Definisi Operasional Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri Di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016

4.4.2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Sentosa Baru berupa profil puskesmas dan KMS anak balita.

4.5. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran Antropometri a. Definisi : pengukuran pada dimensi tubuh manusia. b. Cara ukur : melakukan variabel pengukuran BB, TB, dan umur kemudian dilakukan perhitungan BBTB dan BBU. c. Alat ukur : timbangan untuk mengukur BB, microtoisepapan pengukur untuk mengukur TB, serta data balita untuk mengetahui umur balita. d. Skala pengukuran : numerik. 2. Berat Badan Balita a. Definisi : berat badan balita saat dilakukan penelitian. b. Cara ukur : pastikan timbangan injak diletakkan di lantai yang datar, lihat posisi jarum harus menunjuk ke angka 0 nol, anak sebaiknya memakai baju yang tipis dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Kemudian anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegang. Kemudian baca angka yang ditunjukkan oleh jarum. Balita yang belum dapat berdiri menggunakan timbangan bayi baby scale. Timbangan bayi diletakkan pada bidang datar. Pastikan posisi jarum menunjuk ke angka 0 nol. Kemudian letakkan balita di atas timbangan dan baca angka yang ditunjukkan oleh jarum. c. Alat ukur : balita yang belum dapat berdiri diukur dengan baby scale timbangan bayi, sedangkan untuk balita yang telah dapat berdiri digunakan timbangan injak. d. Skala pengukuran : numerik. Universitas Sumatera Utara 3. Umur Balita a. Definisi : usia balita saat dilakukan penelitian. b. Cara ukur : Umur dihitung dalam bulan yang ditentukan i. Pembulatan ke atas dilakukan bila lebih dari 15 hari dan sebaliknya. ii. Bila tidak ingat tanggal lahir maka tanggal lahir ditentukan pada tanggal 15. iii. Bila tidak ingat bulan lahir maka bulan lahir ditentukan pada bulan ke 6 c. Alat ukur : data balita. d. Skala ukur : numerik.

4. Tinggi Badan Balita

a. Definisi : tinggi badan balita saat dilakukan penelitian. b. Cara ukur : bagi balita yang telah dapat berdiri dilakukan pengukuran dengan microtoise. Posisikan badan dengan berdiri tegak menghadap ke depan, tumit menempel pada dinding. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun, kemudian baca angka pada batas tersebut. Pastikan anak tidak memakai sandal atau sepatu. Bagi balita yang belum dapat berdiri dilakukan pengukuran dengan papan pengukur. Alat diletakkan pada permukaan yang rata. Lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang papan pengukur. Luruskan tungkai bayi bila dengan cara lutut bayi secara lembut agar lurus. Dorong bagian kaki atau foot board sehingga menempel dengan tumit bayi. c. Alat Ukur : balita yang telah dapat berdiri diukur dengan microtoise, sedangkan balita yang belum dapat berdiri digunakan papan pengukur. d. Skala pengukuran : numerik. 5. Status Gizi Anak Balita a. Definisi : keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan melakukan pengukuran antropometri. Universitas Sumatera Utara b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan menurut umur BBU dan berat badan menurut tinggi badan BBTB kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS menggunakan indikator BBU dan BBTB. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBU dan BBTB. d. Skala pengukuran : ordinal. 6. Gizi buruk a. Definisi : status kondisi seseorang dengan nutrisinya di bawah standar rata-rata Z-score -3,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBU kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBU. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBU. d. Skala pengukuran : ordinal. 7. Gizi kurang a. Definisi : status kondisi menunjukkan kekurangan gizi dengan nilai standar Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score -2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBU kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBU. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBU. d. Skala pengukuran : ordinal. 8. Gizi Baik a. Definisi : status kondisi yang menunjukkan keseimbangan nutrisi dengan nilai standar Z-score ≥-2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBU kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBU. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBU. d. Skala pengukuran : ordinal. Universitas Sumatera Utara 9. Gizi Lebih a. Definisi : status kondisi yang menunjukkan dengan lebih dari normal dan nilai standar Z-score 2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBU kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBU. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBU. d. Skala pengukuran : ordinal. 10. Sangat Kurus a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score -3,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBTB kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBTB. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBTB. d. Skala pengukuran : ordinal. 11. Kurus a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score -2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBTB kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBTB. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBTB. d. Skala pengukuran : ordinal. 12. Normal a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBTB kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBTB. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBTB. d. Skala pengukuran : ordinal. Universitas Sumatera Utara 13. Gemuk a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score 2,0. b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BBTB kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BBTB. c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BBTB d. Skala pengukuran : ordinal. 14. Karakteristik Ibu Balita a. Definisi: Umur ibu balita, pendidikan ibu balita, pekerjaan ibu balita, pendapatan, jumlah anggota keluarga. b. Cara ukur : wawancara. c. Alat ukur : kuisioner. d. Kategori : I. Pendidikan ibu i. Tamat SD ii. Tamat SMP iii. Tamat SMA iv. Tamat D3 v. Tamat S1 II. Pekerjaan ibu i. Ibu rumah tangga ii. PNS iii. Pegawai swasta iv. Wiraswastaberdagang v. Bertaniberkebun III. Pendapatan i. Rp 2.037.000,00 ii. ≥ Rp 2.037.000,00 IV. Jumlah anak dalam keluarga i. 1-2 orang ii. 2 orang Universitas Sumatera Utara V. Skala pengukuran : ordinal.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data