11
Grafik 1.19. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan
tasi dan komunikasi maupun sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan cukup nggi. Sementara itu, sektor pertanian masih tetap tumbuh seiring musim panen mulai April
2010. Secara keseluruhan perekonomian di triwulan buhan yang diharapkan karena kurang dipicu
sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga
Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ek
Sumber : Bank Indonesia
1.3. SISI PENAWARAN
Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor ekonomi utama, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor
transpor
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000 300,000,000
USD
India Japan
USA RRC
Singapore
22.62
10.25 6.31
7.08 3.38
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
India Japan
USA RRC
Singapore
ti III-2010 tumbuh cukup tinggi namun
masih belum mencerminkan kualitas pertum oleh pertumbuhan investasi dan dari sisi sektoral kurang didukung oleh pertumbuhan pada
kerja secara cukup signifikan.
onomi Tahunan Provinsi Sumut
I II
III IV
I II
III
Pertanian 6.05
4.08 3.69
4.60 6.04
4.60 4.62
5.13 5.44
Pertambangan Penggalian
6.13 2.24
‐1.66 1.09
4.05 1.43
4.53 5.55
4.32 Industri
Pengolahan 2.92
2.66 3.17
2.58 2.25
2.66 5.42
5.44 6.09
Listrik,Gas Air Bersih
4.46 7.55
6.81 4.77
3.72 5.68
5.94 5.92
6.40 Bangunan
8.10 3.67
4.42 7.94
9.89 6.54
6.24 5.58
4.34 Perdagangan,
Hotel Restoran 6.14
4.88 4.51
4.99 5.87
5.07 6.54
7.05 6.44
Angkutan Komunikasi
8.89 6.01
7.04 8.30
7.77 7.29
7.81 8.58
55 8.46
7.40 11.01
86 6.15
6.73 4.70
9.03 Keuangan,
Persewaan Jasa Perusahaan 11.30
6.70 6.85
7. 13.88
7.61 Jasa
‐ jasa 9.48
8.25 6.76
5. 5.30
7.72
6.39 4.64
4.57 5.07
5.70 5.00
6.02 6.55
6.42 2010
SEKTOR 2008
2009 2009
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
PDRB
Selama tahun 2009, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi non dominan, yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Kedua sektor ini mulai menunjukkan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut. Namun, pada triwulan laporan, sektor utama Sumut yaitu
pertanian, PHR dan industri pengolahan tumbuh cukup signifikan. Agar dapat terus
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, berbagai persoalan yang membayangi kinerja sektor-sektor andalan ini perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus.
Grafik 1.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan
‐10 ‐8
‐6 ‐4
‐2 2
4 6
8 10
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
I II
III 2007
2008 2009
2010
Sumber : BPS
Pertanian Industri
Pengolahan PHR
Sumber : BPS
eningkatan sektor pertanian pada triwulan III-2010 sejalan dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan petan
tukar petani NTP yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan
BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupatenkota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan September 2010 sebesar 101,72, meningkat 1,42 poin dibandingkan angka NTP
pada periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 100,30.
Grafik 1.22. Nilai Tukar Petani Sumut
1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2010 mengalami perkembangan yang positif dengan tumbuh sebesar 5,44 yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumya sebesar
5,13 yoy. Perbaikan kinerja tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman pangan. Produksi sektor pertanian pada triwulan ini lebih baik dibandingkan
produksi pada periode yang sama tahun lalu. P
i. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai
86
12
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional
88 90
92 94
‐5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009
2010 96
98 100
102 104
106 108
‐10 5
10 15
Sumber : BPS
Nilai Tukar Petani
Pertumbuhan yoy
13
u 21,84 yoy. Nilai kredit ke sektor pertanian encapai Rp11,94 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp11,41
Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 4,65 qtq ata
m triliun.
