Perkembangan Proses Psikologis dalam

mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada orang yang tidak mendapatkan persuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut. Persuasi lisan ini sering dilakukan oleh orang tua, guru, suamiistri, teman, dan terapis. Agar efektif, persuasi haruslah realistik. d. Keterbangkitan psikologis psychological arousal Keterbangkitan psikologis ini meliputi perasaan tenang atau ketakutan pada situasi yang membuat stres. Keterbangkitan psikologis ini biasa digunakan untuk melihat kemampuan individu dalam mengatasi masalah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat sumber informasi mengenai tingkatan self-efficacy, yaitu pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi lisan, dan keterbangkitan psikologis.

5. Perkembangan

Self-Efficacy Bandura 1997 menyatakan bahwa self-efficacy berkembang sejak bayi. Bayi mulai mengembangkan self-efficacy sebagai usaha untuk melatih pengaruh lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai belajar mengenai kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan sosial, dan kecakapan berbahasa yang hampir secara tetap digunakan dan ditujukan pada lingkungan. Perubahan sebagai perluasan pengalaman dunia anak dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan individu dewasa lainnya. Pengalaman transisi remaja meliputi tuntutan untuk mengatasi tuntutan dan tekanan baru, dari kesadaran seks sampai memilih bidang pelajaran dan karir. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini remaja harus menetapkan kemampuan baru, yaitu penilaian baru terhadap diri mereka. Self-efficacy pada individu dewasa meliputi penyesuaian pada masalah perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan self-efficacy pada individu yang sudah lanjut usia sangat sulit terbentuk sebab pada tahapan perkembangan ini terjadi penurunan mental dan fisik, pensiun kerja, dan penarikan diri dari lingkungan sosial Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa self-efficacy mengalami perkembangan terus-menerus dari bayi hingga dewasa. Self-efficacy berubah seiring dengan perubahan yang dialami oleh individu. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, lingkungan sosial, kecakapan dan tuntutan tugas yang dihadapi.

6. Proses Psikologis dalam

Self-Efficacy Bandura 1997 mengemukakan empat proses psikologis dalam self- efficacy yang turut berperan dalam diri manusia, yaitu : a. Proses kognitif Proses kognitif merupakan proses berfikir, termasuk didalamnya adalah pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Dampak dari self- efficacy pada proses kognitif sangat bervariasi. Seseorang akan membentuk suatu tujuan tertentu sebelum ia melakukan pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut. Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuan diri. Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu, maka individu akan semakin membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya Bandura, 1997. Kebanyakan tindakan Universitas Sumatera Utara manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu dengan self-efficacy yang rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan Bandura, 1997. Fungsi utama pikiran adalah memungkinkan individu untuk memprediksi suatu kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan mengembangkan cara tersebut diperlukan pemrosesan informasi melalui kognitif. Proses kognitif ini juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya maupun orang lain dan kejadian disekitarnya berhubungan dengan self-efficacy seseorang dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self regulatory Bandura, 1997. b. Proses motivasi Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif atau pikiran. Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap-tahap pemikiran sebelumnya. Mereka membentuk suatu keyakinan tentang apa yang dapat mereka lakukan, mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka sendiri dan merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan Bandura, 1997. Universitas Sumatera Utara c. Proses afeksi Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura 1997, keyakinan individu akan kemampuan coping mereka turut mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Individu dengan self-efficacy yang rendah merasa tidak berdaya, tidak bisa memberikan pengaruh dalam kehidupannya. Mereka percaya bahwa usaha mereka sia-sia, mereka seperti akan mengalami peningkatan kesedihan, apatis, dan kecemasan. Mereka cepat menyerah dalam menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif. Individu dengan self-efficacy yang sangat rendah tidak akan mencoba untuk mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak akan membawa perbedaan Schultz, 1994. d. Proses seleksi Manusia merupakan bagian dari lingkungan tempat dimana mereka berada. Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut mempengaruhi dampak dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang di luar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut Bandura, 1997. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat proses psikologis dalam self-efficacy seseorang, yaitu proses kognitif yang menggunakan pikiran, proses motivasi yang dapat menguatkan keyakinan individu, proses afeksi Universitas Sumatera Utara yang memengaruhi tingkat stres dari suatu tugas dan proses seleksi yang mempengaruhi pemilihan individu terhadap situasi dan perilaku tertentu.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA.

0 1 12

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (Studi situs di SMP Negeri 1 Ungaran).

0 0 15

ANALISIS KESALAHAN SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMP NEGERI 1 BOYOLALI Analisis Kesalahan Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri 1 Boyolali dalam Menyelesaikan Soal Geometri.

0 0 14

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 22

Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri I Padang.

0 0 7

EVALUASI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 24

Implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di sma negeri 1 Karanganyar

1 1 129

Analisis pelaksanaan pembelajaran rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di SMA Negeri 1 Surakarta

0 0 141

Analisis implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Salatiga

1 1 116