PENDAHULUAN Faktor-Faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di rumah sakit umum daerah koJa Jakarta tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Menurut laporan organisasi kesehatan dunia WHO memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 23. Fenomena itu terdiri dari 23 kematian bayi berusia 0-1 tahun terjadi pada umur kurang dari satu bulan neonatal, 23 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu neonatal dini, dan 23 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama Komalasari, 2007. Di seluruh dunia, setiap tahunnya sekitar 4 juta dari 136 juta bayi dibawah usia 28 hari meninggal. Sedangkan di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 meninggal sebelum berusia sebulan. Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini saja. Angka kematian bayi berumur kurang dari setahun pun masih tinggi Komalasari, 2007. Di Indonesia pada tahun 20022003 menurut SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tercatat Angka Kematian Bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun dan Angka Kematian Neonatal AKN kisaran 20 1.000 kelahiran hidup. Target MPS Making Pregnancy Safer yaitu strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2010 menurunkan AKN menjadi 161000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB menjadi kurang dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Depkes RI. Namun berdasarkan review status MDGs Millenium Development Goals target MDG tahun 2015 terhadap AKB yaitu 281000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya Angka Kematian Bayi berusia kurang dari setahun di Indonesia secara langsung disebabkan oleh faktor medis, yakni bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR kurang dari 2.500 gram, asfiksia kesulitan bernapas yang antara lain disebabkan lilitan tali pusat, infeksi, dan hipotermi suhu tubuh menurun. Faktor ibu juga dapat menjadi penyebab langsung kematian bayi misalnya umur ibu terlalu tua dan terlalu muda, jumlah anak, jarak kelahiran anak, salah persepsi tentang kolostrum ASI yang keluar pada hari pertama sampai ketiga setelah ibu melahirkan dan pemberian ASI yang tidak tepat Komalasari, 2007. Sedangkan faktor-faktor yang secara tidak langsung menyebabkan kematian bayi berupa kurangnya kesadaran masyarakat bahwa melahirkan berisiko terhadap ibu dan bayi. Selain itu, kurangnya perhatian keluarga ibu, suami dan nenek terhadap keselamatan dan kesehatan bayi, kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilan, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang disebabkan jarak yang jauh, tidak punya biaya. Termasuk salah kaprah di masyarakat bahwa ASI kolostrum tidak diberikan dengan segera kepada bayi, pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan, seperti pisang, air tajin, dan bubur tepung Komalasari, 2007. Menurut penelitian Jones 2003 dan Edmond 2006 dalam Roesli 2008 persentase kematian bayi dapat dicegah dengan intervensi yaitu 13 kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI, 8,8 dengan inisiasi menyusu dini, 7,5 dengan insectixide-treated materials, 6 dengan pemberian makanan pendamping ASI complementary feeding, dan 5 dengan pemberian Zinc. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dikatakan salah satu cara yang dapat mengurangi Angka Kematian Bayi adalah dengan melakukan inisiasi menyusu dini IMD. Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi Depkes, 2001. Sedangkan menurut Depkes 2009 inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Namun berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2002 hanya ada 4 bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, 27 mulai disusui dalam 1 jam pertama kehidupan dan 55 memperoleh ASI eksklusif. Sedangkan tahun 2007 menunjukkan 95 bayi pernah diberi ASI, 44 bayi diberi ASI dalam jam pertama setelah lahir, 62 bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran dan 32 bayi mendapat ASI Eksklusif bahkan sering kali kolostrum dibuang dan sebagian besar bayi baru lahir diberi makanan pre-lacteal KESRA, 2007. Menurut Edmond dkk 2006 di dalam penelitiannya tentang “Menunda Permulaan Inisiasi Menyusui Meningkatkan Kematian Bayi” dalam Roesli 2008 menunjukkan inisiasi menyusui dalam jam pertama pasca lahir menurunkan 22 risiko kematian bayi-bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatan risiko kematian. Bahkan inisiasi menyusu yang terlambat setelah hari pertama meningkatkan risiko kematian 2,4 kali. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka diperkirakan program ”inisiasi menyusu dini” dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Oleh karena itu saat ini pun pemerintah sedang gencar mempromosikan inisiasi menyusu dini kepada masyarakat karena inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian 3 dari 8 tujuan Millenium Development Goals MDGs yaitu bertujuan mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan angka kematian anak balita Roesli, 2008. RSUD Koja Jakarta adalah rumah sakit umum pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Jakarta Utara. Direktur RSUD Koja telah mengeluarkan instruksi No.43 A tahun 2007 mengenai pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Namun berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK bahwa pada bulan Mei tahun 2009 dari 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria, yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30 persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Selain itu banyak manfaat yang didapatkan dari perilaku pemberian ASI secara dini. Menurut Thompson 1995 pemberian ASI secara dini diperlukan untuk kelangsungan proses laktasi karena refleks menghisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. Selain itu pemberian ASI secara dini dapat merangsang kontraksi uterus ibu sehingga dapat meminimalkan terjadinya perdarahan post partum dan bayi dapat memperoleh kekebalan secara dini melalui kolostrum. Kolostrum ini kaya akan zat gizi dan antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum akan muncul lagi 30 jam kemudian, itu artinya kalau bayi tidak segera disusui pada 30 menit pertama setelah kelahiran maka bayi akan kehilangan zat bergizi tinggi dari ibunya Roesli, 2003. Pada proses menyusu dini juga terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Dengan terjadinya kontak kulit dengan kulit maka banyak manfaat pula yang didapatkan dari proses tersebut yaitu antara