Grafik 1.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian
2 4
6 8
10 12
‐20 ‐10
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Rp Triliun
I II III IV I
II III IV I II III IV I
II III IV I II III
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber
: Laporan Bulanan Bank Umum posisi
kredit pertumbuhan
yoy
a. Produksi Padi
Angka Ramalan III ARAM III produksi padi Tahun 2010 diperkirakan sebesar 3.586.861 ton Gabah Kering Giling GKG, naik sebesar 58.962 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun
2009. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan produktivitas hasil per hektar sebesar 1,79 kuha atau 3,90, sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar
III produksi jagung Tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.428.813 ton pipilan kering, naik sebesar 262.265 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun 2009. Kenaikan produksi
diperkirakan terjadi k r atau 12,88, dan
hasil per hektar juga mengalami kenaikan sebesar 4,00 kuha atau 8,50. Di Sumut, daerah penghasil jagung terbesar yakni Simalungun, Tanah Karo dan Deli Serdang.
Tantangan dalam pengembangan produksi jagung seperti serangan penyakit hawar daun, tetapi semakin bisa diatasi dengan adanya benih yang tahan dengan serangan penyakit itu.
Dengan semakin banyaknya produksi jagung, diharapkan ketergantungan pabrikan pakan Sumut dengan jagung impor kian berkurang dan bahkan Sumut diharapkan bisa surplus.
c. Produksi Kedelai
A kedelai pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar 10.261 ton biji kering, turun
sebesar 3.945 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun 2009. Penurunan produksi 16.388 hektar atau 2,13.
b. Produksi Jagung
ARAM arena peningkatan luas panen sebesar 31.919 hekta
AR M III produksi
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
14
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional
stis bisa mencapai target produksi 2010 itu, karena beberapa erusahaan perkebunan khususnya PT. PN tertarik untuk terjun ke bisnis kedelai. Kenaikan
apai karena produktivitas tanaman di Sumut juga terus naik atau sudah
ada dan di sisi lain aktivitas pasar ekspor mulai bergairah kembali. Dengan kata lain, insentif pasar
Sebagaimana pola periode sebelumnya, kinerja sektor industri pengolahan masih didorong diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen sebesar 3.097 hektar atau 26,94,
sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan sebesar 0,14 kuha atau 1,13. Produksi kedelai Sumut sendiri ditargetkan bisa mencapai sekitar 18 ribu ton pada tahun
2010. Dinas Pertanian optimi p
produksi diyakini terc di kisaran 12,34 kuintalha. Penggunaan bibit unggul juga terus meningkat dan pemerintah
sendiri juga memberikan bantuan benih unggul. 2.
Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri tumbuh lebih cepat pada triwulan ini dan memberikan sumbangan yang relatif stabil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan III-2010, sektor ini tumbuh 6,09 yoy
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,44 yoy. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi relatif meningkatnya pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah
kenaikan permintaan domestik yang meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah mulai meningkat.
oleh pertumbuhan sektor non migas, sedangkan kinerja sektor migas masih menunjukkan tren yang menurun. Sementara itu, kinerja produk utama industri Sumut seperti plastik, karet
dan makanan, minuman dan tembakau diperkirakan mengalami penurunan.
Grafik 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.25. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau
1,000,000 5,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2,000,000
3,000,000 4,000,000
9,000,000
, 15,000,000
5,000,000 6,000,000
7,000,000 8,000,000
10,000,000
20,000,000 25,000,000
30,000,000 35,000,000
10 000,000
01112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : BI
2008 2009
2010
Kg USD
Nilai Ekspor USD
Volume Ekspor Kg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 100,000,000
200,000,000 300,000,000
400,000,000 500,000,000
100,000,000 200,000,000
300,000,000 000,000
600,000,000 700,000,000
800,000,000
400, 500,000,000
600,000,000 700,000,000
011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009 2010
Sumber : BI
USD Kg
Nilai Ekspor USD
Volume Ekspor Kg
15
andingkan triwulan II-2010. Kenaikan produksi pada triwulan III laporan rutama disebabkan adanya kenaikan produksi Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan
n Industri Karet
peningkatan pertumbuhan 13,84 yoy Rp19,25 triliun, lebih tinggi dibandingkan tri
Rp19,37 triliun.
