LOKASI BAHAN DAN PERALATAN .1 Bahan PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR GLUKOSA PADA HIDROLISIS TEPUNG BIJI DURIAN

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. 3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1 Biji durian 2 HCl 1 M 3 NaOH 1M 4 Aquadest 5 KI 20 6 H 2 SO 4 25 7 Na 2 SO 3 0,1 N 8 HCl 3 9 NaOH 30 10 Indikator Amilum 5

3.2.2 Peralatan

Peralatan yang drgunakan dalam penelitian ini meliputi: 1 Beker gelas 2 Gelas ukur 3 Erlenmeyer 4 Corong gelas 5 Batang pengaduk 6 Panci Pengukus 7 Termometer 8 pH meter 9 Kompor Universitas Sumatera Utara 30 10 Wadah plastik 11 Karet gelang 12 Alumunium foil 13 Pendingin leibig 14 Labu leher tiga 15 Refluks kondensor 16 Penangas air 17 Spatula 18 Blender 19 Ayakan 50 mesh 20 Hot plate 21 Buret 3.3 PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Pembuatan Tepung Biji Durian 1. Sebanyak 10 kg biji durian dicuci bersih. 2. Biji durian dibersihkan dari kulit arinya yang berwarna cokelat. 3. Biji durian dicuci bersih. 4. Diiris dengan ketebalan 2-3 mm 5. Lendir dari biji durian yang telah diirisi dihilangkan dengan cara menambahkan garam dapur pada biji durian, dicampur, diaduk-aduk dibawah air mengalir sampai keluar busa. 6. Direndam dengan air kapur selama 1 jam. 7. Ditiriskan lalu dicuci dengan air mengalir sampai lendir berkurang dan ditiriskan. 8. Dijemur di bawah sinar matahari. 9. Hasil pengeringan kemmudian dihaluskan dengan mesin pengiling dan diayak dengan ayakan 50 mesh hinga diperoleh tepung biji durian. [16]. Universitas Sumatera Utara 31 3.3.2 Pembuatan Sirup Glukosa dari Tepung Biji Durian [41] 1. Tepung biji durian ditimbang sebanyak 20 gr dimasukkan ke dalam beaker gelas 2. Ditambahkan aquadest 50 ml 3. Diaduk lalu ditambahkan 50 ml aquadest mendidih diaduk hingga mengental. 4. Ditambahkan HCl 25 ml sesuai dengan variasi konsentrasi 0,5 ; 0,75 dan 1 M. 5. Dimasukkan ke dalam labu leher tiga dipanaskan diatas hotplate dengan menggunakan penangas air pada suhu 90-95 o C selama waktu sesuai dengan variable yang telah ditentukan yaitu 30, 45 dan 60 menit. 6. Disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan ampas dan larutan hasil hidrolisis. 7. Didinginkan pada suhu kamar. 8. Dinetralkan kondisi asam larutan dengan NaOH dan dilihat dengan kertas pH apakah telah netral. 9. Dilakukan analisa sesuai dengan yang telah ditentukan. 3.3.3 Penentuan Kadar Glukosa [3] Analisis kadar pati dilakukan dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Adapun prosedur metode ini adalah sebagai berikut [3]: 1. Larutan Luff Schoorl dibuat dengan melarutkan 143,8 g Na 2 CO 3 anhidrat dalam 300 ml air suling. Sambil diaduk, tambahkan 50 gram asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 50 ml air suling. Tambahkan 25 gram, CuSO 4 . 5H 2 O yang telah dilarutkan dengan 100 ml air suling. Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu lalu ditambahkan dengan air suling hingga 1 liter dan kocok. Biarkan semalam dan disaring. Larutan ini mempunyai kepekatan Cu 2+ 0,2 N dan Na 2 CO 3 2 M. 2. Timbang 10 gram sampel tepung biji durian yang telah dihidrolisis dan dimasukkan ke dalam beaker gelas 500 ml. 3. Ditambahkan 10 ml Plumbum asetat netral. Universitas Sumatera Utara 32 4. Untuk menguji apakah penambahan Plumbum asetat sudah cukup ditetesi dengan larutan Na 2 HPO 4 10 . Bila timbul endapan putih menandakan penambahan plumbum asetat telah cukup. 5. Kemudian beaker gelas dipenuhi dengan aquadest 250 ml. 6. Dikocok dan dibiarkan selama kurang lebih 30 menit, selanjutnya disaring dengan kertas saring 7. Diperoleh Filtrat A. 8. Dilakukan titrasi blanko.

3.3.4 Titrasi Blanko

1. Dipipet 25 ml aquadest, 25 ml larutan Luff Schroll dan dimasukkan beberapa butir batu didih ke dalam erlenmeyer 300 ml. 2. Dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan terus selama 10 menit dengan nyala api kecil. 3. Setelah dingin ditambahkan 15 ml KI 20 dan 25 ml H 2 SO 4 25 ditambahkan dengan hati-hati. 4. Dititer dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sebagai indikator larutan kanji 0,5. Misalnya: Thiosulfat yang terpakai b ml.

3.3.5 Menghitung Kadar Gula Reduksi Sebelum Inversi

1. Dipipet 10 ml filtrat A, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml bertutup dan ditambahkan 15 ml aquadest, 25 ml larutan luff dan beberapa butir batu didih. 2. Dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan terus selama 10 menit dengan nyala api kecil. 3. Setelah dingin ditambahkan 15 ml KI 20 dan 25 ml H 2 SO 4 25 risditambahkan dengan hati-hati. 4. Dititer dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sebagai indicator larutan kanji 0,5 Misalnya : Thiosulfat terpakgai a ml Perhitungan : b-a ml Thiosulfat 0,01 N, kemudian dikonversikan dengan menggunakan tabel. Universitas Sumatera Utara 33 X 100 x contoh mg n pengencera x reduksi gula mgr inversi sebelum gula Kadar = =

3.3.6 Menghitung Gula Reduksi Sesudah Inversi

1. Dipipet 25 ml filtrat A, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. 2. Ditambahkan 5 ml HCl 25 , dipanaskan diatas penangas air pada suhu 70 o C selama 10 menit agar terjadi inverse. 3. Kemudian didinginkan, lalu kelebihan HCl 25 dinetralkan dengan indicator phenolphthalein. 4. Kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda garis 100 ml dan dikocok. 5. Dipipet 10 ml ke dalam erlenmeyer, dan ditambahkan 25 ml larutan luff dan air 15 ml lalu di kocok. 6. Dipanaskan dan dibiarkan mendidih selama 10 menit dengan nyala api kecil. 7. Kemudian didingankan dengan pendingin es. 8. Setelah dingin ditambahkan 15 ml KI 20 dan 25 ml H 2 SO 4 25 ditambahkan dengan hati-hati. 9. Lalu dititer dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,01 N dengan indicator larutan kanji Misalnya : Thiosulfat terpakai c ml Perhitungan : b-c ml thiosulfat 0,01 N, kemudian dikonversikan dengan menggunakan tabel. Y 100 x contoh mg n pengencera x reduksi gula mgr inversi setelah gula Kadar = = Setelah diketahui gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisa sukrosa maka dapat dihitung jumlah sukrosa yaitu dengan mengalikan dengan satu faktor yang diperoleh dari perbandingan berat molekul BM sukrosa dengan BM dua molekul gula reduksi. 0,95 180 x 2 342 x reduksi gula BM 2 sukrosa BM Konversi Faktor = = Kadar sukrosa = kadar gula sesudah inverse – kadar gula sebelum inversi x 0,95. Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 3.1 Penetapan kandungan gula inversi menurut Luff Schoorl [3] Na 2 S 2 O 3 0,1 N ml Glukosa, fruktosa Gulainversi mg Laktosa mg Maltosa mg 1 2,4 3,6 3,9 2 4,8 7,3 7,8 3 7,2 11,0 11,7 4 9,7 14,7 15,6 5 12,2 18,4 19,6 6 14,7 22,1 23,5 7 17,2 25,8 27,5 8 19,8 29,5 31,5 9 22,4 33,2 35,5 10 25,0 37,0 39,5 11 27,6 40,8 43,5 12 30,3 44,6 47,5 13 33,0 48,6 51,6 14 35,7 52,2 55,7 15 38,5 56,0 59,8 16 41,3 59,9 63,9 17 44,2 63,8 68,0 18 47,1 67,7 72,2 19 50,0 71,1 76,5 20 53,0 75,1 80,9 21 56,0 79,8 85,4 22 59,1 83,9 90,0 23 62,2 88,0 94,6 Universitas Sumatera Utara 35 3.3.7 Analisa Kadar Air Sirup Glukosa [2] 1. Sirup glukosa ditimbang sebanyak 2 gr 2. Lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 105 o C 3. Pada waktu tertentu, sirup glukosa dikeluarkan dari oven dan dimasukan ke dalam desikator 4. Ditimbang berat sirup glukosa hingga massa yang diperoleh 5. Kadar air dihitung dengan rumus: X 100 x kering berat kering berat - basah berat air Kadar = = 3.3.8 Prosedur Analisa Kadar Abu Sirup Glukosa [2] 1. Ditimbang sirup glukosa sebanyak 2 gr dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. 2. Dipanaskan dengan menggunakan furnace hingga terbentuk abu 3. Abu didinginkan lalu ditimbang beratnya 4. Diulang hingga berat abu konstan 5. Kadar abu dihitung dengan rumus: Y 100 x bahan berat abu berat bahan abu Kadar = = Universitas Sumatera Utara 36 3.4 FLOWCHART PENELITIAN 3.4.1 Flowchart Pembuatan Tepung Biji durian Mulai Dicuci 10 kg biji durian Biji durian dibersihkan dari kulit ari Diiris dengan ketebalan 2-3 mm Ditambahkan garam dan dicuci pada air mengalir Direndam dengan air kapur selama 1 jam Ditiriskan dan di cuci pada air mengalir sampai busanya berkurang Dijemur pada sinar matahar i Digiling dan diayak menjadi tepung Selesai Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Tepung Biji Durian Universitas Sumatera Utara 37

