beberapa penyakit seperti penyakit tuberkulosa, campak, polio dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu. Di samping itu, pemeliharaan higiene dan sanitasi
lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi. c.
Tuberkolosis Paru TB Paru Penyakit tuberkulosis atau lazim disebut TBC merupakan suatu penyakit
menular yang dapat menyerang semua kelompok masyarakat. Semua orang dari berbagai golongan umur, status sosial ekonomi, ras maupun suku bangsa dan
tempat tinggal memiliki risiko untuk terkena penyakit TBC. Infeksi tuberkulosis jauh lebih berat pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Hal ini
disebabkan oleh memburuknya keadaan sosial ekonomi dan kesehatan individu seperti kemiskinan dan nutrisi yang kurang memadai.
2.4. Pola Asuh
Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan, pengobatan,
pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang dan rekreasi. Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik
dan biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi yang baik berupa pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu
ibu MP-ASI tepat waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak berumur 2 tahun, kecukupan waktu ibu dalam merawat bayi, imunisasi dan
pemantauan status gizi melalui kegiatan penimbangan.
11
Menurut Azwar, pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pola pengasuhan anak merupakan sikap dan praktik ibu atau pengasuh lain dalam kedekatannya dengan
anak, cara merawat, cara memberi makan serta memberi kasih sayang.
30
2.4.1. Pola asuh makan
Pola asuh makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih dan mempunyai khas untuk satu kelompok tertentu. Penanaman pola makan yang beraneka ragam makanan harus dilakukan sejak bayi dan ibu
harus tahu serta mampu menerapkan pola makan sehat. Pola asuh makan balita berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah ditanamkan sejak awal
pertumbuhan.
31
Kasus gizi buruk banyak terjadi pada kelompok balita sehingga dikatakan sebagai kelompok rentan karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan
yang pesat di mana memerlukan zat gizi yang optimal. Sampai saat ini masalah kesehatan dan gizi masih diprioritaskan untuk kelompok balita karena rentan
terhadap masalah kesehatan dan gizi. Pada masa ini proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat disebut dengan masa keemasan golden age, di mana
pada masa ini otak berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Balita yang sedang mengalami proses pertumbuhan dengan pesat
memerlukan asupan zat makanan relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik dan bergizi.
32
Menurut Kemenkes RI 2011, pola makan yang baik bagi bayi dan balita adalah sebagai berikut :
a. Usia 0-6 bulan
Usia 0-6 bulan pertama kehidupan bayi merupakan usia dimana bayi hanya diberikan ASI saja. Yang harus diperhatikan oleh ibu adalah
1. Memberikan ASI yang pertama keluar kolostrum.
2. Berikan hanya ASI ASI eksklusif.
3. Tidak memberikan makanan maupun minuman lain selain ASI
4. Menyusui bayi sesering mungkin.
5. Memberikan ASI sekehendak keinginan bayi, minimal delapan kali
sehari. 6.
Apabila bayi tidur lebih dari tiga jam, membangunkannya untuk kemudian menyusukannya
7. Menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian.
8. Menyusui sampai payudara terasa kosong, baru kemudian pindah ke
payudara sisi yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Usia 6-8 bulan
Pada usia 6-8 bulan, bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI. Yang harus diperhatikan ibu adalah :
1. Tetap meneruskan pemberian ASI sesering mungkin
2. Mulai memberikan makanan pendamping ASI MP-ASI seperti bubur
susu dan makanan lumat bubur lumat, sayuran, daging, dan buah yang dilumatkan, biskuit, dan lain-lain sebanyak 2-3 kali sehari.
3. Memberikan MP-ASI secara bertahap sesuai umur anak, pada tahap awal
2-3 sendok makan kemudian secara bertahap ditambah hingga mencapai setengah gelas atau 125 cc setiap kali makan.
4. Memberikan ASI terlebih dahulu kemudian MP-ASI.
5. Memberikan makanan selingan seperti jus buah dan biskuit 1-2 kali dalam
sehari 6.
Memberikan tambahan 1-2 gelas susu perhari pada bayi yang tidak mendapat ASI karena alasan medis.
c. Usia 9-11 bulan
Hal-hal yang harus diperhatikan ibu dalam memberi makan anak usia 9-11 bulan adalah:
1. Tetap meneruskan pemberian ASI.
2. Memberikan MP-ASI dalam bentuk makanan lunak seperti nasi tim atau
makanan yang dicincang kecil sehingga mudah ditelan anak dengan frekuensi pemberian 3-4 kali sehari.
3. Memberikan makanan dengan porsi setengah gelasmangkuk atau
sebanyak 125 cc perkali makan. 4.
Memberikan makanan selingan yang dapat dipegang anak diantara waktu makan lengkap sebanyak 1-2 kali sehari.
5. Memberikan tambahan 1-2 gelas susu perhari pada bayi yang tidak
mendapat ASI karena alasan medis.
Universitas Sumatera Utara
d. Usia 1-2 tahun 12-24 bulan
1. Mulai memperkenalkan anak dengan makanan keluarga yang terdiri dari
¾ gelas nasi 200 cc, 1 potong kecil ikandagingayamtelur, 1 potong kecil tempetahu atau 1 sdm kacang-kacangan, ¼ gelas sayur, dan 1
potong buah dengan frekuensi 3-4 kali sehari. 2.
Memberikan makanan selingan seperti bubur dan kue dua kali sehari. 3.
Meneruskan pemberian ASI apabila memungkinkan.
e. Usia 2-5 tahun 24-60 bulan
1. Memberikan anak makanan orang dewasa dengan frekuensi tiga kali
sehari. 2.
Memberikan anak ½ porsi makanan orang orang dewasa yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah.
3. Memberikan makanan selingan seperti bubur kacang hijau, biskuit, dan
kue dua kali sehari di antara waktu makan. 4.
Tidak memberikan makanan manis dekat dengan waktu makan, karena dapat mengurangi nafsu makan anak.
33
2.4.2. Pola asuh kesehatan dan pelayanan kesehatan