Grafik 1.26. Penyaluran Kredit ke Sektor Industri Pengolah
Pertumbuhan produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang q-to-q triwulan III-2010 naik sebesar 4,82 dib
te Kimia sebesar 14,38, Industri Makanan dan Minuman sebesar 13, Industri Kayu, Barang-
barang dari Kayu tidak termasuk furnitur dan Barang-barang Anyaman sebesar 5,72 dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas sebesar 1,52. Disamping itu ada juga Industri yang
mengalami penurunan yaitu : Industri Logam Dasar turun sebesar 2,58 da dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik turun sebesar 0,48.
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami . Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai
wulan yang sama tahun sebelumnya sebesar
oleh Bank Umum di Sumut an
Rp Triliun
‐10 10
20 30
40 50
5 10
15 20
25
posisi kredit
I II III IV I
II III IV I II III IV I
II III IV I II III
2006 2007
2008 2009
2010
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
pertumbuhan yoy
restoran. Sementara itu, inerja sektor perdagangan justru mengalami peningkatan, yang diindikasikan oleh beberapa
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 6,44
yoy,
menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,05
yoy
. Penurunan ini diperkirakan akibat penurunan pertumbuhan pada subsektor
k
prompt indicator
seperti peningkatan arus bongkar muat di pelabuhan Belawan.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
16
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Bintang 1
28.16 31.14 31.88 23.23 23.54 36,35 33,28 32.11 22.62 27.49 28.50 34.31 22.92 23.27 25.78 25.85 27.76 39.13
28.20 28.04
32.90 Bintang
2 27.29 29.82 20.93 20.34 26.16 34,28 30,14 27.20 23.37 20.45 20.95 25.26 21.28 21.90 26.63 23.20 26.30
30.66 34.99
21.14 27.43
Bintang 3
57.22 57.70 62.71 50.94 42.66 48,45 47,73 40.54 34.41 53.28 46.61 50.24 31.86 49.01 49.25 47.38 44.40 50.67
66.68 56.39
54.62 Bintang
4 36.10 25.05 32.10 33.71 24.02 48,65 29,13 29.45 39.51 25.63 34.81 33.50 42.14 38.43 42.82 47.24 43.63
52.39 51.22
56.31 59.30
Bintang 5
73.51 52.94 59.94 47.04 55.59 47,14 44,03 52.39 36.23 60.58 56.53 45.88 61.10 65.06 49.15 44.41 48.51 54.49
52.50 45.30
43.31
Rata ‐rata Bintang 39.94 36.55 39.65 34.03 31.77 43.81 36.52 35.17 32.45 36.13 37.12 37.41 37.07
35.87
39.83 38.44 38.66 46.43 47.07
44.43 46.62
2009 Tingkat
Hunian Kamar 2010
Sumber : BPS
Pertumbuhan yang relatif meningkat juga terjadi di sub sektor hotel antara lain tercermin mancanegara dan tingkat hunian hotel.
di Sumatera tara di bulan September 2010 mencapai 1,65 hari. Secara keseluruhan, rata-rata lama
enginap tamu asing pada bulan September 2010 sebesar 2,15 hari, lebih tinggi ibandingkan tamu domestik yakni 1,58 hari.
Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR
pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan Jumlah wisman yang masuk melalui bandara Polonia dan Pelabuhan Belawan meningkat yang
terlihat dari tingkat hunian hotel di wilayah Sumut yang mengalami peningkatan. Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan September 2010 mencapai
46,62, meningkat dibandingkan bulan Agustus 2010 sebesar 44,43. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu domestik pada hotel berbintang
U m
d
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
‐5 5
10 15
20 25
30 35
40 45
I II
III IV I
II III IV
I II
III IV I
II III IV
I II
III 2006
2007 2008
2009 2010
Rp Triliun
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
posisi kredit
pertumbuhan yoy
Sementara itu, dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran enunjukkan kecenderungan yang meningkat dan
performance
kredit yang membaik.
Outstanding
kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini cukup tinggi dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir September 2010, jumlah
kredit yang disalurkan mencapai Rp18,37 triliun. m
Grafik 1.28. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan Ton
20,000 40,000
60,000 80,000
100,000 120,000
400,000 500,000
600,000 700,000
800,000
100,000 200,000
300,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009 2010
Sumber : BPS
Bongkar Muat
4. Sektor Keuangan
Setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya 13,88, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan ini
yaitu menjadi sebesar 7,61 yoy. Penurunan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh penurunan pertumbuhan di subsektor persewaan. Sementara itu, kinerja perbankan
Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sector ini justru menunjukkan perbaikan. Ini
21,73. Net Interest Margin NIM yang merupakan indikator sumber pendapatan utama perbankan dari kegiatan
tradisionalnya an Sumut juga
mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan dari fee-based activities.
Tabel 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank
ditunjukkan oleh berbagai ukuran kinerja perbankan seperti pertumbuhan kredit dan DPK, rasio LDR dan NPL. Seluruh indikator tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa telah
terjadi perbaikan hingga September 2010. Perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar
simpan-pinjam, terus tumbuh pada triwulan III-2010. Perbank
III IV
I II
III IV
I II
III DPK
Rp Triliun
77,97 84,29
88,82 89,56
90,31 94,88
95,40 97,87
102,94 Pertumbuhan
yoy 15,92
18,22 23,23
18,28 15,83
12,56 7,41
9,28 13,99
Kredit Rp
Triliun 65,87
66,72 65,79
67,18 69,41
73,57 75,64
80,70 84,49
Pertumbuhan yoy
34,13 23,10
20,09 7,76
5,37 10,27
14,97 20,13
21,73 UMKM
Rp Triliun
30,42 30,17
30,02 31,36
33,07 34,72
30,78 32,20
22,20 Pertumbuhan
yoy 38,08
34,51 21,44
11,92 8,71
15,08 2,53
2,68 32,87
LDR 84,48
79,03 73,94
75,01 76,86
77,54 79,29
82,46 82,08
NPL 3,16
2,81 3,63
3,86 3,89
3,58 3,51
3,59 3,69
Sumber : Laporan Bank Umum
2010 Uraian
2009 2008
17
5. Sektor Bangunan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
Gross
18
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional
i Pengadaan Semen Sumut
Pada triwulan III-2010, sektor bangunan mengalami tekanan sehingga tumbuh lebih lambat 4,34 dibandingkan triwulan sebelumnya 5,58 yoy. Pelemahan pertumbuhan ini akibat
bisnis properti belum sepenuhnya pulih hingga semester II-2010. Realisasi berbagai proyek fisik mampu mendorong pertumbuhan meskipun belum setinggi pertumbuhan triwulan
sebelumnya. Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut mengalami peningkatan 14,26 yoy dengan jumlah 173,67 ribu ton.
Grafik 1.29. Realisas
50 100
150 200
250 300
10 15
20 25
30 Ribu
Ton
‐15 ‐10
‐5 5
9 10 11 12 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 1 2
3 4
5 6
7 8
9 2009
2010
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Pengadaan Semen axis kanan
Pertumbuhan yoy
Penurunan pertumbuhan sektor bangunan juga diikuti oleh penurunan pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi
sebesar 2,55 yoy. Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp2,29 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,35 triliun. Sebagian besar
kredit disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana.
