5.4. Temuan Uang Palsu
Sepanjang triwulan III-2010 jumlah temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Medan sebanyak 289 lembar atau Rp15.380.000,00. Temuan ini mengalami
peningkatan signifikan baik dari segi lembar 36,32 maupun nominal 31,01 dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebanyak 212 lembar dengan nilai nominal
sebesar Rp11.740.000,00. Tidak berbeda dengan periode yang lalu, denominasi yang paling banyak dipalsukan
adalah uang pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 230 lembar atau 79,58 dari total temuan uang palsu, diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 12,46, pecahan
Rp5.000,00 4,15, pecahan Rp20.000,00 3,81. Pada triwulan III-2010 tidak ditemukan uang palsu pecahan Rp10.000,00 dan Rp1.000,00. Temuan uang palsu ini
sebagian besar berasal dari laporan bank.
Tabel 5. 4 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan
Satuan Lembar
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Rp100.000
52 158
86 47
46 63
55 45
36
Rp50.000 156
232 116
66 142
232 173
131 230
Rp20.000 57
76 23
41 28
47 22
33 11
Rp10.000 82
62 3
6 6
2 1
3 -
Rp5.000 10
3 3
3 10
9 4
- 12
Rp1.000
1 -
- -
- -
- -
-
Jumlah Lembar
358 531
231 163
232 353
255 212
289
Nominal Rp Ribu 15,011
29,555 14,905
8,895 12,370
18,905 14,620
11,740 15,380
2009 2008
2007 Jenis Pecahan
2010
Sumber : Bank Indonesia
Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah terus diadakan guna menekan angka pemalsuan baik yang diselenggarakan bersamaan dengan sosialisasi kebanksentralan kepada pelajar
dan mahasiswa maupun yang diselenggarakan secara terpisah untuk masyarakat umum.
Selain itu, secara sistematis juga dilakukan kegiatan training of trainers pengenalan keaslian rupiah, agar pengetahuan tentang keaslian uang rupiah dapat tersebar secara
lebih cepat dan luas kepada masyarakat.
5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar
Sebagai bagian dari kebijakan clean money policy yaitu berupa penyediaan uang kartal dalam kualitas yang layak edar, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan
melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar lusuhrusak dan
uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dilakukan Pemberian 68
Perkembangan Sistem Pembayaran | Bab 5
Tanda Tidak Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan pemusnahan. Pada triwulan III- 2010 jumlah uang kartal yang telah dikenai PTTB tercatat sebesar Rp2.191 miliar.
Proporsinya terhadap inflow di Sumut mencapai 40,04.
Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
I-6 II-6 III-6 IV-6 I-7 II-7 III-7 IV-7 I-8 II-8 III-8 IV-8 I-9 II-9 III-9 IV-9 I-10 II-10 III-10 miliar Rp.
Inflow Ratio
PTTB
Sumber : Bank Indonesia
Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 69
BAB VI Perkembangan
Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
70
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
“ Kondisi Ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan positif seiring membaiknya perekonomian. Hal ini diindikasikan oleh persepsi pelaku
usaha untuk melakukan penambahan tenaga kerja baru, terutama pada sektor pertanian. Sementara itu, perbaikan tingkat kesejahteraan tercermin dari
peningkatan Nilai Tukar Petani. “ “ Kondisi Ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan
positif seiring membaiknya perekonomian. Hal ini diindikasikan oleh persepsi pelaku usaha untuk melakukan penambahan tenaga kerja baru, terutama pada sektor
pertanian. Sementara itu, perbaikan tingkat kesejahteraan tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani. “
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus menunjukkan perbaikan. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR.
Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus menunjukkan perbaikan. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR.
Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survey, jumlah pelaku
usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih
bernilai positif, yaitu 1,72. Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak
terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survey, jumlah pelaku usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini
tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih bernilai positif, yaitu 1,72.
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbanyak, yang tercermin dari naiknya nilai SBT
indikator jumlah karyawan, dari 0,63 pada triwulan II-2010 menjadi 1,23 pada triwulan III-2010. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi karena dimulainya masa
panen pada periode tersebut di beberapa daerah Sumut sehingga membutuhkan tenaga yang lebih banyak sebagai buruh tani. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor
PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar pada triwulan III- 2010.
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbanyak, yang tercermin dari naiknya nilai SBT
indikator jumlah karyawan, dari 0,63 pada triwulan II-2010 menjadi 1,23 pada triwulan III-2010. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi karena dimulainya masa
panen pada periode tersebut di beberapa daerah Sumut sehingga membutuhkan tenaga yang lebih banyak sebagai buruh tani. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor
PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar pada triwulan III- 2010.
B B
B A
A A
B B
B 6
66
Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan Tetap
Sumber : SKDU, KBI Medan Walaupun dibayang-bayangi oleh isu terjadinya gelombang PHK sebagai dampak
negatif implementasi ACFTA, kondisi ketenagakerjaan di Sumut diperkirakan masih relatif stabil. Kondisi tersebut diperkirakan terjadi karena pelaku usaha masih optimis
terhadap kinerja usahanya pasca implementasi ACFTA. Selain itu, ancaman ACFTA tidak serta-merta mendorong pelaku usaha untuk mengurangi tenaga kerjanya,
karena mereka lebih memilih untuk melakukan efisiensi biaya operasional terlebih dahulu, sebagai opsi pertama yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan
usaha. Selain itu dalam prioritas pembangunan pemerintah provinsi Sumut 2011, juga
ditekankan adanya peningkatan kualitas infrastruktur khususnya penguatan pembangunan pertanian berdaya saing, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih
besar lagi. Ini merupakan target utama dalam menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Sumut.
71
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6
6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN