2.2.3. Kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri
Kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri Kelebihan
Keterbatasan
Relatif murah. Membutuhkan data referensi yang
relevan Cepat, sehingga dapat dilakukan pada
populasi yang besar Kesalahan
yang muncul,
seperti kesalahan
pada peralatan
belum dikalibrasi
dan kesalahan
pada observer kesalahan pengukuran dan
pencatatan Objektif
Hanya mendapatkan
data pertumbuhan,
obesitas, malnutrisi
karena kurang energi dan protein Gradabel, artinya dapat dirangking
Tidak mendapatkan
informasi mengenai defisiensi zat gizi mikro
Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden
Sumber: Rangkuman Jellife DB Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford University Press dalam Syafiq, A et al, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Rajagrafindo,
Jakarta. Hlm 265
Berdasarkan kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri serta adanya faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan, maka peneliti
menggunakan metode pengukuran antropometri. Faktor-faktor lain tersebut adalah tujuan pengukuran, yaitu melihat fisik anak balita; unit sampel yang diukur, yaitu
kelompok masyarakat rawan gizi; ketersediaan fasilitas peralatan, tenaga, waktu dan dana.
12
2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita
Akar masalah faktor penyebab gizi kurang adalah krisis ekonomi, politik dan sosial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah pokok dalam
masyarakat, seperti: a pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan, b kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya
masyarakat serta c kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Masalah-
Universitas Sumatera Utara
masalah pokok pada masyarakat menyebabkan 3 hal sebagai penyebab tidak langsung kurang gizi, yaitu 1 tidak cukup persediaan pangan, 2 pola asuh anak
tidak memadai, dan 3 sanitasi dan air bersih, pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Timbulnya ketiga masalah tersebut mengakibatkan makanan tidak
seimbang serta menimbulkan penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kurang gizi.
5
Menurut Suhardjo, faktor-faktor yang memengaruhi status gizi adalah : 1 faktor pertanian yang meliputi seluruh usaha pertanian mulai dari penanaman
sampai dengan produksi dan pemasaran; 2 faktor ekonomi, yaitu besarnya pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga; 3 faktor sosial budaya meliputi kebiasaan makan, anggapan terhadap suatu makanan yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan tertentu, kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu; 4 faktor fisiologi, yaitu metabolisme zat gizi dan pemanfaatannya oleh tubuh, keadaan kesehatan seseorang, adanya keadaan
tertentu misalnya hamil dan menyusui; dan 5 faktor infeksi, yaitu adanya suatu penyakit infeksi dalam tubuh.
14
Faktor lain yang berpengaruh terhadap status gizi selain faktor-faktor diatas adalah besar keluarga, pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan seseorang.
14
Besar keluarga meliputi banyaknya jumlah individu dalam sebuah keluarga, pembagian
makan dalam keluarga dan jarak kelahiran anak. Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan sehari-
hari dalam menyediakan kebutuhan pangan, sedangkan tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi daya nalar seseorang dalam interpretasi terhadap
suatu hal. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang
tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun
seorang ibu perlu keterampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari
merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi.
24
Universitas Sumatera Utara
Beberapa variabel yang merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kurang gizi pada anak balita sebagai berikut:
a. Asupan Zat Gizi