Pembahasan DESKRIPSI DATA II 1. Riwayat Responden

dengan pamrih - Nimas memandang setiap tradisi Jawa pada dasarnya mengajarkan kebaikan, seperti untuk selalu membumi, selalu rendah hati, dan pasrah terhadap Tuhan 7. Idealisme Idealism - Setiap tindakan dan tradisi yang dilakukan Nimas selalu bersumber dari ajaran agama 8. Kesadaran akan peristiwa tragis Awareness of the tragic - Peristiwa tragis dalam hidup Nimas adalah ketika ibu dan ibu mertuanya mengalami penyakit kanker payudara - Nimas menjadi lebih sabar, ikhlas, dan selalu tulus pasca peristiwa tersebut 9. Manfaat Beneficial manifestations fruit of spirituality - Nimas selalu mendapatkan kehidupan yang lebih baik ketika ia dekat dengan Tuhan

4. Pembahasan

Santosa 2011 menyatakan bahwa orang Jawa memiliki pandangan bahwa dimensi transenden dalam kehidupannya adalah Tuhan. Demikian halnya pada Nimas, Nimas percaya bahwa sosok transenden dalam hidupnya adalah Tuhan Bapa. Nimas berhubungan dengan sosok tersebut melalui menjalankan ajaran agamanya dan melakukan beberapa tradisi budaya Jawa yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sejak Nimas pindah dari Yogyakarta ke Medan, tradisi-tradisi Universitas Sumatera Utara tersebut semakin berkurang, hal ini dikarenakan lingkungannya yang tidak melakukan tradisi tersebut. Nimas selalu bersyukur dengan kehidupan yang telah diberikan Tuhan padanya. Nimas selalu merasa setiap bagian hidup yang dilaluinya selalu bermakna, sejalan dengan pernyataan Elkin dkk 1988 bahwa individu yang memiliki spiritualitas tinggi akan memunculkan hidup yang lebih bermakna dan mencapai tujuan. Nimas selalu bersyukur dan ditunjukkan melalui doa dan berbagi agar hubungannya dengan Tuhan sesama manusia tetap baik. Untuk tradisi budaya Jawa, Nimas selalu membuat nasi kebuli sebagai bentuk terima kasih atas doanya yang telah dikabulkan Tuhan. Tujuan hidup Nimas adalah melihat ketiga putrinya kelak menjadi orang yang berhasil. Hal tersebut merupakan bentuk pencapaian eksistensi Nimas dalam kehidupannya. Agar hal tersebut dapat tercapai, Nimas selalu mencoba mendekatkan ketiga putrinya dengan Tuhan. Nimas percaya, ketika ketiga putrinya tersebut dekat dengan Tuhan, makanya jalan menuju keberhasilan akan lebih mudah, karena sudah memiliki hal-hal yang baik dalam dirinya, sehingga kemungkinan untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran agama tidak mungkin terjadi. Sekalipun Nimas tidak menyatakan tujuan hidupnya adalah kehidupan yang abadi kelak, seperti pernyataan Santosa 2011, namun cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan hidupya mengarah kepada kehidupan yang abadi kelak. Misi hidup Nimas adalah menjaga ketika putri yang telah dititipkan Tuhan padanya. Santosa 2011 menyatakan bahwa semua orang Jawa memiliki misi Universitas Sumatera Utara hidup untuk menjaga kehidupannya dan keluarganya agar tetap aman, damai, tenang, sejahtera, dan bahagia lahir batin, demikian halnya pada Nimas. Nimas membesarkan ketiga putrinya dengan selalu mengajarkan kebaikan dan selalu menempatkan Tuhan dalam segala hal. Agar ketiga putrinya kelak menjadi individu yang selalu dekat dengan Tuhan daln selalu melakukan kebaikan dalam segala aspek kehidupannya. Elkin dkk 1988 menyatakan bahwa individu yang memiliki spiritualitas tinggi akan menghormati segala hal dalam kehidupannya, percaya bahwa semua aspek kehidupan sifatnya suci. Sejalan dengan pandangan Nimas, namun seringkali Nimas merasa bahwa dirinya sendiri kadang merusak kesakralan itu sendiri, meskipun ia selalu berusaha untuk menjadi individu yang menjaga kesakralan tersebut. Nimas selalu berupaya untuk menyeimbangkan posisi nilai materi dalam kehidupannya dengan hubungannya terhadap Tuhan. Ketika Nimas sedang bekerja untuk mendapatkan nilai materi, ia selalu menempatkan ajaran-ajaran agama dalam pekerjaannya, seperti selalu jujur. Nimas berusaha menjadi individu yang bekerja dengan baik dan selalu sesuai dengan ajaran Tuhan. Nimas