disebabkan karena adanya keinginan perbankan untuk meningkatkan likuiditas jangka panjangnya. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan yang mengalami
penurunan yaitu giro dan deposito dari 1,98 dan 2,65 menjadi 1,88 dan 2,58. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit menurun dari
12,01 menjadi 11,85. Sedangkan rata-rata tertimbang suku bunga deposito mengalami kenaikan dari 6,09 menjadi 6,25.
Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan
Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan net interest margin bank.
Grafik 3.9 Pergerakan suku bunga perbankan
2 4
6 8
10 12
14 16
1 2 3 4 5
6 7 8 9
10 11 12 1 2
3 4 5 6
7 8 9 10 11
12 1
2 3 4 5 6
7 8 9
2008 2009
2010
Giro Tabungan
Deposito Kredit
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
3.4. PERBANKAN SYARIAH
Aset perbankan syariah triwulan III 2010 sebesar Rp4,41 triliun, naik 14,55 dibandingkan triwulan II 2010. Pembiayaan perbankan syariah triwulan II 2010 sebesar Rp4,37 triliun atau
naik 6,07 dibandingkan triwulan II 2010. DPK perbankan syariah triwulan III 2010 sebesar Rp2,40 triliun atau meningkat 9,09 dibandingkan triwulan II 2010. Bila
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, aset perbankan syariah naik 4,50. Sementara pembiayaan dan DPK mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,68 dan
0,41.
55
Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3
Grafik 3. 10 Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
5.00
T w
. I
T w
. II
T w
. II
I T
w .
IV T
w .
I T
w .
II T
w .
II I
T w
. IV
T w
. I
T w
. II
T w
. II
I T
w .
IV T
w .
I T
w .
II T
w .II
I 2007
2008 2009
2010
Rp T
ri li
u n
Aset Pembiayaan
DPK
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara berjalan dengan baik yang terlihat dari Financing to Deposit Ratio FDR yang mencapai 182,08. Angka ini
mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan triwulan II 2010 sebesar 187,27. Tingginya FDR tersebut mengindikasikan bahwa produk pembiayaan lebih diminati
masyarakat dibandingkan produk dana sehingga perbankan syariah di Sumatera Utara masih mengandalkan dana pihak ketiga yang dihimpun dari provinsi lainnya dalam
memberikan pembiayaan.
Grafik 3. 11 FDR Perbankan Syariah
195.63 182.57 179.53 183.50
187.27182.08 227.35
195.81 181.39
185.08 183.12
227.01 204.36
178.60 175.00
50 100
150 200
250
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw.III 2007
2008 2009
2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR
Aset BPR di Sumatera Utara triwulan III 2010 mencapai Rp0,64 triliun, meningkat 3,23 dibandingkan triwulan II 2010 atau 16,36 yoy. Sedangkan kredit untuk triwulan III 2010
tercatat sebesar Rp0,48 triliun relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya atau tumbuh 11,63 yoy dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Jumlah dana masyarakat yang
dihimpun tercatat sebesar Rp0,46 triliun atau mengalami pertumbuhan 2,22 dibandingkan triwulan II 2010 atau 12,20 yoy jika dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya.
BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah
56
Grafik 3. 12 Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60 0.70
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III
2007 2008
2009 2010
Triliun
Aset Kredit
DPK
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
Kegiatan intermediasi BPR di Sumatera Utara berjalan baik yang tercermin dari LDR yang cukup tinggi pada triwulan III 2010 hingga mencapai angka 104,35 dari angka 106,67
pada triwulan sebelumnya.
Grafik 3. 13 LDR BPR
111.76 104.88 104.76 104.55 106.67
108.89 127.27
107.14 117.45
101.68 100.00 106.45
108.57 105.41
102.56
20 40
60 80
100 120
140
Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV
Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV
Tw. I
Tw. II Tw.III
2007 2008
2009 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
57
Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3
Secara umum, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh sektor konsumsi. Meskipun hal ini justru mencerminkan perekonomian yang kurang berkualitas, namun untuk saat ini,
kekuatan konsumsi menjadi salah satu sandaran harapan kita akan pertumbuhan ekonomi. Begitu pula yang terjadi di Sumatera Utara. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi
Sumut masih ditopang oleh aktivitas sektor konsumsi. Untuk mendorong kinerja sektor konsumsi, diperlukan peran aktif lembaga keuangan
khususnya perbankan. Harapan yang besar terhadap perbankan begitu penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ini tentunya terkait dengan sisi
penyaluran dana pihak ketiga kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan penyaluran kredit. Penyaluran kredit oleh perbankan memberikan dampak yang cukup besar bagi
perekonomian karena dapat mendorong kinerja konsumsi rumah tangga yang pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli. Untuk di Sumut sendiri, pertumbuhan kredit saat ini cukup
ditolong dengan topangan dari pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 35,09 pada September 2010 yoy dengan share dari total kredit sebesar 28,20. Selain itu juga dapat
mendorong kinerja investasi. Meskipun share dari kredit investasi masih dibawah share kredit modal kerja dan konsumsi, akan tetapi masih mempunyai dampak ekspansi pada sektor riil,
yang tentunya turut juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti oleh peran aktif dari perbankan akan mengakibatkan
target ekonomi Sumut akan sulit dicapai. Perbankan yang merupakan mitra usaha pemerintah diharapkan mampu meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat agar ekonomi dapat
tumbuh lebih tinggi. Pemerintah Sumut sendiri melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, pada tahun 2011 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar
6,50, naik dari target pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,27, sehingga hal ini merupakan peluang bagi perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit.
Bank Indonesia BI sendiri, dalam upaya mendorong perbankan lebih aktif menyalurkan kreditnya telah mengeluarkan kebijakan mengenai rasio kredit dana pihak ketiga loan to
deposit ratioLDR dalam kisaran minimal 78 hingga 100. Selain itu, BI juga menaikkan Giro Wajib Minimum GWM dari 5 menjadi 8. Kebijakan baru yang mengikat itu
diharapkan dapat mendorong perbankan lebih mengambil porsi dalam penyaluran kredit.
58
Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut| Boks 7
KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMUT
BOKS 7
Perbankan Sumut sendiri sebenarnya sudah menyalurkan kredit cukup besar, namun nasabah banyak yang menunda menarik kredit dari bank. Fasilitas kredit yang belum dicairkan per
September 2010 mencapai Rp5,60 triliun dari total kredit sebesar Rp84,49 triliun.
y = -0.263x + 9.547 R² = 0.277
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 P
er tum
buh an
E k
o n
o m
i
Kredit
Korelasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif. Apabila kredit perbankan mengalami kenaikan, akan turut mempengaruhi peningkatan
pertumbuhan ekonomi dengan nilai R squared sebesar 0,277. Dari hasil R-squared yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut apakah secara riil kredit
yang disalurkan oleh perbankan berlokasi di Sumut atau tidak, yang pada akhirnya akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.
Boks 7 | Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut
59
BAB IV Perkembangan Keuangan
Daerah
BAB 4
|
Perkembangan Keuangan Daerah
60
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. Realisasi APBD 2010