PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 3 SEMARANG

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK

KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

SMK NEGERI 3 SEMARANG

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

Budi Arianto NIM 5101410017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 29 Januari 2015

Budi Arianto NIM 5101410017


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jangan pernah menyerah sebelum kita meraih apa yang sebenarnya ingin

kita capai dan tetap semangat dan jujur.

Disetiap kesulitan itu pasti ada jalan menuju kemudahan. Walaupun jalan itu

terlalu sempit untuk dilewati. Dan semua itu tergantung pada diri kita. Apakah mau tetap membiarkan jalan itu tetap sempit dengan kita tidak melakukan apa-apa atau membuat jalan itu menjadi lebar dan mudah untuk kita lewati.

Persembahan :

1. Bapak Bunari dan Ibu Sumarni tercinta atas dukungan dan doanya.

2. Kakak dan Adik tersayang Ani Budiarti dan Tri Ariani yang selalu menyemangati.

3. Teman – teman Pendidikan Teknik Bangunan Angkatan 2010

4. Almamaterku UNNES 5. Negaraku Indonesia


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Kelas X

Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang” dalam rangka menyelesaikan

pendidikan Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. Sucipto, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T., Ketua Prodi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

5. Aris Widodo, S.Pd., M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 6. Drs. Supriyono, M.T., Dosen Penguji I yang memberikan kritik dan saran. 7. Triono Subagio, S.Pd., Dosen Penguji II yang memberikan kritik dan saran. 8. Drs. Samiran, M.T., selaku Kepala SMK N 3 Semarang yang telah memberikan

ijin untuk melakukan penelitian.

9. Supriyadi, S.Pd., selaku Guru gambar teknik SMK N 3 Semarang yang telah membantu dalam penelitian.


(7)

vii

10. Segenap Dosen Jurusan Teknik Sipil, atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.

11. Sahabatku dan teman terbaikku Nur Hidayah, Irfan Arifin, Yusuf, Eddy, dan Rendi. Terimakasih telah menjadi sahabat terbaik untuk selamanya dan dukungan yang telah diberikan.

12. Sahabat-sahabatku keluarga besar PTB angkatan 2010 yang tak bisa terucapkan semuanya. Terimakasih atas segala kenangan dan perjalanan kuliah selama 4 tahun ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

13. Seluruh siswa kelas X TGB SMK N 3 Semarang yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penyusun terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Besar harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.

Semarang, 29 Januari 2015 Penyusun,


(8)

viii

ABSTRAK

Budi Arianto. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik

Kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang. Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Aris Widodo, S.Pd., M.T.

Kata Kunci : Model pembelajaran Problem Based Learning

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja. SMK merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah di Indonesia yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik sub materi gambar konstruksi geometris.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau eksperimen semu. Desain eksperimen semu yang digunakan adalah Nonequivalent Control

Group Design. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TGB SMK N 3 Semarang

tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 72 siswa dengan membagi dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dengan batuan SPSS 16 for windows.

Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pengguanaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah psikomotrik, ditunjukkan pada presentase ketuntasan nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa sebesar 100% dengan rata-rata 82,40. Ditinjau dari rata-rata pada ranah kognitif diperoleh 78,47 berbanding 70,59, pada ranah afektif 79,17 berbanding 75,42, sedangkan pada ranah psikomotorik 82,40 berbanding 78,44. Ditinjau dari uji kesamaan dua rata-rata diperoleh ranah kognitif thitung dengan ttabel 3,569 > 1,994, ranah afektif thitung


(9)

ix

ABSTRACT

Budi Arianto. 2014. Application of Problem-based Learning Model to Improve

Learning outcomes in subjects engineering drawings class X architecture

engineering SMK N 3 Semarang. Departement of Civil Engineering, Faculty

of Engineering, University of Semarang. Supervisior Aris Widodo, S.Pd., M.T.

Keywords : Problem-based Learning model

Vocational High School as an educational institution intended to prepare students to enter the workforce . Vocational High School is a mid-level vocational education in Indonesia that the implementation is intended to prepare students to enter the workforce in accordance with their expertise . Application of Problem Based Learning models aim to find out how much improvement of learning outcomes in the cognitive , affective , and psychomotor class X Architecture Engineering SMK 3 Semarang on the subjects of sub- materials engineering drawing geometric construction drawings

This study uses an experimental research. Experimental design used was a quasi-experimental design. Used a quasi-experimental design was a nonequivalent control group design. The subjects were students of class X engineering drawings SMK N 3 Semarang 2014/2015 school year, 72 student by dividing the two groups as the experimental group and control group. Methods of data collection using the method of documentation, testing, and observation. Data were analyzed using two similarity test average with SPSS 16 for windows.

Based of the result of test calculations two average similarity indicates that students problem-solving abilities experimental class better than the control class. The uses of problem-based learning model can improve learning outcomes in psychomotor domains, shown in percentage completeness average value of psychomotor learning outcomes of students at 100% with an average of 82,40. Judging from the average on the cognitive obtained 78,47 proportionate 70,59, at 79,17 proportionate 75,42 affective domain, whereas in the psychomotor sphere 82,40 propostionate 78,40. Judging from the similarity test two average obtained cognitive tcount with ttable 3,569 > 1,994 , affective tcount with ttable 2,008 > 1,994 , psychomotor domains tcount with ttable 6,487 > 1,994.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..… i

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

PERNYATAAN ……… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... v

KATA PENGANTAR ……….. vi

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang ………..……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ……..……… 6

