinan. Penelitian ini sejalan dengan Rusnita 2008 bahwa terdapat  hubungan  bermakna  antara  sikap  bidan  dengan  pelaksanaan  Inisiasi
Menyusu Dini dengan p0,05. Dengan immediate breastfeeding  ibu semakin percaya  diri  untuk  memberikan  ASI  sehingga  ibu  merasa  tidak  perlu
memberikan  makanan  atau  minuman  apapun  kepada  bayi  karena  bayi  bisa merasa  nyaman  menempel  pada payudara  ibu dan tenang dalam  pelukan  ibu
segera setelah lahir menurut penelitian Fikawati dan Syafiq 2003.
E. Family Centered Maternity Care