Hakikat Pengertian Efektifitas Pembelajaran

commit to user itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu.” Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, saranafasilitas memadai, materi dan metode affordable , guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah output nya, yaitu kompetensi siswa.Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna client . Kriteria Efektivitas Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain :kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa dan prestasi belajar. 4. Model Pembelajaran PBI

a. Hakikat

PBI Model pembelajaran PBI mempunyai beberapa nama lain seperti Project- based Teaching belajar proyek, experienced-based Education pembelajaran berdasar pengalaman , Authentic Learning belajar autentik dan Anchored Instruction belajar berdasar kehidupan nyata. Problem Based Instruction biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berdasar masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir commit to user tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Ibrahim, M 2000:14. Pembelajaran berdasarkan masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan soal seperti pada bimbingan belajar les. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, potensi siswa lebih diberdayakan dengan dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan rasa ingin tahu, menyelidiki masalah dan menemukan jawabannya melalui kerjasama serta mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain. Model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu aktivitas untuk mencari, memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran siswa didorong bertindak aktif mencari jawaban atas masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi dan menarik simpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru atau yang terdapat dalam buku teks saja. Pemecahan masalah adalah suatu jenis belajar discovery. Dalam hal ini, siswa secara individu maupun secara kelompok berusaha memecahkan masalah autentik. Memecahkan masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena dapat memperoleh latar belakang yang lebih luas dari anggota kelompok, sehingga dapat menstimulasi munculnya ide, permasalahan dan solusi pemecahan masalah. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memunculkan masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses penyelidikan. Di sini guru membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan tersebut. Terdapat 3 aliran utama yang berpengaruh pada pembelajaran berdasar masalah: 1. Dewey dan kelas demokrasi Dewey Ibrahim dkk, 2000:15 mengemukakan pandangan bahwa : Sekolah seharusnya menjadi laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan secara nyata. Untuk itu, guru harus mendorong siswa terlibat commit to user dalam tugas-tugas berorientasi masalah dan membimbing mereka menyelidiki suatu masalah. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermanfaat jika dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang menarik. 2. Piaget, Vygotsky dan konstruktivisme Piaget Ibrahim dkk, 2000:17 mengemukakan pandangan bahwa : Anak mempunyai rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka tentang lingkungan yang mereka hadapi. Oleh karena itu pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan, diberi motivasi untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu. Pandangan Konstruktivis-Kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Sedangkan Vygotsky Ibrahim dkk, 2000:18 bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Oleh karena itu, individu mengkaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan membangun pengetahuan baru. 3. Bruner dan pembelajaran penemuan Bruner mengemukakan suatu teori pendukung penting yang dikenal sebagai pembelajaran penemuan, yaitu suatu model penemuan yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.Pembelajaran berdasar masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner yaitu Scaffolding , yaitu suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melalui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari guru atau orang yang mempunyai kemampuan lebih. Menurut Sears dan Hersh dasari 2003:9 pembelajaran berdasar masalah ini dapat melibatkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah. http:agungprudent.wordpress.com Pembelajaran berdasar masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah dengan proses penemuan yang berkelanjutan dari tipe masalah yang tidak terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang dewasa atau praktisi profesional. Intinya pembelajaran berdasar masalah mengembangkan siswa agar dapat: 1. Mendefinisikan masalah dengan jelas 2. Membangun hipotesis alternatif 3. Memberikan informasi baru setelah hipotesis commit to user 4. Membangun solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasatkan informasi dan penjelasan dengan alasan yang jelas. Ibrahim dkk 2000:7 merumuskan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan sebuah proses pembelajaran otonom yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan demikian siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri.Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok

b. Proses Pemecahan Masalah

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 3 SEMARANG

3 22 163

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PERHITUNGAN STATIKA BANGUNAN KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 5 SURAKARTA

0 5 73

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (SUB MATERI PONDASI) PADA SISWA KELAS X TKB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 10 113

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 KISARAN T.A 2015/2016.

0 3 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR PADA SISWA KELAS X TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK NEGERI 1 AIR JOMAN.

0 3 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 3 31

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU DAN BETON SMK NEGERI 2 BINJAI TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 26 208

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Materi Ekosistem Siswa Kelas VIIG MTs N Surakarta

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ABILITY GROUPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TEKNIK SIPIL SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 1 5