Grafik 1.30. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi
‐ 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
5 10
15 20
25 30
35 40
45
‐5 I II III IV I II III IV I II II IV I II III IV I II III
2006 2007
2008 2009
2010
Rp Triliun
Sumber : Laporan Bank Umum
posisi kredit
pertumbuhan yoy
I
6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
19
Pada triwulan III-2010, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2010. Tercatat terjadi pertumbuhan sebesar 9,03,
sementara triwulan sebelumnya sebesar 8,58. Faktor yang mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain adalah perilaku masyarakat yang sudah
memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok gaya hidup. Hal ini menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan komunikasi. Sementara itu,
subsektor pengangkutan diperkirakan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada peningkatan beberapa
prompt indicator
di sektor ini, terutama jumlah penumpang angkutan udara.
Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia
Agt 10
Sep 10
Jan ‐Sep 09
Jan ‐Sep 10
Domestik
Datang 185
819 225
064 1
288 131 1
748 912 35,77
Berangkat 199
104 226
741 1
519 886 1
865 951 22,77
yoy Rincian
Jumlah Penumpang
Internasional
Datang 26,50
Berangkat 41
415 931
27,69
Sumber : BPS
Tabel 1.8. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan
43 832
55 532
339 744
429 775
294 50
938 325
735
Agt 10
Sep 10
Jan ‐Sep 09
Jan ‐Sep 10
Jumlah Kapal
178 153
1 689
1 434
‐15,10 Penumpang
Datang 5
012 11
128 49
611 43
876 ‐11,56
Berangkat 3
997 12
937 49
880 61
150 22,59
sumber : BPS
Rincian yoy
Jumlah Penumpang dan Jumlah Kapal
Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini menunjukkan perkembangan yang meningkat.
Outstanding
kredit yang disalurkan perbankan sar Rp1,66 triliun, naik 39,50 dibandingkan
pada posisi akhir September 2010 tercatat sebe dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,19 triliun.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
Grafik 1.31. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum
20
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional
di Sumut ke Sektor Pengangkutan Komunikasi
Rp Triliun
‐ 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
‐10 10
20 30
40 50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006
2007 20
posisi kredit
pertumbuhan
08 2009
2010 er
: Laporan Bank umum Sumb
yoy
7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Kinerja sektor listrik tumbuh sebesar 6,40 yoy, meningkat dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,92 yoy. Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air bersih ini didukung pula oleh
kinerja sisi pembiayaan perbankan. Kredit perbankan yang disalurkan ke sektor listrik dan gas terus menunjukkan pertumbuhan positif melanjutkan tren yang terjadi sejak periode-periode
MW. Kemudian prospek tambahan pembangkit setelah 2012, akan memperoleh tambahan 4
pembangkit listrik swasta Independent Power ProducerIPP masing-masing dari PLTU Kuala Tanjung 2x125 MW, PLTP Sarulla Unit 1 sebesar 110 MW, PLTP Sarulla Unit 2 sebesar 110
MW, serta pengoperasian PLTA Asahan III berkapasitas 2x87 MW. Ke depan, sistem kelistrikan di Sumut akan semakin bagus dengan tambahan daya dari sejumlah pembangkit
baru, maka tidak ada lagi pemadaman bergilir.
8. Sektor Jasa-Jasa
Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 7,72, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 5,30. Seiring dengan membaiknya kondisi
perekonomian, penyerapan tenaga kerja pada jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan yang sifatnya lebih cenderung informal juga turut meningkat.
sebelumnya dengan outstanding kredit sebesar Rp0,56 triliun. Pada akhir 2011, sistem kelistrikan Sumut akan memperoleh tambahan daya PLTU Meulaboh
2x100 MW, artinya pada 2010-2011, total daya tambahan listrik mencapai 780
Grafik 1.32. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa
‐ 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
‐10 10
20 30
40 50
60 70
I II
III IV I
II III IV
I II
III IV I
II III IV
I II
III 2006
2007 2008
2009 2010
Rp Triliun
Sumber : Lapora
posisi kredit
n Bula
nk Um
nan Ba
um
pertumbuhan yoy
Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini, diikuti pula oleh peningkatan penyaluran kredit de yang sama tahun lalu. Nilai
ini mencapai Rp4,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun ke sektor jasa-jasa sebesar 0,48 yoy dibandingkan perio
kredit sektor lalu sebesar Rp4,15 triliun. Dilihat dari penyaluran kredit per subsektor, pertumbuhan kredit
sektor ini terutama didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor hiburan.