1.3. Batasan Masalah ………..………. 6

1.4. Rumusan Masalah ………..………... 8

1.5. Tujuan Penelitian ………..……… 8

1.6. Manfaat Penelitian ………..……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI……… 11

2.1. Tinjauan Pustaka …………..………. 11

2.1.1. Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning ……....………. 11

2.1.2. Tijauan Tentang Hasil Pembelajaran ……… 16

2.1.3. Mata Pelajaran Gambar Teknik ……… 33

2.2. Kerangka Berfikir ………..……… 34

2.3. Hipotesis ………..………. 37

BAB III METODE PENELITIAN ………... 39


(11)

xi

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian …..………. 40

3.3. Populasi dan Sampel ………..……… 40

3.4. Variabel Penelitian ………..……….. 41

3.5. Metode Pengumpulan Data ………..………. 42

3.6. Instrumen Penelitian ………..………... 44

3.7. Teknik Analisis Data ………...……….. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 56

4.1. Deskripsi Data ………..………. 56

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………….……… 56

4.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran ……..……… 57

4.1.3. Deskripsi Hasil Uji Soal ………..……… 61

4.1.4. Deskripsi Hasil Belajar ………. 63

4.2. Hasil Penelitian ………..……… 67

4.2.1. Uji Persyaratan Analisis ………..……… 67

4.2.2. Uji Hipotesis Penelitian ……… 71

4.3. Pembahasan ……….……….…. 77

BAB V PENUTUPAN ……….. 89

5.1. Kesimpulan ………..………. 89

5.2. Implikasi …………..………. 90

5.3. Keterbatasan Penelitian ………. 90

5.4. Saran ……….……… 91

DAFTAR PUSTAKA……… 92


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Problem Based Learning……… 15

3.1. Skema Penelitian ……….. 40

3.2. Kisi-kisi Instrumen Ranah Kognitif ……….. 45

3.3. Kriteria Indeks Kesukaran ……… 48

3.4. Tabel Interpretasi atau Penafsiran Daya Beda ……….. 49

3.5. Kisi-kisi Instrumen Ranah Afektif ……… 50

3.6. Rubrik Penilaian Ranah Afektif ……… 51

3.7. Lembar Penilaian Gambar ……… 52

4.1. Pertemuan Pada Kelas Eksperimen ……….. 59

4.2. Pertemuan Pada Kelas Kontrol ………. 61

4.3. Hasil Uji Instrumen Soal ……….. 62

4.4. Deskripsi Hasil Pretest……….. 63

4.5. Deskripsi Hasil Posttest ……… 64

4.6. Deskripsi Hasil Sikap (Afektif) ………. 65

4.7. Deskripsi Hasil Keterampilan (Psikomotorik) ………. 66

4.8. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ……….. 67

4.9. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ………. 68

4.10. Hasil Uji Homoginitas Pretest ………. 69

4.11. Hasil Uji Homoginitas Posttest ……… 70

4.12. Hasil Uji Homoginitas Afektif ………. 70

4.13. Hasil Uji Homoginitas Psikomotrik ………. 71

4.14. Hasil Uji t Pretest Ranah Kognitif ………... 72

4.15. Hasil Uji t Posttest Ranah Kognitif ………. 74

4.16. Hasil Uji t Ranah Afektif ……….. 75


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Kerangka Berfikir ………. 37

4.1. Histogram Hasil Belajar Kognitif ………. 77

4.2. Histogram Hasil Belajar Afektif ……… 80


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Siswa Kelas Eksperimen (TGB 1) ………. 95

2 Daftar Siswa Kelas Kontrol (TGB 2) ……… 97

3 Daftar Nilai Kelas TGB 2013/2014 ……….. 99

4 Instrumen Soal Uji Coba ……….. 106

5 Perhitungan Uji Validitas, Uji Reabilitas, Indeks Kesukaran dan Daya Beda ……….. 112

6 Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Beda ……… 115

7 Instrumen Pretest dan Posttest ………. 117

8 Instrumen Ranah Afektif ……….. 122

9 Instrumen Ranah Psikomotorik ……… 125

10 Hasil Data Penelitian ……… 130

11 Uji Analisis Data Penelitian ………. 133

12 Hasil Uji Analisis Data Penelitian ……… 138

13 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ……… 141

14 Silabus Gambar Teknik ………. 144

15 RPP Kelas Eksperimen ………. 149

16 RPP Kelas Kontrol ……… 163

17 Judgement Instrumen ……… 174


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan negara lain yang telah maju. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh pada kemajuan berbagai bidang. Di samping mengusahakan pendidikan yang berkualitas, pemerintah perlu melakukan pemerataan pendidikan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia, agar mampu berperan serta dalam memajukan kehidupan bangsa.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus benar-benar dapat memberikan bekal kepada generasi mudah untuk mengahadapi tuntutan dari perkembangan zaman yang semakin kompleks. Dalam pendidikan formal, di samping kemampuan guru, kualitas interaksi antara guru dan siswa merupakan unsur penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja, karena kualitas interaksi antara guru dan siswa merupakan salah satu tolak ukur suatu lembaga pendidikan formal dalam mendidik siswa-siswanya. Apabila interaksi tersebut baik dan berkualitas, maka dapat juga dikatakan bahwa suatu lembaga pendidikan tersebut berkualitas.


(16)

2

Nana Sudjana (2005: 39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kemampuan yang dimilikinya dan faktor lain berupa motivasi, sikap dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri siswa yakni lingkungan belajar. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas pembelajaran.

Kualitas pendidikan yang baik sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini, tapi pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya berkualitas sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi yang optimal pada berlangsungnya proses pembelajaran.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja. SMK merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah di Indonesia yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Gambar teknik merupakan mata pelajaran wajib yang harus diambil pada siswa kelas X program keahlian teknik gambar bangunan. Mata pelajaran gambar teknik ini mengajarkan materi tentang dasar-dasar menggambar. Sebuah gambar tidak akan mudah dibaca ketika seseorang yang menggambar tidak mengetahui dasar-dasar cara menggambar. Pada kompetensi dasar menyajikan konstruksi


(17)

3

gambar geometris sangat ditekankan pada cara siswa menggambar serta cara menggunakan pensil dan penggaris secara manual. Dalam cara membagi garis yang benar tanpa mengetahui berapa panjang garis yang akan dibagi tentu tidak bisa asal-asalan. Pada tugas menggambar garis sejajar juga diperlukan keterampilan siswa menggunakan penggaris. Penggunaan penggaris yang salah akan mempengaruhi hasil dari gambar yang kurang maksimal. Pada materi menggambar lingkaran dan menggambar segi n beraturan akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagai jenis garis dan fungsinya, terutama keterampilan siswa dalam menggunakan alat gambar jangka dan secara tidak sadar akan membuat kemampuan berfikir siswa bertambah.

Dalam proses belajar mengajar dikelas berlangsung, banyak kendala yang sering dihadapi oleh guru yaitu diantaranya siswa yang malas, bosan pelajaran gambar, mengantuk, dan sebagainya. Dari sekian banyak persoalan dalam pembelajaran, guru dituntut dengan segala kemampuan agar siswa mengerti terhadap materi pelajaran yang diberikan. Salah satu upaya guru untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan potensi guru melalui variasi cara mengajar. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMK Negeri 3 Semarang diduga aktivitas siswa kurang aktif dalam merespon informasi mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga siswa tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai materi yang sudah disampaikan oleh guru, serta langkah-langkah menggambar yang sesuai dengan prosedur yang disampaikan oleh guru. Maka pada saat proses menggambar berlangsung siswa tidak dapat menerapkan materi yang telah disampaikan dengan baik dan juga hasil gambar yang kurang maksimal.


(18)

4

Hasil nilai yang diperoleh siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang pada tahun ajaran 2013/2014 semester gasal dengan rata-rata nilai keterampilan 57,7 pada mata pelajaran gambar teknik. Dapat dilihat dari hasil nilai keterampilan kelas X TGB SMK Negeri 3 tahun ajaran 2013/2014 semester gasal, yaitu dari 36 siswa hanya 27,8% siswa yang memenuhi standart kelulusan, sedangkan 72,2% siswa belum memenuhi standart kelulusan. Dari data tersebut diduga masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi dan langkah-langkah dalam menggambar.

Pada hasil penelitian sebelumnya oleh Fajar Ika Kurniawati tahun 2010

yang mengusung judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ilmu Bangunan Pada Siswa Kelas X TKB

SMK Negeri 2 Surakarta ” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning mampu meningkatkan nilai ketuntasan siswa 3,83%.

Sedangkan hasil penelitian oleh Meliyani tahun 2013 yang mengusung judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMK” menyimpulkan bahwa

berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh gambaran bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pokok persamaan kuadrat, pada siklus I, 22 siswa yang tuntas (51,16%), siklus II, 37 siswa yang tuntas (86,04%) dengan peningkatan sebesar 34,88%. Hal ini memberikan gagasan kepada penulis untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk


(19)

5

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik.

Menurut permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah mengkonstruki, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam proses belajar mengajar pusat pembelajaran adalah peserta didik, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik).

Menanggapai permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan begitu pentingnya mata pelajaran gambar teknik untuk kelas X program keahlian teknik gambar bangunan tentang dasar-dasar menggambar dan menyajikan gambar konstruksi geometris. Dari permasalahan di atas peneliti ingin menggunakan masalah yang nyata dalam proses pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan alat-alat gambar dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem

Based Learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata

(autentik) sebagai konteks bagi peserta didik untuk memotivasi, mengidentifikasi dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah serta sekaligus membangun pengetahuan yang benar-benar bermakna.


(20)

6

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik

Kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 3 Semarang”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dasar gambar teknik.

2. Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan suatu mata pelajaran tertentu. 3. Pada saat pembelajaran di kelas siswa masih terfokuskan pada guru sebagai

pemberi materi pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

a. Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran dibatasi pada metode Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajar untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.


(21)

7

Guru menyampaikan masalah kehidupan nyata yang berkaitan dengan pembelajaran kemudian siswa mendiskusikannya dan mempresentasikan hasil karya. Siswa dilatih untuk menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, dan memandirikan siswa. Sehingga perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural.

Tahapan pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 tahap. Tahap 1 : Mengorientasi siswa pada masalah, Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3 : Membingbing penyelidikan individual dan kelompok, Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

b. Batasan Kompetensi Dasar

Pada penelitian ini, peneliti dibatasi oleh kompetensi dasar yang tertera dalam silabus mata pelajaran gambar teknik kelas X semester gasal. Kompetensi dasar yang digunakan oleh peneliti dalam penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning yaitu menyajikan gambar konstruksi geometris

berdasarkan bentuk konstruksi sesuai prosedur pada sub materi gambar konstruksi geometris.

c. Proses dan Hasil Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dimaksudkan adalah aktifitas yang berlangsung selama pembelajaran yaitu dari ranah afektif, psikomotorik, pengelolaan pembelajaran guru, dan tingkat kepuasan siswa. Sedangkan hasil


(22)

8

pembelajaran yang dimaksud adalah pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

d. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang, dengan jumlah siswa untuk kelas X TGB 1 yaitu 36 anak yang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 6 siswi perempuan. Sedangkan kelas X TGB 2 jumlah siswanya 36 anak yang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 6 siswi perempuan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi geometris dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan perumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang pada mata pelajaran gambar teknik kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi geometris.


(23)

9

1.6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi siswa, model pembelajaran yang dikembangkan ini diharap siswa mampu :

1) Mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual.

2) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. 3) Belajar dalam suasana yang menyenangkan.

4) Sebagai peningkatan belajar siswa dalam bekerjasama. b. Manfaat bagi Guru

1) Menambah wawasan guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

2) Guru lebih terampil dalam menggunakan metode belajar. 3) Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa. c. Manfaat bagi Mahasiswa Peneliti

1) Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.

2) Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan metode pembelajaran berbasis masalah.

3) Memberi bekal peneliti sebagai calon guru bangunan siap melaksanakan tugas di lapangan.


(24)

10 d. Bagi sekolah

1) Diperoleh informasi mengenai model pembelajaran Problem Based

Learning yang dapat dijadikan sebagai inovasi pembelajaran

kedepannya.

2) Sebagai bahan meningkatkan kualitas akademik peserta didik khususnya pada pelajaran dasar gambar teknik.


(25)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam ilmu pelajaran medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :

1) Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.


(26)

12

2) Menurut Trianto (2010: 90), model pembelajran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik.

Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir kritis. Kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pecarian dan pengolahan informasi.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) sebagai konteks bagi peserta didik untuk memotivasi, mengidentifikasi dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah serta sekaligus membangun pengetahuan yang benar-benar bermakna.

b. Tujuan Problem Based Learning

Tujuan utama Problem Based Learning bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Menurut Trianto (2010: 94) tujuan Problem Based Learning adalah sebagai berikut.


(27)

13

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri.

c. Prinsip-prinsip Problem Based Learning

Prinsip utama Problem Based Learning adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.

Problem Based Learning mendorong kemampuan untuk mengidentifikasi

informasi yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu, di mana dan bagaimana mencari informasi itu, bagaimana mengatur informasi bahwa dalam kerangka konseptual yang bermakna.

Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik (

ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara


(28)

14

lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam PBL pusat pembelajaran adalah peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik). d. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Pada dasarnya, Problem Based Learning diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.


(29)

15

Tabel 2.1.

Tahapan-tahapan Pembelajaran Problem Based Learning

Fase Peran Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut.

Fase 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangakan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Menurut Sudjana (1996: 93) kelebihan model pembelajaran Problem

Based Learning adalah sebagai berikut :


(30)

16

2) Kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan. 3) Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh siswa. 4) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber.

5) Interaksi social antar peserta lebih berkembang.

6) Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan dan membiasakan siswa berfikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.

Menurut Sudjana (1996: 93) kelemahan model pembelajaran Problem

Based Learning adalah sebagai berikut :

1) Menuntut sumber-sumber dan saran belajar yang cukup.

2) Kegiatan belajar siswa bias membawa resiko yang merugikan jika tidak dikendalikan oleh guru.

3) Siswa cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan sementara apabila masalah tidak berbobot.

2.1.2.Tinjauan Hasil Pembelajaran

a. Belajar

1. Pengertian Belajar

Berikut pengertian belajar menurut beberapa para ahli.

a) Menurut Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


(31)

17

b) Menurut Syaiful Bahri yang mengutip dari Howard L. Kingskey (2011: 13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

c) Nana Sudjana (2010: 28) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang yang ditandai dengan adanya suatu perubahan baru pada diri seseorang.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam peserta didik. Faktor intern dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.


(32)

18

Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis

Meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Dibedakan menjadi dua yaitu jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.


(33)

19 3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keadaan peserta didik dengan masyarakat.

b. Mengajar

1. Pengertian Mengajar

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar dijelaskan Slameto (2010) sebagai berikut :

a) Waini Rasyidin dalam Slameto (2010: 34) mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar dan bukan menentukan proses belajar. b) Mursell dalam Slameto (2010: 33) menggambarkan mengajar sebagai

"mengorganisasikan belajar", sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa, sehingga tugas pelajar adalah memahami hubungan pengetahuan itu sebagai kesatuan, dan dalam hal ini guru hanya organisator.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan, bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan belajar, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang kita harapkan.


(34)

20 2. Prinsip-prinsip Mengajar

Menurut Slameto (2010: 35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni:

a) Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

b) Aktivitas

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

c) Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya.

d) Peragaan

Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya.


(35)

21 e) Repetisi

Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. f) Korelasi

Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri. g) Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam.

h) Sosialisasi

Dalam perkembangannya, siswa perlu bergaul dengan teman-teman yang lain. Disamping itu, siswa sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan.

i) Individualisasi

Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka


(36)

22

berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan tersebut. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

j) Evaluasi

Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evalusai dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi, serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga adapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak dengan tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.

c. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu kearah


(37)

23

yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan.

Menurut Erman Suherman (2003: 7) bahwa : “pembelajaran adalah

merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi suasana agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Menurut Dedeng dalam

Sugiyanto (2008: 1), “Daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru”.

Sedangkan menurut Gino, dkk (1998: 30) kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

a) Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. b) Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. c) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik dan afektif.

d) Isi pelajaran atau materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e) Metode yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.


(38)

24

f) Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

g) Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

2. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri-ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 25) antara lain:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan yang menarik dan menantang bagi siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.


(39)

25

d. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Arikunto (2010: 8) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil

akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam

perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur”.

Sementara itu Abdurrahman (2003: 37-38) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah malalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah diterapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Agus Suprijono (2010: 5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertullis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.


(40)

26

d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar menurut Dalyono (2007: 55) disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar da nada pula dari luar dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam Rusman (2012: 124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal :

a) Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa psikologis meliputi


(41)

27

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang dirancanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, saran dan guru. Menurut Djamarah (2006:105) untuk mengetahui apakah proses

belajar dikatakan berhasil, ada indikator yang digunakan yaitu “daya serap

terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara kelompok maupun secara individual dan perilaku yang digariskan dalam tujuan instruksional khusus (TIK) sudah dicapai siswa secara


(42)

28

Menurut Benyamin S Bloom (1956: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah menerima pembelajaran. Berikut adalah pemaparan hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan. Selanjutnya, Anderson dan krathwohl dalam Ella Yulaelawati (2004: 72) menelaah taksonomi sebelumnya oleh Benyamin S Bloom agar lebih terkait dengan teori belajar yang relevan saat ini. Pada tahun 2001 mereka menggabungkan dimensi kognitif dengan pengetahuan. Perbaikan Anderson dan Krathwohl menggabungkan jenis pengetahuan yang akan dipelajari (dimensi pengetahuan/substansi) dan proses yang digunakan untuk belajar (kognitif). Sehingga menghasilkan teori ranah kognitif baru yang sudah direvisi. Berikut adalah jenjang ranah kognitif revisi (Anderson dan Krathwohl, 2010: 44).

a. Meningat

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menggali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan informasi yang telah diterima sebelumnya.