lain mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi serta jika telah terjadi perilaku menyusu optimum bisa diperkirakan akan menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki pola tidur lebih baik, meningkatkan kenaikan berat badan bayi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya serta untuk ibu akan merangsang produksi oksitosin dan prolaktin Depkes RI, 2007. Pelaksanaan kontak dini orang tua dan bayi merupakan salah satu ciri dari Family Centered Maternity Care FCMC. Dengan perawatan berpusat pada keluarga, suami, kakek, nenek, saudara kandung dan teman-teman boleh hadir saat ibu bersalin dan melahirkan. Ayah boleh mengikuti proses kelahiran sesaria. Neonatus tinggal bersama ibunya dan boleh segera disusui setelah lahir. Kelas- kelas penyuluhan pra kelahiran adalah hal yang umum dan mendorong partisipasi individu pendukung, mengajarkan teknik relaksasi dan bernapas dan memberi informasi umum tentang kelahiran Bobak, 2005. FCMC sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan tanggung jawab perawat, perawat tidak hanya memberikan perawatan fisik dan membantu dokter tetapi perawat juga berperan dalam memberikan pendidikan, konseling dan dukungan pada keluarga dalam membuat keputusan Murray Mc Kinney, 2006 dalam Bobak, 2005. Masih rendahnya perilaku menyusui dini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, kepercayaan. Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan fasilitassarana kesehatan, peraturan kesehatan. Dan faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku perilaku dan sikap petugas kesehatan, informasi kesehatan baik dari teman, kader kesehatan, media masa. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi gaya hidup dan tingkah laku seseorang dalam meningkatkan kesehatan. Menurut Soetjiningsih 1997 persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus selalu ada pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu dipengaruhi oleh faktor antara lain adatkebiasaan atau kepercayaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau keluargakerabat, pengetahuan tentang ASI, kehamilan yang diinginkantidak, dukungan dari dokter petugas kesehatan, teman kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Sedangkan menurut Hector dkk 2005 faktor- faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI antara lain faktor bayi, ibu, relasi ibu-bayi, lingkungan rumah sakit, rumah dan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat serta lingkungan kebijakanaturan di masyarakat sosial-ekonomi, budaya, pengasuhan anak, peranan perempuan dan laki-laki di masyarakat. Menurut teori Ebrahim 1978 dalam Moehyi 2008 bahwa terdapat beberapa faktor emosional dan sosial yang mempengaruhi sukses menyusui. Salah satu faktor diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan dan persalinan. Karenanya penting sekali bagi para ibu mengunjungi klinik laktasi terdekat untuk mendapatkan ”support” pemberian ASI. Selain itu laktasi yang berhasil pada kehamilan terdahulu juga merupakan faktor keberhasilan menyusui karena akan berhubungan dengan kepercayaan diri sang ibu bahwa ia akan mampu memberikan ASI nya seperti pengalaman pertamanya. Berdasarkan penelitian bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menyusui dini meliputi pendidikan ibu Nelvi, 2004, pengetahuan ibu tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanannya Fikawati dan Syafiq, 2003, sikap bidan Rusnita, 2008 serta paritas, pemberian nasehat ASI selama pemeriksaan kehamilan dan berat bayi saat lahir Ratri, 2000. Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka peneliti menggunakan faktor predisposisi yang meliputi karakteristik responden atau faktor dari ibu usia, pendidikan, paritas ibu, pengetahuan dan sikap ibu. Faktor pemungkin yang meliputi berat bayi saat lahir dan jenis persalinan serta faktor penguat yang meliputi konseling selama kehamilan dan persalinan serta dukungan petugas kesehatan sebagai faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi ibu hamil dan mendorong ibu untuk menyusui dini. Mengingat penting dan banyaknya manfaat dari pemberian menyusui dini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009”. B Rumusan Masalah Berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK RSUD Koja Jakarta bahwa pada bulan Mei tahun 2009 terdapat 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria namun yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30 persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan uraian data di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009?” C Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 4. Bagaimana gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 5. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 6. Bagaimana hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 7. Bagaimana hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? D Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 2. Mengetahui gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 3. Mengetahui gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 4. Mengetahui gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 5. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 6. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 7. Mengetahui hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 E Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Koja Jakarta

Dapat memberikan informasi secara objektif kepada RSUD Koja Jakarta tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dan faktor-faktornya untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan Menambah literatur tentang inisiasi menyusu dini dan memberikan informasi khususnya kepada perawat maternitas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. F Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir ini dilakukan pada ibu-ibu post partum di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Koja Jakarta tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data primer dan sekunder berupa observasi, kuesioner dan rekam medis. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih ada ibu-ibu post partum yang belum melakukan inisiasi menyusu dini, padahal sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian inisiasi menyusu dini mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu antara lain mengurangi angka kematian bayi dan meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA