Sejarah, Latar Belakang, dan Undang-undang tentang Penanaman

BAB II PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

DAN PENGATURANNYA

A. Sejarah, Latar Belakang, dan Undang-undang tentang Penanaman

Modal Asing Dengan melihat kembali sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dapat diketahui bahwa rencana pembangunan secara bertahap sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1947, dimana Panitia Pemikir Sosial Ekonomi di Yogyakarta telah berhasil menyusun rencananya. Rencana yang telah disusun tersebut sangat sayang tidak dapat dilaksanakan, mengingat situasi dan kondisi negara Indonesia pada saat itu berada dalam peperangan melawan Belanda. Selanjutnya pada tahun 1953 yaitu pada masa kabinet Ali Sastroamidjo, SH pernah pula diajukan rencana pembangunan yang juga membuat tentang pemanfaatan bantuan luar negeri dalam bentuk Penanamam Modal Asing, tetapi karena umur kabinet tidak panjang maka rencana itupun mengalami kegagalan. 30 Pada tahun 1956 Kabinet Ali Sastroamidjojo yang kedua kalinya mengajukan Rancangan Undang-undang Penanaman Modal Asing yang mengandung syarat-syarat sedemikian rupa, jangan sampai Penanaman Modal Asing itu menghambat pembangunan masyarakat Indonesia, tetapi Rancangan Undang-undang ini tidak mendapatkan persetujuan Parlemen. 31 30 Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing Indonesa, Bandung : Bina Cipta, 1972, hal. 3. 31 Ibid Universitas Sumatera Utara Secara ringkas dapat lihat dalam pemerintahan orde lama yang demikian keras menentang kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme, ternyata dalam merencanakan pembangunan nasional tetap pula masih memerlukan bantuan- bantuan luar negeri untuk mengatasi kekurangan-kekurangan modal dan tenaga- tenaga ahli yang mana kekurangan tersebut harus diisi. Hanya sayang dalam mengambil kebijakan-kebijakan pemerintahan saat itu sangat dipengaruhi kaum kiri partai komunis yang mendorong pada politik konfontasi yang berakibat fatal yaitu dengan keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB, sehingga cara memperoleh bantuan luar negeri menjadi berantakan dan dapat dikatakan tertutup. Penanaman Modal Asing mulai benar-benar dilaksanakan pada masa orde baru yang lebih dikenal dengan masa pembangunan. Pemerintahan orde baru memulai langkahnya dengan mengadakan koreksi terhadap semua penyelewengan-penyelewengan yang diakibatkan oleh orde sebelumnya dan selanjutnya berdaya upaya semaksimalnya segala kebijakan dalam hubungan luar negeri dapat berjalan sesuai dengan politik bebas aktif yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, hal ini mengingat bahwa tentunya tidak ada negara yang mau menanamkan modalnya dalam suatu negara yang dalam keadaan tidak stabil kehidupan politik dan perekonomiannya. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan Daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai Universitas Sumatera Utara faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara sigifikan. 32 Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antarbangsa yang semakin ketat sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk menciptakan Suasana kebatinan pembentukan Undang- Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif. Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sisitem perekonomian yang berdaya saing. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor dan memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, juga memerintahkan agar meningkatkan koordinasi antar instansi Pemerintah, antar instansi Pemerintah dan Bank Indonesia, dan antarinstasi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan smangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama- sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. 32 http:gubugpengetahuan.blogspot.com200109hukum-penanaman-modal-liberalisasi. html. Diakses tanggal 25 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju perekonomian global. 33 Undang- Undang Penanaman Modal Asing di Indonesia yaitu, Undang- undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, lalu diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Penanaman Modal Asing. Dan akhirnya pemerintah karena keperluan nasional dan untuk mensejahterakan masyarakat serta untuk menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama Internasional, maka akhirnya pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007. 