Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Jenis Penelitian Definisi Operasional Variabel

5 WIB. Walaupun diberikan waktu istirahat setiap 2 jam sekali selama 15 menit namun pekerja lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaan daripada istirahat. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa lelah, pegal dan kebas pada bagian tungkai, bila terjadi terus menerus akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah vena. Dengan keadaan tungkai yang lelah, pegal dan kebas yang dirasakan pekerja dapat menurunkan produktivitas. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai gambaran gangguan pembuluh darah vena pada pekerja quality control di Kebun Klambir V PTP Nusantara II tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimana gambaran gangguan pembuluh darah vena pada pekerja quality control di Kebun Klambir V PTP Nusantara II tahun 2011”.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pada pekerja quality control di Kebun Klambir V PTP Nusantara II tahun 2011. Universitas Sumatera Utara 6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pekerja QC berdasarkan usia. 2. Untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pekerja QC berdasarkan masa kerja. 3. Untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pekerja QC berdasarkan obesitas. 4. Untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pekerja QC berdasarkan paritaskehamilan. 5. Untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pekerja QC berdasarkan keturunan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Kebun Klambir V PTP Nusantara II dalam menangani dan mencegah timbulnya gangguan pembuluh darah vena pada pekerja QC. 2. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman, khususnya tentang penyakit gangguan pembuluh darah vena bagi penulis sendiri. 3. Sebagai bahan referensi bagi penulis lain yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Varices

2.1.1. Definisi Varices Varises varices adalah pembuluh darah balik vena yang melebar dan

berkelok-kelok akibat gangguan hambatan aliran darah. Bila hanya melebar saja disebut venektasi. Ini terjadi lantaran ketidakmampuan katub klep vena dalam mengatur aliran darah. Akibatnya aliran darah yang seharusnya mengalir lancar ke arah jantung, mengalami hambatan dan terjadi arus balik sebagian aliran darah dalam pembuluh darah vena, sehingga pembuluh darah vena melebar dan berkelok-kelok. Varices terutama terjadi pada tungkai, bisa terjadi pula pada vulva, skrotum, esophagus bagian distal, dan rektum. Diperkirakan varices pada ektremitas bawah terjadi pada satu diantara lima orang di dunia. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dan orang yang pekerjaannya menuntut untuk berdiri lama.

2.1.2. Etiologi

Varices dibedakan menjadi primer dan sekunder. Namun, penyebab varices vena yang pasti belum diketahui. Penderita dianggap mempunyai kelemahan pada vena yang bersifat herediter, sehingga terbentuk varices yang primer dan spontan. Varices sekunder merupakan gejala sisa thrombosis vena profunda akibat dilatasi vena kolateral dan kerusakan katup vena profunda. Universitas Sumatera Utara 8 Faktor penyokong lain : 1. Faktor keturunan Varices biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan bertambahnya berat badan. Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada beberapa anggota keluarga dan gambaran varices pada usia remaja, kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan. 2. Kehamilan Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil yang menyebabkan kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai, pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat. 3. Kurang gerak Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal. 4. Faktor berdiri lama Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan memperparah beban kerja pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Pada posisi tersebut tekanan vena 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang diluar batas kemampuan elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup. Bila pekerjaan mengharuskan banyak berdiri, usahakan untuk tidak berdiri dengan posisi statis diam, tapi tetap bergerak. Misalnya dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja memompa darah ke jantung. Universitas Sumatera Utara 9 5. Obesitas Hal ini dihubungkan dengan tekanan hidrostatik yang meningkat akibat peningkatan volume darah serta kecenderungan jeleknya struktur penyangga vena. 6. Faktor usia Pada usia lanjut insiden varices akan meningkat. Dinding vena menjadi lemah karena lamina elastic menjadi tipis dan atrofik bersama dengan adanya degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga tonus otot menurun.

2.1.3. Patofisiologi

Penyebab varices primer adalah kelemahan struktural pada dinding pembuluh darah yang diturunkan. Dilatasi dapat disertai gangguan katup vena, karena daun katup tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks. Varices primer cenderung terjadi pada vena-vena permukaan karena kurangnya dukungan dari luar atau kurangnya resistensi jaringan subkutan. Varices sekunder disebabkan oleh gangguan patologi sistem vena dalam, yang timbul kongenital atau didapat sejak lahir. Hal ini menyebabkan dilatasi vena-vena permukaan, penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup vena pada sistem vena dalam akan mengganggu aliran darah menuju jantung, resultan statis, dan penimbunan darah menyebabkan hipertensi vena dalam. Jika katup vena penghubung penyambung tidak berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit vena dalam akan menyebabkan aliran balik darah ke dalam vena penghubung. Darah vena akan dialirkan ke vena permukaan dari vena dalam. Hal ini merupakan faktor predisposisi timbulnya varices sekunder pada vena-vena permukaan. Pada keadaan Universitas Sumatera Utara 10 ini, vena permukaan berfungsi sebagai pembuluh kolateral untuk sistem vena dalam, memirau darah dari daerah yang mati. Kontraksi Otot Gambar 1. Patofisiologi varices Keterangan : biasanya kerusakan diakibatkan karena adanya suatu hambatan aliran darah dan tekanan hidrostatik yang terlalu besar. Aliran darah v. Supervisialis Dialirkan ke vena yang lebih besar Katub vena Darah kedalam v. provunda Jantung paru v. Supervisial v. Provunda Terjadi kompartemen otot RUSAK Universitas Sumatera Utara 11