21
Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
Beberapa literatur menunjukkan adanya hal lain di luar faktor input yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi yaitu technical efficiency. Technical
efficiency adalah parameter yang digunakan dalam mengukur efisiensi dalam penggunaan sumber daya atau input. Peran technical efficiency ini sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi. Secara nasional, Tjahjana dan Anugrah 2007 menunjukkan bahwa technical efficiency mengalami perubahan seiring berjalannya
waktu time varying. Hasil empiris menunjukkan bahwa technical efficiency secara nasional mengalami perubahan dengan kecenderungan meningkat seiring perubahan
waktu. Untuk memperdalam studi pada level daerah perlu dilakukan studi lanjutan terutama terkait dengan tingkat efisiensi pertumbuhan ekonomi di daerah secara
sektoral agar dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif atas pola pembentukan pertumbuhan ekonomi daerah.
Dengan menggunakan model Stochastic Frontier yang dikembangkan oleh Limam dan Miller 2003 dengan menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas,
dimana agregat output diproduksi dengan menggunakan agregat stok kapital secara fisik dan labor dengan persamaan sebagai berikut:
dimana, Y
it
= output perusahaan ke i pada waktu t
K
it
= Kapital perusahaan ke i pada waktu t
L
it
= Labor perusahaan ke i pada waktu t
A
i
= Ae
ξt
, dimana
ξ mengukur rate technical progress β
1it
= elastisitas output terhadap capital
β
2it
= elastisitas output terhadap labor
Untuk membandingkan tingkat efisiensi antar sektor ekonomi seiring dengan berjalannya waktu digunakan model stochastic frontier untuk unbalanced panel data
yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli 1992. Pengembangan model stochastic production function dengan simple exponensial specification dari time varying firm
effects digabungkan dengan unbalanced panel data, sampel pengamatan N perusahaan dan periode waktu T. Model didefinisikan sebagai berikut
22
Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara | Boks 1
Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara
BOKS 1
Y
it
= f x
it
; β expV
it
– U
it
Dan U
it
= η
it
U
i
= {exp[- ηt – T]}U
i
, t ∈
gi; i = 1,2,..., N Y
it
merupakan produksi untuk perusahaan ke i periode ke t f x
it
; β fungsi yang tepat untuk vector x
it
dari faktor input, dikaitkan dengan produksi perusahaan ke i pada waktu t dan vector
β berupa unknown parameter. V
it
diasumsikan independen dan distribusi identik N0, σ
2 V
random error U
it
diasumsikan independen dan distribusi identik non negative truncation dari Nµ, σ
2
distribution η parameter scalar yang tidak diketahui
gi mewakili set T
i
periode waktu di antara T periode dengan memasukan persamaan perusahaan ke t.
Dari pengolahan data PDRB, stok kapital, dan tenaga kerja Sumatera Utara dari tahun 1980 sampai dengan 2009 menggunakan model tersebut di atas diketahui rata-rata
technical efficiency untuk masing-masing sektor ekonomi di Sumatera Utara sebagai berikut :
Angka rata-rata estimasi efisiensi ini menunjukkan perbedaan tingkat efisiensi secara relatif antar sektor ekonomi di Sumatera Utara. Terdapat lima sektor ekonomi yang
rata-rata technical efficiency-nya berada di atas rata-rata dari keseluruhan sektor, yaitu sektor Pertambangan, sektor KonstruksiBangunan, sektor Industri Pengolahan,
sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Pertambangan memiliki tingkat efisiensi tertinggi walaupun kontribusinya relatif kecil terhadap
perekonomian Sumatera Utara. Tingginya efisiensi di sektor pertambangan lebih disebabkan karena penggunaan teknologi yang relatif lebih maju dibandingkan
dengan penggunaan di sektor lainnya.
