4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
1.5.5.3 Sumber Permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menangah UMKM
Permodalan menjadi masalah klasik UMKM kita hingga saat pertama buku di cetak. Dari beberapa wawancara yang tim penulis lakukan dengan
sejumlah pelaku UMKM, umumnya mengeluhkan tentang terbatasnya modal, yang menyebabkan usaha mereka tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih
besar. Tapi untuk beberapa kasus, tim penulis menemukan contoh ada pelaku usaha yg memulai usahanya dengan modal hanya 2 juta rupiah dan itupun
pinjaman dari bank gelap alias rentenir, tapi setelah 5 tahun, kini memiliki omset penjualan mencapai sekitar 150 juta rupiah per-bulan. Pelaku usaha ini bahkan
mampu menampung tenaga kerja sekitar 50 orang. Ini menggambarkan betapa akses UMKM terhadap permodalan sangat
kecil. Di lain pihak, kebijakan perbankan juga masih lebih berorientasi pada kredit konsumtif kredit perumahan, kredit mobil, dll. Alokasi kredit yang dikucurkan
oleh perbankan untuk konsumtif jauh lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan dan investasi. Alasannya, dengan bunga mencapai 40 persen
pertahun, kredit konsumtif lebih menguntungkan. Sedangkan kredit pembiayaan dan investasi hanya sekitar 20 persen.
Kecilnya jatah kredit untuk sektor pembiayaan rupanya menjadi perhatian pemerintah. Bank Indonesia menetapkan pada tahun 2003 kucuran kredit untuk
UMKM sebesar 42,3 Trilyun rupiah. Dana kredit tersebut berasal dari perbankan
Universitas Sumatera Utara
nasional, termasuk Bank Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Selanjutnya pada tahun 2004 meningkat secara signifikan menjadi 72,1 Trilyun
rupiah. Pada tahun 2005 Bank Indonesia BI menargetkan akan menyalurkan kredit kepada sector UMKM sebesar 60,4 Trilyun rupiah. Peningkatan ini juga
menunjukkan keyakinan perbankan bahwa pasar di sector masih luas. Tapi kenyataan, para pelaku UMKM masih saja mengeluh, sebagai akibat
bagi kreditnya mengakses kredit di perbankan. Bank selalu saja memberlakukan persyaratan standart bagi kreditur, termasuk berlaku juga bagi kalangan UMKM.
Misalnya mengharuskan adanya bangunan dan kelengkapan surat-surat izin usaha. Padahal kenyataannya, masih cukup banyak UMKM yang bentuk usahanya belum
memiliki izin formal informal, tapi sangat produktif dan menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Ada beberapa bank yang cukup berani mengucurkan kredit
bagi UMKM hanya dengan syarat-syarat yang sederhana dan mudah, seperti misalnya Bank Danamon DSP Danamon Simpan Pinjam.
1.5.5.4 Faktor Penghambat Kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menangah UMKM