(43)

29 b. Memahami

Jenjang ini merupakan kemampuan mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termsauk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

c. Mengaplikasikan

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menerapkan dan menggunakan dan menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan informasi yang telah dipelajari ke dalam keadaan tertentu. d. Menganalisis

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk memecah-mecah materi menjadi bagian penelitinya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

e. Mengevaluasi

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar.

f. Mencipta

Jenjang ini merupakan kemampuan untuk memadukan bagian bagian untuk membentuk sesuatu yang berhubungan atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiai serta


(44)

30

penyesuaian. Krathwohl dalam Ella Yulaelawati (2004: 61) mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengukur perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Berikut adalah penjelasan jenjang ranah afektif.

a. Penerimaan (Receiving)

Jenjang ini merupakan kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.

b. Menanggapi (Responding)

Jenjang ini merupakan kemampuan memberikan respon atau tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berberan serta berdasarkan penerimaan.

c. Penghargaan (Valuing)

Jenjang ini merupakan kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala. Hasil belajar penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitungkan, dan diterima oleh orang lain.


(45)

31 d. Pengorganisasian (Organization)

Jenjang ini merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

e. Karakterisasi (Charetization)

Jenjang ini merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya adalah perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor meliputi keterampilan dan kemampuan bertindak. Anita Harrow dalam Ella Yulaelawati (2004: 63) ranah psikomotor dimulai dengan gerakan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan syaraf otot yang lebih kompleks ke tingkatan tertinggi. Berikut Jenjang ranah psikomotorik menurut Dave (1967) dalam Chijioke (2013: 21).

a. Meniru (Imitation)

Jenjang ini merupakan kemampuan menirukan pola perilaku yang telah diamati dari orang lain.


(46)

32 b. Menggunakan

Jenjang ini merupakan kemampuan melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti petunjuk dan berlatih tanpa bantuan visual dari orang lain.

c. Ketepatan (Precision)

Jenjang ini merupakan kemampuan bekerja dengan cepat dan tepat dengan sedikit kesalahan tanpa menggunakan petunjuk visual atau tertulis.

d. Merangkaikan (Artikulation)

Jenjang ini merupakan kemampuan menunjukan serangkaian gerakan yang akurat, sesuai prosedur, cepat dan tepat.

e. Naturalisasi (Naturalization)

Jenjang ini merupakan kemampuan melakukan gerakan secara sepontan atau otomatis. Memiliki performa tinggkat tinggi secara alami, mempunyai bakat alam tanpa perlu berpikir atau belajar banyak tentang hal itu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah menyelesaikan program pembelajaran melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.


(47)

33

2.1.3 Mata Pelajaran Gambar Teknik

Mata pelajaran gambar teknik merupakan salah satu mata pelajaran kejuruan yang ada pada jurusan Teknik Bangunan pada program keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB) di SMK Negeri 3 Semarang. Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan mempelajari tentang menyajikan gambar konstruksi geometris berdasarkan bentuk konstruksi sesuai prosedur.

Pada mata pelajaran gambar teknik kelas X TGB SMK Negeri 3 Semarang materi yang akan diajarkan yaitu tentang gambar kontruksi garis, konstruksi sudut, konstruksi lingkaran, konstruksi garis singgung, dan konstruksi gambar bidang.

Gambar teknik merupakan alat komunikasi yang mengandung maksud tertentu, perintah-perintah, atau informasi dari pembuat gambar (perencana) untuk disampaikan kepada pelaksana atau pekerja di lapangan dan bentuk gambar kerja dilengkapi dengan keterangan-keterangan berupa kode, symbol yang mempunyai satu arti, satu maksud dan satu tujuan. Sedangkan menggambar teknik adalah salah satu unsur pokok dalam perencanaan, selain itu juga suatu metode penuangan ide yang harus dapat dibaca oleh pihak-pihak lain yang terkait. Presisi, akurasi standarisasi gambar teknik merupakan syarat utama dalam menggambar dan bagi calon teknisi. Syarat tersebut bukan lagi merupakan aturan yang harus dipenuhi, tetapi sudah merupakan sikap dan perilaku dalam menghasilkan karya teknik.

Menggambar sebuah garis dalam beberapa bentuk merupakan salah satu materi yang harus dikuasi oleh siswa. Setiap garis dalam menggambar memiliki arti tersendiri ketika orang lain yang melihat. Sehingga cara menggambar garis harus sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Keterampilan siswa dalam menggambar


(48)

34

akan terlihat dari hasil gambar yang sudah dibuat. Agar sebuah gambar dapat dan mudah dibaca, menggambar konstruksi garis harus benar. Cara penggunaan penggaris yang harus benar sudah menjadi syarat wajib ketika proses menggambar dan penggunaan pensil yang sesuai standart. Pada materi menggambar sebuah lingkaran dapat digambar menjadi segi n beraturan tuntutan yang harus dipenuhi yaitu cara penggunaan peralatan gambar jangka yang benar.

2.2 Kerangka Berfikir

Tujuan dalam pembelajaran penerapan gambar teknik adalah kompetensi pembelajaran bisa tercapai dan hasil belajar siswa meningkat dengan mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru pengampu mata pelajaran tersebut diperoleh informasi bahwa tujuan pembelajaran belum menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah dan siswa harus melakukan remidi. Pemahaman siswa mengenai materi juga kurang maksimal. Dalam proses pembelajaran penyampaikan materi masih menggunakan metode pembelajaran dengan ceramah, sehingga komunikasi selalu berjalan satu arah dan siswa cenderung pasif.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan bervariasi akan menumbuhkan kreatifitas dan rasa penasaran siswa. Sehingga apabila dalam pembelajaran gambar teknik menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(49)

35

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah serangkaian aktifitas pembelajaran yang dirancang dengan menghadapkan siswa dalam suatu masalah tertentu dan diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan keterampilan berfikir kritis dan analisis sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan baru yang bermakna bagi dirinya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem

Based Learning dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa aktif untuk

mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Suatu pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan memberikan motivasi kepada individu untuk berkompetisi sehingga akan memberikan hasil belajar yang diinginkan.

