commit to user
E. Manfaat Hasil Penelitian
Secara teoritis dan praktis,penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi
b.
Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi tentang model pembelajaran yang efektif untuk menigkatkan hasil belajar siswa.
c.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran statika di sekolah.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang
sejenis dan relevan. b.
Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Pustaka
1. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan
pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan
belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
a. Gagne dan Berliner dalam Ani Tri, 2004:2 menyatakan bahwa belajar
merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
b. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme dalam Ani Tri, 2004:49-50
belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa
menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya
tugas guru yang paling utama adalah : 1
Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan siswa.
2 Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri.
3 Memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya
sendiri. Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang
dipelajarinya .
commit to user Guru berinteraksi dengan masing-masing siswa untuk mengamati bagaimana
ia memperoleh informasi baru, membantu siswa merekonstruksi pengetahuan secara benar, memotivasi serta membimbing siswa dalam memecahkan masalah.
Jadi adanya informasi dan pengalaman baru mengakibatkan terjadinya rekonstruksi pengetahuan yang lama sehingga terbentuk pengetahuan baru.
c. Menurut Suharsimi Arikunto 1998:19 mengartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan yang berkenaan dengan aspek
psikis dan fisik terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah facilitated pencapaiannya. Dalam kegiatan
pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pada setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan
tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran harus bersifat
behavioral
, atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan
measureable
, atau dapat diukur artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar, 2004:
4. Gagne dalam Benny
A. Pribadi, 2005 : 15 “ Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptkana dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar”. Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan dalam Benny A. Pribadi 2005 : 15 ” Pembelajaran adalah pengembangan cara penyampaian
commit to user informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan
spesifik” Yusufhadi Miarso dalam Benny
A. Pribadi 2005 : 15 “ Pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan
pembelajar. Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “ pengajaran
“ yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru
teacher centered
…dst
3. Pengertian Efektifitas Pembelajaran
Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai
oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat itu. Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman dulu,
ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak
terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang
materi yang ada dikurikum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat ironis sekali dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa mencapai
target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi efektivitas pembelajaran. Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu
Effective
yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha
dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:584 mendefinisikan efektif dengan
“ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna usaha, tindakan” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh;
hal berkesan” atau ” keberhasilan usaha, tindakan”.
The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi 1989:108 mendefinisikan efektivita
s sebagai berikut. “Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan
suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang
commit to user itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang
dikehendakinya itu.” Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, saranafasilitas memadai, materi dan metode
affordable
, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah
output
nya, yaitu kompetensi siswa.Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan
sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau
manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna
client
. Kriteria Efektivitas Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap
berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain :kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa dan prestasi belajar.
4.
Model Pembelajaran
PBI
a. Hakikat
PBI
Model pembelajaran
PBI
mempunyai beberapa nama lain seperti Project- based Teaching belajar proyek,
experienced-based Education
pembelajaran berdasar pengalaman
, Authentic Learning
belajar autentik dan
Anchored Instruction
belajar berdasar kehidupan nyata.
Problem Based Instruction
biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran
berbasis masalah. Pembelajaran berdasar masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir
commit to user tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar
bagaimana belajar. Ibrahim, M 2000:14.
Pembelajaran berdasarkan masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan soal seperti pada bimbingan belajar les. Dalam
pembelajaran berdasarkan masalah, potensi siswa lebih diberdayakan dengan dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan rasa ingin tahu, menyelidiki
masalah dan menemukan jawabannya melalui kerjasama serta mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain.
Model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu aktivitas untuk mencari,
memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran siswa didorong bertindak aktif mencari jawaban atas masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi dan menarik
simpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru atau
yang terdapat dalam buku teks saja. Pemecahan masalah adalah suatu jenis belajar discovery. Dalam hal ini, siswa
secara individu maupun secara kelompok berusaha memecahkan masalah autentik. Memecahkan masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena
dapat memperoleh latar belakang yang lebih luas dari anggota kelompok, sehingga dapat menstimulasi munculnya ide, permasalahan dan solusi pemecahan masalah.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memunculkan masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk
proses penyelidikan. Di sini guru membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan
tersebut. Terdapat 3 aliran utama yang berpengaruh pada pembelajaran berdasar
masalah: 1.
Dewey dan kelas demokrasi Dewey Ibrahim dkk, 2000:15 mengemukakan pandangan bahwa :
Sekolah seharusnya menjadi laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan secara nyata. Untuk itu, guru harus mendorong siswa terlibat
commit to user dalam tugas-tugas berorientasi masalah dan membimbing mereka
menyelidiki suatu masalah. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermanfaat jika dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menyelesaikan tugas yang menarik.
2. Piaget, Vygotsky dan konstruktivisme
Piaget Ibrahim dkk, 2000:17 mengemukakan pandangan bahwa : Anak mempunyai rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha
memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka tentang lingkungan yang
mereka hadapi. Oleh karena itu pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan, diberi motivasi untuk menyelidiki dan
membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
Pandangan Konstruktivis-Kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses memperoleh informasi
dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa
menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.
Sedangkan Vygotsky
Ibrahim dkk,
2000:18 bahwa
perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang muncul. Oleh karena itu, individu mengkaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya dan membangun pengetahuan baru.
3. Bruner dan pembelajaran penemuan
Bruner mengemukakan suatu teori pendukung penting yang dikenal sebagai pembelajaran penemuan, yaitu suatu model penemuan yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi
melalui penemuan pribadi.Pembelajaran berdasar masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner yaitu
Scaffolding
, yaitu suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melalui kapasitas
perkembangannya melalui bantuan dari guru atau orang yang mempunyai kemampuan lebih.
