Etiologi Epidemiologi Gejala Diagnosis

2.1.10. Fisiologi

Fungsi utama laring adalah untuk melindungi jalan napas, respirasi, dan fonasi. Laring melindungi jalan napas selama menelan dengan cara menutup auditus laringis oleh kerja sfingter dari otot tiroaritenoideus dalam plika aeroepiglotika dan korda vokalis palsu. Selain itu, korda vokalis sejati dan aritenoid mengalami adduksi. Elevasi laring ke atas dan ke depan disertai terdorongnya epiglotis dan plika aeripiglotika ke bawah akan mengalihkan makanan ke arah lateral yaitu menjauhi auditus laringis dan masuk ke introitus esofagi. Laring juga berperan dalam proses respirasi melalui perubahan tekanan intratoraks yang dipengaruhi berbagai tingkat penutupan korda vokalis sejati. Perubahan tekanan ini mempengaruhi pengisian dan pengosongan jantung dan paru.Selain itu, laring juga berperan dalam terjadinya batuk dikarenakan bentuk korda vokalis palsu maupun sejati memungkinkan laring berperan sebagai katup tekanan bila menutup.Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan intratorakal. Pelepasan tekanan yang tiba-tiba akan menimbulkan batuk yang berfungsi untuk membersihkan sekret maupun makanan yang berada dalam auditus laringis. Fungsi laring sebagai penghasil suara merupakan peristiwa yang terjadi belakangan. Suara dihasilkan dari getaran pasif korda vokalis oleh udara yang dihirup Cohen, 2012;Woodson Zaya,2008. 2.2. Kanker laring 2.2.1. Definisi Kanker laring merupakan pertumbuhan sel ganas pada laring dimana lebih dari 95 dari kanker laring merupakan karsinoma sel skuamous Vasan, 2008.

2.2.2. Etiologi

Penyebab kanker laring sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok dan peminum alkohol memiliki risiko tinggi terhadap kanker laring. Analisis internasional menunjukkan kurang lebih 89 terjadinya kanker laring disebabkan dampak kombinasi merokok dan konsumsi alkohol Hashibe et al,2008. Beberapa penelitian menunjukkan adanya Universitas Sumatera Utara peningkatan risiko terjadinya kanker laring pada pekerja-pekerja yang terpapar asbes dan debu kayu Rushton,2010.

2.2.3. Epidemiologi

Kanker laring menempati urutan kedua keganasan yang paling sering terjadi di bagian kepala dan leher EA, 2008 dalam Betiol, 2013.Insidensi kanker laring di dunia pada tahun 2012 mencapai 156.877 kasus atau 1-2 dari seluruh keganasan di seluruh dunia, sedangkan insidensi kanker laring di Asia pada tahun 2012 adalah 77.505 kasus dan di Indonesia adalah 2.657 kasus Globocan,2012. Kanker laring lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3-5:1 meskipun terdapat peningkatan risiko pada perempuan dikarenakan meningkatnya jumlah perempuan yang merokok. Insidensi tertinggi kanker laring ini terjadi pada usia dekade keenam dan ketujuh Vasan,2008.Lebih dari 90 kanker laring merupapkan squamous cell carcinoma Kuper, 2002. Sekitar 60 keganasan laring dapat terjadi di daerah glotis,sekitar 35 di daerah supraglotis dan sisanya terjadi di daerah subglotis American Cancer Society, 2012.

2.2.4. Gejala

Gejala kanker laring dipengaruhi oleh ukuran dan lokasi tumor Vasan,2008. Gejala yang sering ditemukan adalah : • Suara serak • Sesak nafas • Nyeri tenggorokan • Batuk dan hemoptysis • Otalagia ipsilateral

2.2.5. Diagnosis

Tanda dan gejala kanker laring adalah suara serak, disfagia, hemoptisis, massa di leher, nyeri tenggorokan, nyeri telinga, dan sesak nafas. Pada kanker di daerah glotis perubahan ringan pada kontur, ketebalan atau karakteristik vibrasi Universitas Sumatera Utara pada korda vokalis akan segera mengakibatkan perubahan pada suara sehingga penderita kanker glotis akan memeriksakan diri pada saat stadium awal. Pasien dengan kanker di daerah supraglotis akan memeriksakan diri pada stadium yang lebih lanjut dikarenakan gejala dan tanda menjadi jelas setelah tumor berukuran besar. Selain itu, daerah supraglotis memiliki sistem limfatik yang lebih banyak mengakibatkan tumor yang berada di daerah supraglotis cenderung bermetastasis.Penurunan berat badan sering terjadi pada kanker laring stadium lanjut dikarenakan keluhan sulit menelan.Nyeri tenggorokan dan nyeri telinga merupakan gejala pada kanker laring stadium lanjut.Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan melakukan palpasi leher dan menggunakan laringoskopi untuk dapat melihat lokasi dan karakteristik tumor.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan radiologi, dan biopsi.Foto toraks dilakukan untuk menilai apakah terjadi metastasis di paru-paru yang merupakan tempat dimana metastasis sering terjadi. CT Scan dan MRI laring dapat memperlihatkan invasi tumor ganas di epiglottis dan paraepiglotis, erosi kartilago laring, serta metastasis kelenjar getah bening servikal. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi dari bahan biopsi laring Concus et al, 2008.

2.2.6. Klasifikasi letak tumor