22
mengulangi informasi. Tahap asosiatif mencangkup pemolesan performa. Setiap kesalahan dalam pemahaman awal secara perlahan diidentifikasi dan dieliminasi
pada tahap ini. Tahap otonom merupakan perbaikan performa. Pada tahap ini, perbaikan dapat berlangsung untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Otak atau pikiran kita mampu merasakan keseluruhan dan sebagaian dari suatu hal secara bersamaan. Otak secara aktif sibuk dalam
“pembuatan makna” yaitu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sementara
secara bersamaan memisahkan informasi ke dalam tempatnya masing-masing DePorter, 2014: 194.
Experiential learning memusatkan siswa pada penggambaran awal tentang pengalamannya yang menekankan pada
“apa lalu bagaimana”. Dalam hai ini otak diarahkan untuk memproses informasi awal sampai terbentuk informasi baru.
Kemudian dari informasi baru ini, otak diarahkan lagi bagaimana menjadikan informasi baru ini menjadi keterampilan baru yang akan menjadi pengalaman
bermakna bagi siswa.
2.8 Bahan Ajar Berbasis Experiential Learning
Pengembangan bahan ajar berbasis experiential learning diharapkan mampu memberikan informasi baru dan mampu memperjelas suatu gejala atau
kejadian IPA dalam dunia nyata berdasarkan pada pengalaman langsung siswa. Pembuatan bahan ajar ini bertujuan mengubah peran guru dari seorang pengajar
menjadi fasilitator, meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri, dan membantu
potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri.
23
Pengembangan bahan ajar berbasis experiential learning bertujuan untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu 1 mengubah struktur kognitif
siswa; 2 mengubah sikap siswa; dan 3 memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan
mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya menjadi tidak efektif. Karekteristik
bahan ajar berbasis experiential learning : a. Berisi pengalaman-pengalaman nyata yang dialami siswa.
b. Adanya jurnal kegiatan siswa yang bertujuan untuk memantau kegiatan siswa dan menuliskan respon terhadap pengalamannya.
c. Adanya tabel perilaku siswa. Pada setiap pertemuan siswa menilai perilaku diri sendiri, apakah termasuk perilaku positif atau perilaku negatif.
d. Adanya kotak pengalaman, dapat berupa data atau deskripsi pengalaman atau dapat berupa foto pelaksanaan pengalaman tersebut.
e. Terdapat soal-soal latihan dan evaluasi akhir. f. Selain itu bahan ajar berbasis experiential learning juga berisi TTS teka-teki
silang dan word square untuk melatih kreativitas siswa. g. Pengembangan bahan ajar berbasis experiential learning pada materi cahaya
pada sub bab sifat-sifat cahaya, hukum pemantulan, pembentukan bayangan dan sifat bayangan pada cermin datar, cekung, dan cembung serta
pemanfaatan cermin dalam kehidupan sehari-hari.
24
Semua kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya mendapatkan pengawasan dari guru, tetapi juga pengawasan dari orang tua siswa. Ditandai dengan kolom
tanda tangan orang tua siswa pada setiap kegiatan yang telah berlangsung.
2.9 Bahan Ajar Berbasis Experiential Learning dalam Meningkatkan