Menurut Sears dan Hersh dasari 2003:9 pembelajaran berdasar masalah ini dapat melibatkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dan pemecahan
masalah.
http:agungprudent.wordpress.com
Pembelajaran berdasar masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah dengan proses
penemuan yang berkelanjutan dari tipe masalah yang tidak terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang dewasa atau praktisi profesional.
Intinya pembelajaran berdasar masalah mengembangkan siswa agar dapat:
1. Mendefinisikan masalah dengan jelas
2. Membangun hipotesis alternatif
3. Memberikan informasi baru setelah hipotesis
commit to user 4.
Membangun solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasatkan informasi dan penjelasan
dengan alasan yang jelas.
Ibrahim dkk 2000:7 merumuskan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah atau
Problem Based Instruction
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah,
belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan sebuah proses pembelajaran otonom yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah berusaha
membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa mengajukan pertanyaan,
mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan demikian
siswa belajar
menyelesaikan tugas-tugas
mereka secara
mandiri.Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok
b. Proses Pemecahan Masalah
Dalam proses pemecahan masalah, aktivitas yang dilakukan cukup kompleks karena memerlukan keterampilan berpikir yang sangat beragam
antara lain mengamati, melaporkan, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, memprediksi dan menarik simpulan berdasarkan
informasi yang diperoleh dan diolah. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses mencari atau memperoleh informasi secara sistematis,
langkah demi langkah dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon
terhadap masalah yang dihadapi Nasution, 2001:117. Pada proses pemecahan masalah, setiap siswa harus memiliki konsep awal
terhadap suatu masalah. Pada kegiatan pembelajaran, penguasaan konsep pada taraf tertentu memerlukan penguasaan konsep pada taraf di bawahnya, karena ini
berguna untuk menentukan kelancaran proses pemecahan masalah. Bila ada
commit to user sesuatu yang tidak dikuasai dalam konsep, maka siswa akan menghadapi masalah
dalam pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah yang dikenalkan para ahli Nasution,
2001:121 adalah sebagai berikut.
a. Model John Dewey Langkah-langkah pemecahan masalah, sebagai berikut.
1 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2 Mengemukakan hipotesis
3 Mengumpulkan data
4 Menguji hipotesis
5 Menarik kesimpulan
b. Model Karl Albreacht Terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase utama:
Fase perluasan atau ekspansi atau fase divergen
1 Menemukan masalah
2 Merumuskan masalah
3 Mencari pilihan atau alternatif
Penyelesaian atau fase konvergen 1
Mengambil keputusan memilih diantara dua alternatif 2
Mengambil tindakan komitmen untuk melaksanakan keputusan demi hasil yang diperoleh
3 Mengevaluasi hasil menentukan sampai manakah jerih payah itu
berhasil atau menemui kegagalan c. Model Berry K beyer
1 Mengidentifikasi masalah
2 Membuat rencana pemecahan
3 Melaksanakan rencana pemecahan masalah
4 Memeriksa jawaban
c. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri darai 5 tahap yang disajikan pada tabel 1
commit to user Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi
siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk
belajar Membantu siswa mengidentifikasi
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan tugas
belajar tersebut Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Mendorong siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
Tahap 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk merefleksi atau mengevaluasi penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan
Sumber : Ibrahim dkk, 2000:12
commit to user
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran Dimyati dan Mudjiono, 1999 :
250 - 251.
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti Oemar Hamalik, 2006 : 30 . Benyamin Bloom Nana Sudjana, 2009 : 22 mengklasifikasikan
kemampuan belajar menjadi tiga kategori, yaitu:
1 Ranah kognitif, meliputi kemempuan intelektual yang terdiri dari
pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2 Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan minat yang terdiri
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3 Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa
keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan reflek,
ketrampilan gerakan
dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan
gerakan ekpresif dan interpretative.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar Dalyono,
2005:55 adalah sebagai berikut. 1. Faktor internal yang berasal dari dalam diri
a. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar.
commit to user b. Minat dan Motivasi
Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian
prestasi belajar.
c. Cara Belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.
Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
2. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri a. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar.
b. Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut, mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
c. Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan
pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
d. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya
.
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran statika masih banyak ditemukan masalah antara lain kurang
efektifnya siswa dalam mengikuti pelajaran statika yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran statika strategi guru sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
PBI
. Pada siklus pertama perlu adanya tes untuk mengetahui bagaimana hasil
belajar siswa. Apabila hasil belajar siswa belum memenuhi dari indicator keberhasilan yang telah ditentukan maka perlu diadakan evalusi untuk
melaksanakan siklus kedua. Pembelajaran statika dengan menerapkan metode
PBI
berdampak positif bagi siswa yaitu siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena
pengalaman dan percobaan langsung siswa akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar, membuat guru untuk lebih menguasai materi karena guru sebagai
fasilitator harus menguasai materi dan mampu mengembangkannya serta guru sebagai motivator yang mampu memotivasi siswa untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan menyediakan kesempatan dan pengalaman yang mendukung proses belajar.
Hasil belajar statika adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajran statika berupa pemahaman dan penguasaan materi
dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user Gambar 1. Kerangka Berfikir
Kondisi Awal Siswa : Hasil
Belajar masih rendah
Guru : Belum menggunakan model
pembelajaran
PBI
Tindakan
Siklus II
Tes Siklus
I Siklus
I
Tes Siklus
II Guru :
Menggunakan model
pembelajaran
PBI
Terselesaikan Belum Terselesaikan
Melalui model pembelajara
PBI
dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada
mata pelajaran statika
terselesaikan Belum Terselesaikan
Siklus Selanjutnya Siswa : kurang efektif
dalam mengikuti pelajaran statika
commit to user
C. Hipotesis Tindakan