D. Respon terhadap rangsangan indera sensoris
Sering menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merangsang diri sendiri, misalnya bertepuk tangan, duduk memandangi langit, mengepak-
ngepakkan tangan, atau memandangi jari jemari. Semua kegiatan ini tidak produktif, sehingga tidak menambah wawasan baru.
E. Kesenjangan perkembangan perilaku
Perkembangan perilaku yang dialami anak autis tidak seimbang, seperti kemampuan yang sangat baik atau sangat terlambat, ketrampilan di
luar urutan normal, tapi tak mengerti ari, lancer membeo tapi sulit berbicara dari diri sendiri dan lain sebagainya. Handojo, Y, 2003 :24.
Perilaku tidak wajar pada anak autis terdiri dari : a.
Stimulasi Diri, terjadi bila anak terlalu banyak sendiri atau tidak berada dalam b.
keadaan interaktif dengan orang lain. c.
Mild Disruptive Behavior MDB, timbul bila anak mencoba menolak atau menawar instruksi. Selain itu MDB juga timbul akibat frustasi dan imbalan yang
tidak efektif. d.
Tantrum atau Mengamuk, timbul akibat MDB yang berlangsung terus pada anak. Anak bisa mengamuk pada orang lain agresif dan pada diri sendiri self-
abuse.
2.5.5 Penanganan Pada Anak autis
Anak autis mempunyai peluang untuk menjadi anak yang normal, oleh karenanya orang tua perlu bersikap optimis dan melakukan tindakan sedini mungkin.
Orang tua dapat melakukan penanganan tersebut dengan melakukan terapi dengan tepat bagi anak. adapun jenis-jenis terapi tersbut adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Terapi perilaku
Berbagai jenis terapi telah dikembangkan untuk mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus, termasuk anak penyandang autis. Mengurangi perilaku yang
tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat. Terapi perilaku ini terdiri dari :
a. Terapi okupasi
Sebagian penyandang kelainan perilaku, terutama autis juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik. Terapi okupasi ini untuk membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya. b.
Terapi wicara, yaitu terapi untuk membantu anak dalam berbicara dan berbahasa.
c. Sosialisasi
Sosialisasi ini bertujuan untuk menghilangkan perilakku yang tidak wajar secara umum dengan memberikan pengenalan konsep atau kognitif melalui
bahasa reseptif dan ekspresif. Dalam terapi ini anak harus ditemani secara interaktif, dan memberikan imbalan yang efektif.
2. Terapi biomedik
Terapi yang dimaskud terapi ini adalah dengan pemberian obat, vitamin, mineral, food supplements kepada anak dengan dosis dan jenis yang pas.
Disamping jenis terapi yang dilakukan, ada cara mengatasi perilaku tidak wajar pada anak autis. Berikut adalah beberap cara mengatasi perilaku tidak wajar
yang sudah terjadi : 1.Proses terapi lanjutan
Universitas Sumatera Utara
Memberikan imbalan dengan efektif. Sebab salah satu penyebab dari timbulnya perilaku buruk adalah kurang efektifnya imbalan yang diberikan
atau mungkin anak sudah bosan. 2.
Metoda Extinction Mencueki anak dalam melakukan perilakunya tersebut. Namun bila
anak tetap berperilaku yang tidak wajar tersebut, anak diberi penegasan seperti larangan dengan volume suara yang cukup keras.
3. Metoda “Time Out”
Pemberian hukuman pada anak dengan menggunakan aturan-aturan pada waktu yang sudah ditentukan. Sehingga bila anak dapat memenuhi aturan
tersebut, anak akan dibebaskan. 4.
Hugging Cara ini dengan melakukan pemaksaan pada anak. Dimana anak akan dipeluk
dengan keadaan terkunci. Bila anak berhenti maka anak akan diberikan pujian. Handojo : 76
2.6 Kesejahteraan Anak
Kewajiban negara dalam memberikan hak-hak anak tertuang pada Konvensi Hak-hak Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia yaitu:
1. Menghormati dan menjamin hak-hak anak
2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak
3. Menjamin adanya perlindungan anak
4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya
5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya
6. Jaminan hak pribadi anak Prinst, 1997: 103-109
Universitas Sumatera Utara