Boks 1 | Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara
23
24
Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara | Boks 1
Sementara jika dilihat perbandingan dari antar waktu time-varying, hasil pengolahan data menghasilkan
η yang negatif walaupun dengan nilai kecil yaitu 0,002. η yang negatif ini dapat diinterpretasikan bahwa technical efficiency sektor-sektor ekonomi di
Sumatera Utara memiliki kecenderungan untuk turun seiring dengan berjalannya waktu walaupun dengan laju penurunan yang relatif rendah. Perbedaan arah
perubahan technical efficiency Sumatera Utara jika dibandingkan dengan nasional tidak terlepas dari adanya perbedaan karakteristik perekonomian dimana PDRB
Sumatera Utara lebih banyak disumbang oleh sektor Pertanian sementara secara nasional PDB lebih banyak disumbang oleh sektor Industri Pengolahan. Penurunan
efisiensi di sektor Pertanian akan mendorong penurunan tingkat efisiensi secara keseluruhan. Penurunan tingkat efisiensi di sektor Pertanian di Sumatera Utara ini
kemungkinan antara lain disebabkan oleh usia tanaman yang sudah banyak yang melewati usia produktifnya di samping masih rendahnya penggunaan teknologi baik
berupa rekayasa genetika maupun dalam proses pemeliharaan tanaman. Adanya kecenderungan penurunan tingkat efisiensi ini perlu mendapatkan perhatian
dari pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait di Sumatera Utara. Khusus di sektor pertanian, revitalisasi perkebunan berupa peremajaan tanaman dan perluasan lahan
perkebunan diharapkan dapat meningkatkan tingkat efisiensi sektor pertanian. Di samping itu perbaikan infrastruktur distribusi seperti jalan raya dan pelabuhan
diharapkan akan meningkatkan tingkat efisiensi dari seluruh sektor ekonomi di Sumatera Utara. Peningkatan tingkat efisiensi di Sumatera Utara ini diharapkan akan
dapat menghasilkan produk akan memiliki daya saing yang lebih baik dan pada gilirannya dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi regional.
Ukuran paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu daerah dapat diperoleh dengan mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya yang kita kenal dengan konsep Produk
Domestik Regional Bruto PDRB. PDBPDRB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang dan
jasa perekonomian Mankiw,2000. Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang dikemukakan pemerintah
Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan atau berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah Sumber Daya Manusia SDM yang besar berpotensi tinggi dalam menghasilkan
output nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada, sehingga
lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk
yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Dari angkatan kerja di Sumut yang mencapai sekitar 6,40 juta
orang per Februari 2010, 513 ribu orang diantaranya tergolong pengangguran. Hal ini menyebabkan potensi SDM yang ada dan potensi output yang dihasilkan terbuang sia-sia.
Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Sumut
Sumber : BPS Sumut Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti
dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula sebaliknya.
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN SUMUT
BOKS 2
Boks 2 | Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
25
Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat
pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data PDRB tahunan dan tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Utara
diperoleh grafik Okun’s Law sebagai berikut :
y = ‐1.018x + 2055.
R² = 0.571
2 4
6 8
10 12
14 16
P e
n g
a n
g g
u ra
n
Pertumbuhan Ekonomi ,yoy
Grafik tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Hal itu mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka
semakin rendah tingkat pengangguran yang sesuai dengan teori Okun’s Law. Dilihat dari eratnya hubungan antara kedua variabel tersebut, diperoleh angka korelasi
sebesar 0,571 yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut cukup erat hubungannya. Sehingga untuk menurunkan tingkat pengangguran diperlukan peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Menurut simulasi pada level nasional, pertumbuhan sebesar 1 persen mampu menciptakan lapangan pekerjaan atau mampu mengurangi pengangguran sebanyak 200.000
penduduk. Merujuk pada simulasi tersebut, untuk Provinsi Sumatera Utara dimana Tingkat Pengangguran Terbuka saat ini sebanyak 513 ribu jiwa, diperlukan tingkat pertumbuhan
ekonomi ±2,5 dari yang tercapai saat ini.