Pada kegiatan praktik belajar mengajar didalam kelas banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa. Seringnya peran guru yang mendominasi proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas membuat siswa kurang bisa memahami materi yang disampaikan. Penggunaan metode pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru membuat guru tersebut lebih memprioritaskan menghabiskan materi secara langsung. Sehingga menyebabkan hasil belajar siswa yang masih rendah, terutama pada mata pelajaran gambar teknik. Hal ini memberikan gagasan kepada peneliti untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Perencanaan metode Problem Based Learning ini akan melibatkan siswa pada masalah yang dihadapi selama proses mengambar. Sehingga penerapan model

Problem Based Learning diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses


(50)

36

dikembangkan oleh guru agar suasana didalam kelas terlihat lebih menarik dan tidak membosankan. Sehingga ketika suasana suasana didalam kelas terasa menarik bagi siswa, maka hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

Pada saat proses pembelajaran siswa diminta untuk mengumpulkan informasi atau materi yang akan disampaikan yang menghadapkan siswa pada permasalahan yang ada. Beberapa siswa yang masih kurang paham dengan materi yang sudah dipelajari guru akan mengelompokkan menjadi beberapa kelompok. Hal ini akan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar didalam kelas. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru harus membuat evaluasi dan penilaian terhadap tugas yang sudah diselesaikan.

Model pembelajaran berbasis masalah menuntut keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dihadapkan pada suatu masalah yang autentik yang dapat menantang siswa untuk dipecahkan dengan bimbingan guru. Model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat menumbuhkan keaktifan berdiskusi siswa karena dalam metode tersebut siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui ketika proses menggambar. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan cara belajar mandiri. Alur kerangka pemikiran dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(51)

37

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian landasan teori diatas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dasar gambar teknik siswa melalui model pembelajaran Problem Based

Learning pada kelas X TGB di SMK Negeri 3 Semarang, maka dirumuskan suatu

Masalah Praktik Belajar Mengajar (PBM) Proses belajar mengajar yang masih didominasi

oleh peran guru

Metode pengajaran konvensional, guru memprioritaskan menghabiskan materi

Hasil belajar siswa yang masih rendah

Perencanaan metode Problem Based Learning Proses pembelajaran Problem Based Learning Evaluasi dan Perbaikan Pembelajaran yang menarik Hasil yang lebih baik Pembelajaran yang kurang


(52)

38

hipotesis yaitu model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran gambar teknik peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.


(53)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sedangkan desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau desain eksperimen semu. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung sebab akibat melalui langkah manipulasi, pengendalian dan pengamatan, dan desain eksperimen semu adalah suatu desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel–variabel dari luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010). Penggunaan eksperimen semu dalam panelitian ini dikarenakan subyek penelitiannya adalah manusia yang tidak dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif.

Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2009: 116). Langkah penelitian dilakukan dengan membagi subjek yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok experimen dan kelompok yang kedua adalah kelompok kontrol. Kemudian kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal. Jika tidak ada perbedaan, kelompok eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) berupa metode pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan kelompok kontrol diberi pembelajaran yang diajarkan gurunya seperti


(54)

40

biasa. Setelah diberi perlakuan (treatment) kedua kelompok diberi posttest untuk mengetahui keadaan akhir.

Skema penelitian yang dikutif dari Sugiyono (2009: 116) dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1. Skema Penelitian

Grup experimen  � X

Grup kontrol  � -

Keterangan :

O1 : Pretest Kelas Eksperimen

O2 : Posttest Kelas Eksperimen

O3 : Pretest Kelas Kontrol

O4 : Posttest Kelas Kontrol

X : Perlakuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMK Negeri 3 Semarang yang beralamatkan di Jl. Admodirono Raya No. 7A Kecamatan Semarang Selatan, Telepon: 024 8311538. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 dengan menyesuaikan jam pelajaran gambar teknik kelas X kompetensi keahlian teknik gambar bangunan tahun ajaran 2014/2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 3 Semarang program studi keahlian teknik bangunan yang terdiri dari empat kelas, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X kompetensi keahlian teknik


(55)

41

gambar bangunan (TGB). Dalam kompetensi keahlian teknik gambar bangunan terdapat dua kelas yaitu kelas X TGB 1 dan kelas X TGB 2.

Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 siswa yang tebagi dari 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Sebelum menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlu di uji coba dengan uji normalitas dan uji homoginitas. Kedua kelas memenuhi syarat uji normalitas dan uji homoginatas. Jika pada uji normalitas dikatakan normal berarti populasi dalam kelas A dan kelas B berditribusi normal dan dapat dikatakan homoginitas jika kedua kelas mempunyai varian yang sama atau homogen.

Penentuan kelompok dalam penelitian ini ditentukan dengan cara mengundi antara kelas A (X TGB 1) dan kelas B (X TGB 2) untuk menentukan kelompok kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kontrol. Dari hasil pengundian penentuan sampel maka didapat kelas A (X TGB 1) sebagai kelas eksperimen sebagai kelompok yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran

Problem Based Learning dengan jumlah sampel 36 siswa. Sedangkan kelas B (X

TGB 2) sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran Problem Based Learning dengan jumlah 36 siswa.

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini merupakan kelompok atau kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning.


(56)

42

b. Variabel terikat

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini merukapan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran gambar teknik.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar, yaitu data hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode tes dan metode non tes.

a. Metode Dokumentasi

Menurut Margono (2010: 181) teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Metode Tes

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tes dua kali, yaitu tes awal (pretest) yang dilakukan di awal perlakuan dan tes akhir (posttest) yang dilakukan diakhir perlakuan. Peneliti memilih teknik ini karena merupakan cara yang paling tepat untuk mengetahui pengaruh perlakuan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran dasar gambar teknik terhadap hasil belajar peserta didik dalam ranah kognitif. Selanjutnya hasil data yang diperoleh melalui Pretest dan Posttest akan


(57)

43

dianalis untuk kemudian ditarik kesimpulan terkait penelitian yang telah dilaksanakan.

c. Metode Non Tes

Penilaian non tes menurut Jihad dan Haris (2010: 69) merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Alat-alat non tes yang sering digunakan untuk melakukan penilaian menurut Purwanti (2008: 19) antara lain: pengamatan atau observasi, angket, analisa sampel kerja, analisis tugas, checklists dan rating scales, portofolio, komposisi dan presentasi, serta proyek individu dan kelompok. Adapun teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan sikap siswa atau ranah afektif dalam pembelajaran gambar teknik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

2) Analisis Tugas

Dalam hal ini analisis tugas diperoleh melalui hasil tugas gambar siswa, yang sudah berpedoman pada jobsheet. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keterampilan siswa. Selanjutnya


(58)

44

hasil gambar tersebut akan dinilai beberapa aspeknya antara lain garis, ukuran, konstruksi, tata letak, kebersihan, dan ketepatan gambar.