2.1.4. Gejala terjadinya varices

1. Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal, kaku, panas dan sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah. 2. Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai. 3. Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba spider navy. 4. Perubahan warna kulit pigmentasi di seputar mata kaki, akibat tidak lancarnya aliran darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang sulit sembuh. 5. Kaki bengkak edema karena adanya pembendungan darah. 6. Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan gejala varices kronis.

2.1.5. Pencegahan

1. Makan makanan bergizi dan olahraga teratur. 2. Hindari berdiri terlalu lama. Sedapat mungkin melakukan relaksasi jika dalam aktifitas sehari-hari dituntut berdiri lama. 3. Hindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang. Posisi ini dapat menghambat aliran darah dari tungkai ke arah jantung. 4. Hindari pemakaian pakaian bawah yang terlalu ketat. 5. Jika sedang bepergian jauh, usahakan meluruskan kaki secara berkala dan memijit-mijit tungkai sehabis bepergian. Universitas Sumatera Utara 12 6. Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada tungkai. 7. Bagi yang suka sepatu hak tinggi, dapat menggunakannya agar otot sekitar varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah

2.2. Ergonomi

Ergonomi atau disebut rancang-bangun faktor manusia adalah studi untuk peningkatan teori dan fisik dalam hal bekerja yang berguna untuk memastikan suatu tempat kerja aman dan produktif. Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi adalah disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaanya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi-teknologi buatannya Wignjosoebroto, 1995. Menurut Suma’mur 1996, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara kerja, beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai dan kerja yang berulang-ulang Suma’mur, 1996. Fungsi ergonomi adalah untuk mendesain tempat kerja, stasiun-kerja, peralatan, dan prosedur dari para pekerja supaya tidak sampai pada batas menimbulkan rasa lelah, gelisah, dan luka-luka atau kerugian secara efisien menuju keberhasilan tujuan perusahaan. Universitas Sumatera Utara 13 Menurut Suma’mur 1996, tujuan utama ergonomi ada 2 dua, yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain, termasuk meningkatkan kenyamanan penggunaan untuk mengurangi kelelahan penyebab kesalahan dan meningkatkan produktivitas. 2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang dapat diamati dan dirasakan namun sulit diukur, seperti keamanan, mudah diterima oleh pemakai, kepuasan kerja, dan kualitas hidup. Sikap tubuh dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipenaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatanSuma’mur, 1996. Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh tangan dan kaki baik dalam hubungan antar bagian- bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien jika : a. menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang berbeda. b. membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan. c. terasa nyaman bagi masing-masing orang. Universitas Sumatera Utara 14

2.2.1. Sikap Tubuh Alamiah

Sikap tubuh alamiah yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan sistem tubuh yang lain Baird dalam Merulalia, 2010. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan adalah : a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian. b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh paha. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas. Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain : a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 15 b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja. c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau leherkepala. d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh tulang miring, bongkok. Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara : a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah. b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin. c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja meja, kursi, dll. yang sesuai dengan antropometri pemakainya. d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri.