26
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran| Boks 2
Dalam melakukan pembangunan diperlukan investasi baik untuk membangun sarana produksi maupun infrastruktur penunjangnya. Investasi di suatu negara dapat dibiayai
oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Tabungan nasional dapat diartikan sebagai pendapatan total bersih dalam perekonomian setelah dikurangi
pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Untuk menunjang kemandirian bangsa dan mengurangi ketergantungan dari pihak lain, diperlukan tabungan nasional yang
memadai untuk membiayai investasi domestik. Secara umum tabungan nasional ini terdiri dari tabungan pemerintah public saving dan tabungan masyarakat private
saving. Pembentukan tabungan nasional terutama melalui mobilisasi dana oleh industri perbankan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Upaya pengerahan dana masyarakat ini antara lain dilakukan melalui pengembangan pasar keuangan khususnya industri perbankan.
Di level regional, tabungan ini diharapkan juga dapat menjadi sumber pembiayaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Mengingat masih minimnya
informasi dan jangkauan dari industri keuangan non bank di Sumatera Utara maka peran mobilisasi dana masyarakat di Sumatera Utara masih didominasi oleh industri
perbankan. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi yang telah diberikan industri perbankan di Sumatera Utara dalam memobilisasi dana masyarakat dapat dilihat
antara lain dari rasio simpanan masyarakat yang dihimpun oleh perbankan terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
Perkembangan Simpanan Masyarakat dan PDRB
50,000 100,000
150,000 200,000
250,000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
R p
T riliu
n
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
PDRB Simpanan
Rasio Simpanan terhadap PDB
Sumber : Bank Indonesia
PERAN TABUNGAN DALAM PEREKONOMIAN SUMUT
BOKS 3
Boks 1 | Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut
27
28
Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut | Boks
Dari grafik di atas terlihat bahwa rasio simpanan masyarakat di bank yang ada di Sumatera Utara terhadap relatif stabil dari tahun ke tahun di kisaran 37,31 sampai
40,37. Semenjak 2005 rasio ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 39,96 di akhir tahun 2009. Dari sini dapat dilihat bahwa kontribusi simpanan
masyarakat di perbankan di Sumatera Utara sebagai sumber pembiayaan investasi daerah cukup bagus. Namun demikian masih terdapat ruang yang cukup besar untuk
meningkatkan peran tersebut. Dengan semakin besarnya peran simpanan masyarakat di bank diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Sumatera Utara dalam
menyediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan regional. Untuk mendorong peningkatan tersebut, berbagai langkah telah dilakukan oleh Bank
Indonesia di antaranya melalui pencanangan Gerakan Indonesia Menabung yang dimulai sejak tanggal 20 Februari 2010, dilanjutkan dengan Gerakan Siswa
Menabung pada tanggal 7 November 2010.
BAB II Perkembangan Inflasi
Daerah
B B
B A
A A
B B
B 2
22 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. KONDISI UMUM
Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04 yoy, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93. Inflasi tahunan Sumut ini juga di
bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80 yoy. Bila dilihat secara bulanan, Sumut justru mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut Agustus 2010 dan September 2010
masing-masing sebesar -0,36 dan -0,14. Deflasi pada bulan ini ditengarai karena bergesernya musim tanam.
Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional
‐1 ‐0.5
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009 2010
Sumber : BPS
Sumut Nasional
Secara umum faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan III-2010 antara lain:
Kenaikan harga sewa rumah dan emas perhiasan
Kenaikan harga beberapa komoditas ikan, seperti ikan kembunggembung, ikan tongkol, ikan dencis, dan daging ayam ras
Bergesernya masa tanam di tahun 2010 yang baru dimulai pada Mei-Agustus 2010.
Faktor eksternal: perkembangan harga emas di pasar internasional.
2.2. INFLASI TRIWULANAN