atau berharga, dalam proses tersebut apresiator mulai menentukan keputusan apakah suka atau tidak suka, indah atau tidak indah, cocok atau tidak cocok
dengan suasana hatinya. Berdasarkan beberapa kutipan pengertian apresiasi yang diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa apresiasi seni rupa pada dasarnya adalah kegiatan estetik apresiator dalam rangka merespons karya seni rupa yang dihadapi dengan
mengerahkan segenap potensi kejiwaan dalam menilai dan menghargai, merasakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menafsirkan makna di
balik bentuknya. Apresiasi dilakukan melalui proses pengamatan, penghayatan, pemahaman, penilaian dan akhirnya menimbulkan penghargaan terhadap karya
seni rupa. Kegiatan apresiasi diharapkan dapat mengembangkan dan mengantarkan seseorang untuk melihat keindahan karya seni rupa.
2.1.2. Pendekatan Apresiasi
Pendekatan approach merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat
bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Proses pembelajaran apresiasi seni dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan seperti yang dikemukakan
Sahman dan Soedarso dalam Sobandi 2008:141 yaitu sebagai berikut: 2.1.2.1.
Pendekatan Aplikatif Pendekatan aplikatif dilakukan melalui proses penciptaan seni secara
langsung. Hal tersebut sejalan dengan doktrin “learning by doing”. pendekatan
aplikatif memberikan peluang kepada peserta didik untuk memiliki pengalaman
estetis secara langsung, sehingga dapat membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan skill tertentu berdasarkan materi yang dipelajarinya. Keunggulan
pendekatan aplikatif, yaitu: a siswa memiliki kemampuan teknis dan estetis dalam memproduksi karya, b siswa memiliki pengalaman estetis sehingga
mendasari mereka untuk mampu mengomunikasikan pengalamannya melalui bahasa lisan maupun tulisan, c siswa memiliki pengetahuan dasar berkaitan
dengan proses pembuatan karya sehingga dapat melakukan penilaian berupa kegiatan kritik pada seni rupa lainnya, d tingkat pengalaman berkarya seni akan
memberikan gambaran kepada siswa untuk dapat membandingkan karya seni berdasarkan idegagasan, tujuan, teknik, media, gaya, dan aspek-aspek lainnya.
Namun demikian, pendekatan aplikatif juga memiliki kelemahan, yaitu: a bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam proses
pembuatan karya seni dirasakan pendekatan aplikatif sebagai beban yang berat, b materi yang kurang diminati siswa akan cenderung membosankan, c kegiatan
praktik cenderung diasumsikan sebagai kegiatan yang memerlukan dana yang besar sehingga perlu dipilih jenis kegiatan yang tepat, d guru dituntut lebih
inovatif dan kreatif dalam memilih jenis kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa.
2.1.2.2. Pendekatan Historis
Apresiasi dengan pendekatan historis dapat ditempuh melalui pengenalan sejarah seni. Penciptaan demi penciptaan, peristiwa demi peristiwa, yang masing-
masing memiliki problem sendiri, dibicarakan dan dibahas secara urut. Bidang kajian yang dapat diperdalam pada pendekatan historis adalah berkaitan dengan
seniman, tujuan pembuatan karya, latar belakang masyarakat penghasil karya, rentang waktu perkembangan karya yang dibahas dan persoalan yang lain yang
mendukung terhadap proses perwujudan karya seni. Kelebihan yang dimiliki pendekatan historis, yaitu: a siswa mampu
mengidentifikasi karya seni berdasarkan perkembangannya, b siswa akan memiliki pemahaman tentang latar belakang penciptaan karya seni, c siswa
mengetahui tujuan seniman dalam pembuatan karya seni, sedangkan kelemahan pendekatan historis adalah: a tidak semua karya seni diketahui latar belakang
penciptaannya, b untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai proses seniman dalam berkarya serta hal yang melatarbelakanginya perlu mendatangkan
seniman sehingga perlu ada dana tambahan, c ada persoalan pribadi yang susah diungkapkan dari seniman, tidak semua aspek dapat dirasionalisasikan dan
dikomunikasikan kepada masyarakat luas. 2.1.2.3.
Pendekatan Problematik Menyoroti masalah serta lika-liku seni sebagai sarana untuk dapat
menikmatinya secara semestinya dan deretan permaslahan seni yang perlu dibahas. Pendekatan problematik ditujukan untuk mengetahui isu-isu seputar
permasalahan seni menurut pandangan masyarakat. Pendekatan problematik pada praktiknya dalam pembelajaran memiliki kelebihan, yaitu: a siswa dapat
mengungkapkan gagasan secara rasional baik secara lisan maupun tulisan, b siswa dapat melakukan kerjasama dalam memecahkan masalah secara kelompok
melalui diskusi, c siswa dapat membicarakan permasalahan seni berdasarkan pengetahuan dan sudut pandang masing-masing sehingga akan ditemukan
pembahasan secara terpadu. Kelemahan pendekatan problematik antara lain: a tidak semua siswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang persoalan seni,
b masih kurangnya media informasi seperti buku atau media cetak yang beredar di masyarakat atau pasaran berkenaan dengan kesenian khususnya pendidikan seni
rupa. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan apresiasi dapat dilakukan melalui
pendekatan aplikatif, historis, dan problematik. Ketiga pendekatan tersebut dalam praktiknya dapat dilakukan secara terpisah dan atau secara terpadu sesuai dengan
karakteristik tujuan dan bahan yang dipelajari. Kegiatan apresiasi bagi siswa dapat dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Apresiasi di dalam kelas
dapat dilakukan dengan membahas karya seni, karya reproduksi, kegiatan pameran kelas atau sekolah dan sebagainya, sedangkan kegiatan apresiasi di luar
sekolah dapat dilakukan dengan mengunjungi tempat pameran seni rupa, kunjungan ke museum, mengunjungi pasar seni atau sentra-sentra seni kerajinan
yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau di kota masing-masing.
2.1.3. Kemampuan Apresiasi dalam Pembelajaran Seni Rupa