3.6 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 148) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

a. Instrumen Tes (Ranah Kognitif)

Dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif peneliti menggunakan instrumen tes berupa tes obyektif. Tes obyektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes, dimana kemungkinan jawaban atau respon disediakan oleh peneliti. Tipe tes yang digunakan oleh peneliti adalah multiple choice test. Alternatif kemungkinan jawaban peneliti terdapat 4 kemungkinan. Penskoran instrumen tes ini disesuaikan dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Dimana jika jawaban benar nilainya 1 dan jika jawaban salah atau tidak menjawab nilainya adalah 0. Jumlah soal instrumen tes adalah 20 butir soal. Pelaksanaan penggunaan instrumen tes dilakukan 2 kali yaitu ketika pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan ketika posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum instrumen penelitian diberikan kepada siswa pretest maupun posttest, instrumen tes dikonsultasikan kepada guru bidang studi dasar gambar teknik di tempat penelitian. Setelah data hasil uji coba diperoleh,


(59)

45

kemudian setiap butir soal dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda.

Kisi-kisi instrumen tes aspek kognitif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Ranah Kognitif

No Indikator Deskriptor Jumlah

Soal

No Soal

1 Digambar sebuah

garis dapat digambar dalam beberapa bentuk

 Fungsi garis  Ciri-ciri garis

 Perpotongan

antar garis

 Simbol-simbol

garis

6 1, 2, 3,

4, 5, dan 6

2 Digambar sebuah

garis sudut dapat dibentuk, dibagi menjadi beberapa

 Perbandingan sudut segitiga

 Menggunakan

alat yang benar

2 7 dan 8

3 Digambar sebuah

lingkaran dapat

digambar menjadi segi N beraturan

 Gambar garis singgung dan segi N geraturan

6 9, 10,

11, 12, 13, dan 14

4 Digambar sebuah

garis singgung dapat digambar dengan mengunakan dua buah lingkaran

 Gambar elips 3 15, 16,

dan 17

5 Digambar bentuk

kubus secara aksometri, cabinet, militer

 Bentuk isometri dan dimetri

3 18, 19,

dan 20

Berikut adalah uji prasyarat instrumen tes, sedangkan untuk melihat hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2 :


(60)

46

1) Uji Validitas Instrumen

Validasi soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid atau tidaknya suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hemdak diukur. Untuk mengetahui valiadi item soal menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

= � Σ − Σ Σ

√� Σ − Σ |� Σ − Σ

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item

N = Jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total

Dasar pengambilan keputusan :

 Jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

 Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (dalam Suherman, 2003: 113) adalah sebagai berikut :

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 : validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy ≤ 0,90 : validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy ≤ 0,70 : validitas sedang (cukup)

0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 : validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 : validitas sangat rendah (sangat kurang)


(61)

47

2) Uji Reabilitas Instrumen

Reabilitas adalah kualitas yang menunjukkan dari suatu pengukuran yang dilakukan dan dihitung dengan menggunakan rumus koefisien reabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut.

= [�−k ] [ −∑ ��2

�2 ]

Dimana :

r11 = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ � = jumlah varian butir/item

�� = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reabilitas (r11) > 0,6 atau dengan

dibandingkan dengan r tabel (Product Moment). Jika nilai Koefisien Reabilitas Aplha Cronbach lebih besar dari r tabel, maka dikatakan reliabel, dan sebaliknya. Penentuan kategori dari Reliabilitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian Reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956: 145) adalah sebagai berikut :

0,80 < r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 : reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 : reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah


(62)

48

3) Tingkat Kesukaran Butir Pertanyaan

Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan bagi peserta uji. Berikut rumus yang dipergunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :

� = �� Dimana :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal menurut Suherman (2003: 170) dapat dilihat dalam tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3.

Kriteria Indek Kesukaran (IK)

4) Daya Pembeda Soal

Daya Beda butir pertanyaan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk menghitung besarnya indeks daya beda butir soal, secara sederhana dapat dilakukan dengan rumus berikut :

Klasifikasi IK Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu mudah

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah


(63)

49

�� = �� − � = � − �

Dimana :

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

� = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161) dinyatakan pada tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.4.

Tabel Interpretasi atau Penafsiran Daya Pembeda (DP)

b. Instrumen Non Tes (Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik)

1) Observasi (Ranah Afektif)

Lembar observasi afektif yang digunakan adalah rubrik penilaian observasi. Tujuan dari pembuatan lembar observasi ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah afektif, yaitu sikap siswa selama mengikuti

Daya Pembeda (DP) Interpretasi atau Penafsiran

DP

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik


(64)

50

pembelajaran gambar teknik. Bentuk lembar observasi yang digunakan berupa daftar penilaian skala 1 sampai 4 yang akan diisi oleh para observer pada saat kegiatan pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan cara check list. Dimana jika peserta didik melakukan tindakan sesuai indikator maka akan diberi tanda (V).

Lembar observasi yang digunakan dalam penilaian ini sudah terlebih dahulu di konsultasikan (expert judgement) pada dosen pembimbing bapak Aris Widodo, S.Pd., M.T., dan juga pada guru pengampu gambar teknik bapak Supriyadi S.pd di tempat penelitian.

Berikut adalah kisi–kisi dan rubrik penilaian ranah afektif yang dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 di bawah ini :

Tabel 3.5.