selalu berupaya untuk menanamkan hal tersebut, namun Nimas juga selalu berfikiran realistis, dengan keadaannya yang memiliki tiga putri yang masih kecil, tentunya nilai materi menjadi sangat penting untuk kehidupannya. Santosa 2011 menyatakan bahwa berbuat baik dan benar di dunia menjadi orientasi penting dalam kehidupan orang Jawa, karena amal baik itulah yang akan menjadi bekal ke akhirat dalam memperoleh surga. Nimas menyadari Universitas Sumatera Utara hal tersebut, sehingga ia selalu berupaya untuk membantu orang-orang yang berada disekitarnya. Sayangnya secara tidak sadar Nimas melakukan hal-hal tersebut dengan pamrih, hal ini dikarenakan ia seringkali menemukan orang-orang yang salah dalam mengartikan kebaikan yang dilakukannya. Dalam tradisi budaya Jawa sendiri, nilai-nilai kebaikan ini menjadi dasar dalam setiap tradisinya, sehingga setiap Nimas melakukan tradisi Jawa, ia akan memperoleh nilai-nilai kebaikan, seperti selalu membumi, rendah hati, dan pasrah terhadap Tuhan. Nimas melakukan segala tindakan dalam hidupnya selalu berdasarkan ajaran agama, termasuk tradisi budaya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Elkin dkk 1988 yang menyatakan bahwa individu yang spiritual berkomitmen terhadap segala hal yang dilakukannya. Nimas selalu menyaring tradisi yang ia anggap sesuai dengan keyakinannya sehingga bisa ia laksanakan. Elkin dkk 1988 menyatakan bahwa individu yang spiritual menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa tragedi terjadi dalam eksistensi manusia. Termasuk dalam tragedi dalam kehidupan yang dialami oleh Nimas. Nimas menganggap ketika ibu dan ibu mertuanya menderita kanker payudara, hal tersebut merupakan tragedi terberat dalam kehidupan Nimas. Awalnya Nimas sangat marah, karena menganggap hal tersebut merupakan hukuman baginya dan keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia merasa hal tersebut merupakan suatu pelajaran baginya dan keluarganya. Pasca kejadian, Nimas merasa menjadi individu yang lebih baik dan semakin dekat dengan Tuhan. Nimas juga menyadari bahwa peristiwa tersebut merupakan pengingat baginya, sesuai dengan pernyataan Mulyana 2006 Universitas Sumatera Utara Elkin dkk 1988 menyatakan bahwa individu menilai spiritualitas merupakan buah dari kehidupan. Demikian halnya yang dialami oleh Nimas, banyak manfaat yang ia rasakan ketika menjalankan ajaran agama dan tradisi budaya Jawa sehingga ia merasa menjadi individu yang lebih baik. Nimas merasakan Tuhan mempermudah jalannya dalam kehidupan, Nimas merasa mendapatkan ketenangan sehingga lebih pasrah dalam menjalani kehidupan. Faktor terbesar yang paling mempengaruhi spiritualitas Nimas adalah agama. Nimas dibesarkan dalam keluarga yang selalu membesarkannya dengan ajaran agama, sehingga hal tersebut sangat terinternalisasi dalam kehidupannya. Universitas Sumatera Utara

C. DESKRIPSI DATA III 1. Riwayat Responden

Nama : Bagus bukan nama sebenarnya Umur : 30 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan Terakhir : Strata 1 Pekerjaan : Pegawai Swasta Agama : Hindu Status : Menikah

2. Hasil Observasi a. Wawancara 1

Wawancara dilakukan setelah terjadi penundaan beberapa kali. Akhirnya, pada sabtu 15 Juni responden meluangkan waktunya yang sedang liburan di Medan untuk diwawancarai. Responden meminta wawancara dilakukan di sebuah coffe shop atas rekomendasi dari seorang temannya. Sekitar pukul 15:30 WIB, peneliti tiba terlebih dahulu untuk menyiapkan segala keperluan wawancara, mulai dari tempat yang strategis dan kondusif untuk melakukan wawancara sampai memeriksa alat perekam dan guideline kembali. Sambil menunggu, peneliti memesan sebuah minuman untuknya. Coffe shop tersebut berbentuk seperti huruf ā€œUā€ dengan meja barista berada di tengah tepat di depan pintu masuk. Kondisi coffe shop tidak begitu ramai dan pojokan yang berada di kanan kosong dan peneliti langsung memilih posisi tempat duduk di pojokan tersebut. Universitas Sumatera Utara