Hubungan Experiential Learning dengan Minds-On

21 Pengalaman memberikan kepercayaan kepada siswa untuk lebih berani dalam mengungkapkan informasi. Model experiential learning menjembatani pemikiran sebelum, saat dan sesudah siswa mengalami pengalaman tersebut. Belajar dari pengalaman mempunyai arti bahwa siswa menemukan sendiri konsepnya dan dengan jalan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya Sugiyanto, 2011. Berdasarkan hasil penelitian Ates et. al 2011 bahwa penerapan aktivitas hands-on dan minds-on dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Konsep yang ditemukan siswa melekat lebih lama dan siswa mempunyai caranya sendiri untuk mengembangkan kemampuan berdasarkan konsep yang ditemukan dari hasil pengalamannya sendiri.

2.7 Hubungan Experiential Learning dengan Minds-On

Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan menciptakan peluang dalam proses pembelajaran. Memperhatikan emosi siswa dapat membantu mempercepat kegiatan pembelajaran. Memahami emosi siswa juga dapat membuat pembelajaran lebih berarti. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental yang harus dijawab, seperti “Mengapa? Bagaimana? Apa?”. Menurut Anderson, sebagaimana dikutip Langer 2008: 28 mendeskripsikan bahwa tiga tahap pengalaman yang menghasilkan penguasaan keterampilan baru. Tahap kognitif pertama-tama mencangkup pengumpulan informasi yang cukup tentang keterampilan itu untuk memampukan pembelajaran melakukan perilaku yang diinginkan, sekurang-kurangnya dalam pemikiran sederhana. Tahap ini sering melibatkan pembicaraan dengan diri sendiri, dimana siswa akan 22 mengulangi informasi. Tahap asosiatif mencangkup pemolesan performa. Setiap kesalahan dalam pemahaman awal secara perlahan diidentifikasi dan dieliminasi pada tahap ini. Tahap otonom merupakan perbaikan performa. Pada tahap ini, perbaikan dapat berlangsung untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Otak atau pikiran kita mampu merasakan keseluruhan dan sebagaian dari suatu hal secara bersamaan. Otak secara aktif sibuk dalam “pembuatan makna” yaitu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sementara secara bersamaan memisahkan informasi ke dalam tempatnya masing-masing DePorter, 2014: 194. Experiential learning memusatkan siswa pada penggambaran awal tentang pengalamannya yang menekankan pada “apa lalu bagaimana”. Dalam hai ini otak diarahkan untuk memproses informasi awal sampai terbentuk informasi baru. Kemudian dari informasi baru ini, otak diarahkan lagi bagaimana menjadikan informasi baru ini menjadi keterampilan baru yang akan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa.

2.8 Bahan Ajar Berbasis Experiential Learning