2.2.2. Sikap Kerja Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, apalagi jika memakai sepatu dengan bentuk atau ukuran yang tidak sesuai. Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri. Contohnya seperti yang diungkapkan Granjean 1988 dalam Santoso 2004, merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan yang ringan, tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku. Dan untuk pekerjaan berat, tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku. Universitas Sumatera Utara 16 Satu hal yang harus diperhatikan oleh pekerja berdiri adalah sikap kepala. Keadaan kepala harus memberikan kemudahan bagi pelaksanaan pekerjaan. Leher dalam keadaan fleksi atau ekstensi terus menerus menjadi penyebab kelelahan. Sudut penglihatan yang baik untuk sikap berdiri diantara 23 -27 ke arah bawah dari garis horizontal. Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap atau sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki. Setiap hari kaki bisa dipastikan digunakan untuk beraktivitas. Bahkan pada orang yang hanya berbaring, di kakinya tetap berlangsung proses metabolisme. Saat duduk atau berdiri dalam waktu yang cukup lama, dengan sepatu yang terlalu sempit dan berhak tinggi akan mengganggu aliran darah dan cairan getah bening untuk kembali ke jantung. Akibatnya tidak jarang kita merasakan sepatu yang kita kenakan saat itu semakin sempit, punggung kaki dan jari-jari kaki kita jadi membesarbengkak. Pada saat itulah aliran darah terhambat. Sisa-sisa metabolisme antara asam laktat tertumpuk di pembuluh tersebut sehingga merasakan kelelahan yang luar biasa. Walau pembuluh balik vena memiliki katup yang berfungsi sebagai pintusekat, sehingga darah yang mengalir tidak kembali setelah melalui bagian per bagian tapi juga tidak dapat kembali ke jantung karena harus melawan gaya gravitasi bumi. Penimbunan sering kali tidak teratasi dengan baik pada orang-orang yang Universitas Sumatera Utara 17 memiliki kelemahan pada pembuluh darah balik dan mengakibatkan varises varicous vein. Pada orang yang sampai mengalami varices bukan hanya pada ketidakindahan masalahnya, tetapi juga rasa sakit yang ditimbulkan yang mengganggu. Bukan hanya di pembuluh darah balik letak masalahnya tapi juga kelelahan ini dapat mengganggu proses penyaluran darah kaya nutrisi ke kaki. Karena tekanan terlalu tinggi di pembuluh balik dan di sel-sel menyebabkan aliran darah terhambat yang membuat kaki kita semakin lelah. Gangguan pembuluh darah vena selalu menimbulkan dampak terhadap individu pekerja maupun perusahaan. Dampak yang ditimbulkan terhadap pekerja antara lain : 1. Rasa tidak nyaman. 2. Minder dari segi kosmetik 3. Kehilangan keleluasaan. 4. Kehilangan pekerjaan. Dampak terhadap perusahaan antara lain : 1. Pekerja mangkir kerja akibat sakit. 2. Hilangnya pekerja yang terampil di bidangnya. 3. Perlunya merekrut kembali karyawan baru untuk menggantikan pekerja yang dinonaktifkan. Tingkat kemahiran pekerja baru belum tentu sama dengan yang dinonaktifkan. 4. Penurunan produktivitas. 5. Keuntungan perusahaan menurun. Universitas Sumatera Utara 18

2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian - Usia - Masa kerja - Obesitas - Paritaskehamilan - keturunan Pekerja QC Gangguan pembuluh darah vena Universitas Sumatera Utara 19 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran gangguan pembuluh darah vena pada pekerja quality control di Kebun Klambir V PTP Nusantara II tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kebun Klambir V PTP Nusantara II dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian yang sama di tempat tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan Mei sampai November 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua pekerja QC dengan jumlah 30 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua anggota populasi yaitu berjumlah 30 orang. Universitas Sumatera Utara 20

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

1. Observasi untuk melihat gangguan pembuluh darah vena yang diderita oleh pekerja QC. Observasi dilakukan dengan melihat perubahan pembuluh darah vena pada tungkai pekerja yaitu berupa adanya pembuluh darah vena yang terlihat menonjol, berwarna kebiru-biruan dan berkelok-kelok. 2. Wawancara untuk mengetahui usia, masa kerja, jumlah paritaskehamilan, dan faktor keturunanriwayat gangguan pembuluh darah vena. 3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh pekerja QC.

3.4.2. Data Sekunder

1. Diperoleh dari kantor Direksi PTP Nusantara II yaitu data tentang profil perusahaan. 2. Studi kepustakaan Library Research

3.5. Definisi Operasional Variabel

1. Pekerja QC adalah pekerja yang melakukan kegiatan penerimaan, pemilahan dan penyortiran daun tembakau di Kebun Klambir V PTP Nusantara II. 2. Gangguan pembuluh darah vena adalah naiknya pembuluh darah balik vena yang terlihat pada tungkai akibat gangguan hambatan aliran darah yang dialami oleh pekerja QC. 3. Usia adalah lamanya hidup pekerja QC yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan. 4. Masa kerja adalah lamanya pekerja QC bekerja. Universitas Sumatera Utara 21 5. Obesitas adalah berat badan pekerja QC yang melebihi berat badan normal. 6. Paritas atau kehamilan adalah jumlah kehamilan yang mencapai usia viabilitas 22 minggu yang pernah dialami oleh pekerja QC. 7. Keturunan adalah gangguan pembuluh darah vena yang diderita juga oleh anggota keluarga pekerja QC.

3.6. Aspek Pengukuran