3.4.2 Flowchart Pembuatan Sirup Glukosa dari Tepung Biji Durian

Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Sirup Glukosa Mulai Tepung biji durian ditimbang 50 gr dimasukkan ke dalam beaker gelas Ditambahkan 50 ml aquadest Ditambahkan 50 ml aquadest Ditambahkan HCl 25 ml dengan variasi konsentrasi 0,5 M;0,75M:1M Dipanaskan hingga suhu 90-95 o C dengan variasi waktu 30,45 dan 60 menit Dianalisa glukosida hasil hidrolisis Selesai Universitas Sumatera Utara 38

3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Glukosa

Mulai Ditimbang 2 gram cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml Tambahkan 5 ml Pb asetat setengah basa dan goyangkan Tambahkan larutan NH 4 2 HPO 4 10 Goyangkan dan tambahkan air suling pada labu ukur sampai 50 ml, dan dikocok 12 kali biarkan dan saring Pipet 10 ml larutan hasil penyaringan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml Tambahkan 15 ml air suling dan 25 larutan Luff serta beberapa butir batu didih Apakah terbentuk endapan? Teteskan 1 tetes larutan NH 4 2 HPO 4 10 Apakah terbentuk endapan putih? A Tidak Tidak Ya Ya Universitas Sumatera Utara 39 Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20 dan 25 ml larutan H 2 SO 4 25 Titer dengan larutan tio 0,1 N dengan larutan kanji 0,5 sebagai indikator Apakah terbentuk warna putih kekuningan? Dicatat volume larutan tio 0,1 N yang terpakai V 1 Selesai A Panaskan selama 10 menit kemudian angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es Tidak Ya Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Kadar Glukosa Universitas Sumatera Utara 40

3.4.4 Flowchart Penentuan Kadar Air Sirup Glukosa

Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Kadar Air Sirup Glukosa Mulai Sirup glukosa ditimbang sebanyak 2 gr Dikeringkan dengan oven suhu 105 o C Sirup glukosa yang sudah kering di desikator Ditimbang dan dihitung kadar air sirup Selesai Universitas Sumatera Utara 41

3.4.5 Flowchart Penentuan Kadar Abu Sirup Glukosa

Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Kadar Abu Sirup Glukosa Mulai Sirup glukosa ditimbang sebanyak 2 gr Dimasukkan ke dalam cawan porselein Dipanaskan dengan menggunakan furnace Abu didinginkan dan ditimbang beratnya Selesai Diulang hingga berat Abu Konstan Dihitung kadar abu sirup glukosa Universitas Sumatera Utara 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR GLUKOSA PADA HIDROLISIS TEPUNG BIJI DURIAN