34 Bahwa suatu norma dapat dikatakan sebagai norma hukum, norma atau tata nilai tersebut harus memiliki keabsahan dan keberlakuan validity efficacy yang ditandai dengan eksistensinya sebagai aturan formal hukum positif dan kemengikatannya bagi masyarakat sebagai subjek hukum. Norma hukum senantiasa digambarkan sebagai perintah yang mengharuskan dengan kata lain suatu norma adalah suatu aturan yang mengekspresikan fakta bahwa seseorang harus oughtbertindak dengan cara tertentu, tanpa mengimplikasikan bahwa sungguh-sungguh menginginkan orang tersebut bertindak demikian, 35 Demikian pula halnya dengan pembentukan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UUPM sebagai pengganti dari Undang-undang 11 Tahun 1970 perubahan terhadap Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang dan sebagai norma yang mengharuskan tentu saja membawa sekaligus sanksi terhadap siapa saja yang melanggar norma tersebut. 33 Penjelasan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal Asing. 34 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 35 Jimly Asshiddiqie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Konstitusi Press, 2006, hal 39. Universitas Sumatera Utara Penanaman Modal Asing UUPMA dan Undang-undang No.12 Tahun 1970 tentang perubahan atas Undang-undang 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri UUPMDN yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional khususnya bidang penanaman modal. Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa dasar dilakukannnya perubahan terhadap UUPMDN dan UUPMA adalah kebutuhan akan percepatan perkembangan ekonomi nasional yang dalam hal ini melalui cara investasi aset asing maupun dalam negeri dalam artian pembuat undang-undang berpendapat bahwa percepatan perekonomian nasional dapat dicapai dengan cara pengakumulassian modal dari pihak asing maupun modal sendiri. Adapun untuk mencapai tujuan penyelenggaraan akumulasi modal negara dengan kebijakannya mengambil sikap untuk mengatasi faktor penghambat iklim investasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Hal diatas digambarkan setidaknya sebagai bentuk komitmen bagi keamanan dan kenyamanan pemilik modal yang modalnya diharapkan. 1. Dasar filosifis Ideologis Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang Universitas Sumatera Utara kondusif. 36 2. Aspek dan Cakupan UUPM. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Satu hal yang baru adalah demokrasi ekonomi yang dirujuk undang-undang, konsep tersebut baru kali ini dapat ditemui dalam perundang-undangan. Sebagai suatu yang baru apakah dapat dipersamakan maksudnya dengan konsep peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang bertumpu pada peningkatan ekonomi rakyat seperti yang dirujuk sebelumnya dalam UUPDN dan UUPMA Adapun aspek pengaturan dalam Undang-Undang ini, antara lain kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Selain itu Undang-Undang ini juga mencakupi kegiatan invenstasi langsung di semua sektor. 36 Penjelasan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang ini juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi antarinstansi Pemerintah, antarinstansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antarinstansi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan semangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, hams lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat diukur dari kecepatan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal dengan biaya yang berdaya saing. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi diperlukan adanya pembatasan kegiatan usaha yang dapat dimasuki modal asing, juga memerintahkan untuk mengatur melalui perundang-undangan mengenai persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Terhadap uraian di atas dapat ditarik prinsip-prinsip demokrasi ekonomi dalam UUPM, antar lain: a. Pasal 3 UUPM asas penyelenggaraan penanaman modal; Asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, Universitas Sumatera Utara berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. b. Pembatasan bidang usaha c. Perlakuan dan fasilitas d. Pengembangan investasi UKM dan koperasi e. Penyelenggaraan administrasi kegiatan investasi.

B. Prinsip-prinsip Penanaman Modal Asing menurut Undang-undang

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Joint Venture Agreement Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2 57 158

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 33 121

Hukum dan kepentingan: telaah kritis atas undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dalam perspektif UUD 1945 dan hukum Islam

1 10 113

Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan Perseroan Terbatas

2 28 0

Tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham perseroan terbatas

8 75 87

Undang Undang No. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

0 0 28

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 13

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Joint Venture Agreement Dalam Tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Joint Venture Agreement Dalam Tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

0 0 17