Kisi-kisi Instrumen Ranah Afektif

No Indikator Sub Indikator Kriteria Penilaian Ranah Afektif

1 Afektif Penerimaan Antusias siswa terhadap materi yang

disampaikan

2 Afektif Menanggapi Interaksi siswa dengan guru

3 Afektif Penghargaan Kepedulian sesama

4 Afektif Pengorganisasian Kerja sama


(65)

51

Tabel 3.6.

Rubrik Penilaian Ranah Afektif

No Kriteria Penilaian Butir Pertanyaan Skor

1 Antusias siswa terhadap materi yang disampaikan

Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru

1

Siswa jarang sekali memperhatikan

penjelasan guru

2 Siswa sering memperhatikan penjelasan guru

3 Siswa selalu memperhatikan penjelasan guru

4 2 Interaksi siswa

dengan guru

Siswa tidak bertanya pada guru 1

Siswa jarang bertanya pada guru 2

Siswa sering bertanya pada guru 3

Siswa selalu bertanya pada guru 4

3 Kepedulian sesama Siswa tidak pernah menanyakan kesulitan

teman sekelilingnya

1 Siswa jarang menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

2 Siswa sering menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

3 Siswa selalu menanyakan kesulitan teman sekelilingnya

4

4 Kerjasama Siswa tidak pernah bekerja sama dengan

teman sekelilingnya

1 Siswa jarang bekerja sama dengan teman sekelilingnya

2 Siswa sering bekerja sama dengan teman sekelilingnya

3 Siswa selalu bekerja sama dengan teman sekelilingnya

4 5

Mengerjakan tugas

Siswa tidak melaksanakan tugas yang diberikan

1 Siswa melaksanakan tugas dengan tidak benar

2 Siswa melaksanakan tugas mendekati benar

3


(66)

52

2) Analisis Tugas (Ranah Psikomotorik)

Dalam pengambilan data ranah psikomotorik ini menggunakan analisis tugas, yakni berupa gambar jobsheet yang digambar oleh siswa. Tujuan dari analisis tugas adalah untuk mengetahui kemampuan keterampilan masing-masing siswa.

Penilaian gambar siswa terdiri dari beberapa aspek yaitu persiapan, garis, ukuran, konstruksi, tata letak, kebersihan, dan ketepatan gambar. Berikut adalah lembar penilaian gambar siswa dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut :

Tabel 3.7.

Lembar Penilaian Gambar

No Aspek Penilaian Nilai

Max. Dicapai

1 Persiapan:

1.1 Alat gambar yang digunakan 10

2 Hasil Akhir:

a. Garis

b. Ukuran

c. Konstruksi

d. Tata letak gambar e. Kebersihan 15 15 20 15 10

3 Waktu:

3.1 Ketepatan 15

4 Total Skor 100

Sumber : Dokumen SMK N 3 Semarang

3.7 Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010: 169) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud


(67)

53

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui mean, median, modus, dan mendeskripsikan karakteristik data serta efektifitas hasil penelitian guna menjawab permasalahan deskriptif.

b. Pengujian Prasyarat Analisis

Pengujian prasyarat analisis digunakan sebagai syarat pengujian hipotesis. Hasil dari pengujian prasyarat nantinya akan menentukan pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik atau statistik nonparametrik.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji normal atau tidaknya sebaran data yang dianalisis. Penyebaran data artinya bagaimana data tersebut tersebar anatara nilai paling tinggi sampai nilai paling rendah, serta variabelitas yang terdapat di dalamnya. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogrov-Smirnov z dengan bantuan program SPSS 19 for wndows. Setelah dilakukan perhitungan, apabila nilai uji Kolmogrov-Smirnov z lebih kecil dari nilai tabel atau nilai sig >0,05 maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat normal.

2) Uji Homoginitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat seragam atau tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama (Suharsimi Arikunto 2006: 321). Dalam penelitian ini uji statistik homogenitas dengan menggunakan uji levene. Kriteria yang digunakan dalam pengujian homogenitas, apabila uji levene


(68)

54

lebih kecil dari nilai tabel, atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan populasi dalam kelompok bersifat homogen atau memiliki kesamaan. Sedangkan apabila nilai uji levene lebih besar dari nilai tabel, atau nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka populasi dalam kelompok bersifat tidak homogen.

3) Uji Hipotesis

a) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui mana yang lebih baik antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan kelas yang tidak diberi treatment, yang ditunjukan dengan nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) H0 : μ1 μ2 (nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model Problem Based Learning kurang dari atau sama dengan siswa yang tidak diberi treatment).

2) H1 : μ1 >μ2 (nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model Problem Based Learning lebih dari siswa yang tidak diberi treatment).

Terdapat dua rumus t-test yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Separated Varian, apabila jumlah sampel sama, homogen dan jumlah sampel tidak sama dan tidak homogen.


(69)

55

= � − �

√� + �

Polled Varians, apabila jumlah sampel sama, homogen dan jumlah sampel tidak sama dan homogen.

= � − �

√� + �

dengan

� = ��− � + � −+ � −

Keterangan:

x1 = Rata-rata kelompok 1

x2 = Rata-rata kelompok 2

n1 = Banyaknya mahasiswa kelompok 1

n2 = Banyaknya mahasiswa kelompok 2

Kriteria pengujian adalah diterima apabila t < t1-a dengan dk = n1+

n2-2 dan t1-a didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-α).


(1)

(2)

178

LAMPIRAN 18


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PERHITUNGAN STATIKA BANGUNAN KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 5 SURAKARTA

0 5 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X SMK SWASTA BANDUNG 2 T.A 2016/2017.

0 2 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 MEDAN.

0 4 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 3 28

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X SMK SWASTA DHARMA BAKTI MEDAN T.A. 2016/2017.

0 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ILMU BAHAN BANGUNAN SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 KISARAN.

0 2 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AUTOCAD PADA MATA PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN PADA PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 STABAT.

1 10 26

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AUTOCAD SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 STABAT.

1 2 32

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 18

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 5 173