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Glukosa Pada Hidrolisis Tepung Biji Durian Dari gambar 4.2 di atas terlihat bahwa kadar glukosa semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu yang diberikan pada saat proses hidrolisis. Dimana dapat dilihat bahwa pada waktu 60 menit kadar glukosa untuk masing- masing perlakuan semakin meningkat, dan kadar glukosa tertinggi pada konsentrasi asam HCl 1 M dan waktu hidrolisis 60 menit yaitu 5,371538 dan kadar glukosa terendah pada penambahan asam 0,75 M dengan waktu hidrolisis 30 menit yaitu 1,0278 . Penambahan waktu hidrolisis mampu meningkatkan kadar glukosa yang didapat karena dengan adanya penambahan waktu hidrolisis maka terjadinya kontak antara reaktan yang mengakibatkan konversi dari reaktan menjadi produk akan semakin sering terjadi. Hal ini juga ditunjukkan pada warna larutan hidrolisat, dimana sebelum dilakukan hidrolisis, larutan berwarna jernih kekuningan, kemudian ketika menit ke-30 warna larutan berubah menjadi agak kecokelatan, kemudian selanjunya semakin bertambahnya waktu menjadi berwarna cokelat kemerahan. Intensitas warna larutan hidrolisat menjadi semakin Universitas Sumatera Utara 43 meningkat seiring dengan penambahan waktu. Meningkatnya intensitas warna larutan hidrolisat yang semakin pekat menunjukkan bahwa semakin banyak pati biji durian yang terhidrolisis menjadi glukosa [22]. Pada konsentrasi asam tertinggi pada penelitian ini yaitu 1 M diperoleh hasil kadar glukosa paling optimum. Hal ini disebabkan oleh penambahan asam sebagai katalisator dapat mengaktifkan pereaksi, sehingga pada suhu yang tetap dan tidak terlalu tinggi, zat-zat pereaksi yang aktif semakin banyak dan kecepatan reaksi bertambah besar. Dalam waktu tertentu, karbohidrat yang berubah menjadi glukosa juga meningkat. Hal ini juga ditegaskan oleh teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam yang dipakai, maka semakin cepat reaksi hidrolisis, tetapi dalam penggunaan asam sebaiknya jangan terlalu banyak karena juga dapat merusak atau merubah glukosa berubah menjadi furfural [14]. Universitas Sumatera Utara 44 4.2 PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI HCl TERHADAP KADAR AIR SIRUP GLUKOSA PADA HIDROLISIS TEPUNG BIJI DURIAN Gambar 4.2 Pengaruh Waktu dan Konsentrasi HCl Terhadap Kadar Air Sirup Glukosa Pada Hidrolisis Tepung Biji Durian Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu hidrolisis akan semakin mengurangi kadar air sirup dalam sirup glukosa meskipun telah mendapat penambahan sejumlah tertentu larutan HCl 0,5 M, 0,75 M, dan 1 M sebagai penghidrolisa. Pada penelitian ini kadar air yang terkandung pada sirup glukosa terendah adalah 51,2150 dengan lama hidrolisis 60 menit dan konsentrasi HCl yang digunakan 1 M, sedangkan menurut standar Nasinal Indonesia SNI kadar air yang terkandung di dalam sirup glukosa adalah maksimum 20 [5]. Hal ini disebabkan oleh tinggi dan kurang stabilnya temperatur selama proses hidrolisa berlangsung yaitu antara 95-100 o C Semakin sedikit kadar air maka semakin baik mutu sirup glukosa [41]. Universitas Sumatera Utara 45 4.3 PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI HCl TERHADAP KADAR ABU SIRUP GLUKOSA PADA HIDROLISIS TEPUNG BIJI DURIAN Gambar 4.3 Pengaruh Waktu dan Konsentrasi HCl Terhadap Kadar Abu Sirup Glukosa pada Hidrolisis Tepung Biji Durian Berdasarkan gambar diatas umumnya menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu hidrolisis maka kadar abu dari sirup glukosa juga semakin meningkat. Hasil menunjukkan bahwa lama hidrolisis dan penambahan sejumlah HCl dengan variasi konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 1 M kadar abu yang diperoleh lebih tinggi daripada dengan perlakuan konsentrasi HCl 0,5 dan 0,75 M. Semakin lama waktu hidrolisis dan semakin pekat konsentrasi HCl maka semakin sempurna pemecahan pati menjadi glukosa sehingga kadar abu semakin tinggi hingga lama hidrolisis 60 menit. Akan tetapi kadar abu yang diijinkan untuk sirup glukosa secara nasional adalah 14,98 [5], sedangkan pada penelitian ini kadar abu terendah diperoleh 16,0754 . Terjadinya peningkatan kadar abu juga dipengaruhi oleh terlarutnya garam-garam mineral yang terkandung dalam tepung biji durian [41]. Universitas Sumatera Utara 46

4.5 TABEL STANDAR NASIONAL SIRUP GLUKOSA