15
b. Kurang dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai
sisa pendengaran dan pemakaian alat bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui
pendengaran. Gangguan pendengaran dapat juga diklasifikasikan menurut jenis
ketunarunguannya, yaitu :
a. Tuli konduktif
Disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membrane timpani atau telinga tengah. Gangguan pendengaran
konduktif tidak melebihi 60 dB karena dihantarkan menuju koklea melalui tulang bila intensitasnya tinggi. Penyebab terjadinya
gangguan pendengaran jenis ini adalah otitis media dan disfungsi tuba eustachius yang disebabkan oleh otitis media sekretori. Kedua
kelainan tersebut jarang menyebabkan kelainan gangguan
pendengaran melebihi 40 dB. b.
Tuli sensorineural
Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses
sebagaimana mestinya. Bila kerusakan terjadi pada sel rambut koklea maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami
degenerasi transneural. Bila sel ganglion rusak, maka nervus VIII
16 akan mengalami degenerasi Wallerian. Penyebabnya antara lain
adalah karena kelainan bawaan, genetic, penyakit atau kelainan pada saat anak dalam kandungan, proses kelahiran, infeksi virus,
pemakainan obat yang merusak koklea kina, antibiotika seperti golongan makrolid, radang selaput otak, kadar bilirubin yang
tinggi. Penyebab utama gangguan pendengaran ini disebabkan oleh genetic atau infeksi sedangkan penyebab lain jarang ditemui.
Berdasarkan tingkat kehilangan ketajaman pendengaran yang diukur dengan satuan desiBell dB, klasifikasi anak tunarungu
menurut Heri Purwanto 1998:7 adalah seperti berikut : a.
Sangat ringan light 25 dB - 40 dB
b. Ringan mild
41 dB - 55 dB c.
Sedang moderate 56 dB - 70 dB
d. Berat severe
71 dB - 90 dB e.
Sangat berat profound 91 dB – lebih
Berdasarkan klasifikasi yang telah dikemukakan para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua anak tunarungu kehilangan
pendengarannya secara total tetapi masih ada sisa pendengaran yang dapat dioptimalkan dengan program Bina Komunikasi Persepsi Bunyi
dan Irama BKPBI.