d. Usia 1-2 tahun 12-24 bulan
1. Mulai memperkenalkan anak dengan makanan keluarga yang terdiri dari
¾ gelas nasi 200 cc, 1 potong kecil ikandagingayamtelur, 1 potong kecil tempetahu atau 1 sdm kacang-kacangan, ¼ gelas sayur, dan 1
potong buah dengan frekuensi 3-4 kali sehari. 2.
Memberikan makanan selingan seperti bubur dan kue dua kali sehari. 3.
Meneruskan pemberian ASI apabila memungkinkan.
e. Usia 2-5 tahun 24-60 bulan
1. Memberikan anak makanan orang dewasa dengan frekuensi tiga kali
sehari. 2.
Memberikan anak ½ porsi makanan orang orang dewasa yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah.
3. Memberikan makanan selingan seperti bubur kacang hijau, biskuit, dan
kue dua kali sehari di antara waktu makan. 4.
Tidak memberikan makanan manis dekat dengan waktu makan, karena dapat mengurangi nafsu makan anak.
33
2.4.2. Pola asuh kesehatan dan pelayanan kesehatan
Asuh kesehatan berdasarkan aspek pola asuh meliputi praktik kebersihan dan sanitasi lngkungan dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti
pencarian pelayanan kesehatan. Anak balita adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait dengan interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah
tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan anak balita sakit dan status imunisasi adalah faktor yang
memengaruhi tingkat kesehatan anak balita dan status gizi anak balita. Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan
kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat memengaruhi status gizi anak balita. Anak balita yang mendapatkan imunisasi
akan lebih rendah mengalami risiko penyakit. Anak balita yang dipantau status
Universitas Sumatera Utara
gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi akan adanya gangguan status gizi. Sakit yang lama, berulang akan
mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi. 2.5. Karakteristik Keluarga
2.5.1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi
mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang
ibu perlu keterampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan
penyebab kejadian gangguan kurang gizi.
24
Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan
berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih makanan. Menurut Suharjo, suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya
pengetahuan gizi didasarkan pada : a. Tingkat pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan status gizi yang
optimal. Status gizi yang cukup merupakan syarat penting untuk kesehatan. b. Pengetahuan gizi seseorang akan mempengaruhi status gizinya jika makanan
yang dimakan dapat menyediakan zat-zat gizi yang nantinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh.
c. Dengan adanya ilmu gizi masyarakat dapat belajar menggunakan pangan untuk perbaikan gizi.
14
Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting. Mengingat peran ibu dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak mengetahui gizi
makanan akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada balita adalah ketidaktahuan akan hubungan makananan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makananan tertentu, adanya kebiasaan atau
Universitas Sumatera Utara
pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang
rapat. Ketidaktahuan ibu balita akan kebutuhan gizi balita bisa mengakibatkan
asupan gizi pada anak tidak terpenuhi dengan baik sehingga proses tumbuh kembang anak akan terhambat dan anak dapat mengalami kekurangan gizi. Anak
yang mengalami defisiensi gizi pada usia muda, kemungkinan besar akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan kapasitas intelektualnya rendah.
34
2.5.2. Tingkat pendidikan ibu