dalam kendali organisasi yang bersangkutan. Dari tinjauan yang lebih makro, Aft yang dikutip oleh Mauled Mulyono menyoroti partial produktivitas yang
tekanannya pada : 1.
Tingkat efisiensi dari hasil pekerjaan yang senyatanya, yang biasanya direleksikan oleh rasio luaran disbanding masukan
2. Tingkat efisiensi fisik, yaitu ukuran dari suatu pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas tertentu. Mulyono 1993:27 Dijelaskan lebih lanjut, bahwa tujuan dari kedua
tingkat efisiensi ini dimaksudkan sebagai indikasi dimana para pekerja dapat lebih cepat karena keterampilan atau keahliannya, dan bukan kerena dia bekerja lebih
keras. Di samping itu, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas juga tidak terlepas dari keterkaitannya dengan persoalan kesehatan, keselamatan dan
kesenangan kerja. Faktor-faktor ini biasanya faktor yang bersifat manusiawi dan ergonomics.
1.5.3 Fungsi Administrator Pembangunan
Adapun yang menjadi fungsi administrator pembangunan mencakup : 1.
Unsur Pembaharuan Di Negara-negara baru berkembang pada umumnya dibutuhkan peranan
serta fungsi pemerintah yang lebih besar dalam rangka mengarahkan dan mendorong usaha-usaha pembaharuan dan pembangunan. Biarpun cara-
caranya berbeda, yaitu dengan penggunaan cara-cara langsung ataupun kurang langsung, namun terutama dari elite administratif diharapkan
mempunyai peranan tidak saja dalam penyelenggaraan fungsi pelaksaan
Universitas Sumatera Utara
kehendak Negara, tetapi dapat pula memberikan sumbangannya terhadap apa yang dirumuskan sebagai kehendak politik Negara, tetapi dapat pula
memberikan sumbangannya terhadap apa yang dirumuskan sebagai kehendak politik Negara. Disinilah elite administratif, dan jika mungkin
juga seluruh birokrasi pemerintahan, dapat berfungsi sebagai unsur pembaharu. Dengan kecenderungan ilmu-ilmu pengetahuan dan peranan
elite cendikiawan untuk lebih berorientasi kepada perumusan kebijaksanaan pembaharuan dan pembangunan serta penggunaan
spesialisasi teknologi ini untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan, maka fungsi sebagai unsur pembaharu dapat lebih ditekankan kekuasaan
dan spesialisasi ilmu dan teknologi untuk “social engineering” dilakukan oleh teknokrasi. Dalam peranannya yang demikian maka administrator
dapat menjadi sumber inovasi bagi pembinaan, gagasan dan strategi yang menunjang pembaharuan dan pembangunan.
Sebagai unsur pembaharu, peranan para administrator dalam birokrasi pemerintahan secara khusu adalah kemampuannya untuk mendisain
strategi usaha berencana yang mendorong kea rah pembaharuan dan pembangunan dalam berbagai kebijaksanaan atau dalam suatu rencana
maupun dalam realisasi pelaksanaannya. Unsur pembaharuan dari para administrator terutama diharakan dibidang kesediaan dan kemampuannya
untuk mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan dalam bidang administasi pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kepemimpinan
Untuk dapat mengusahakan orang lain bekerja sama dengannya, amka pemimpin dapat menggunakan kewibawaan tertentu, atau diberikan
kewenangan formil tertentu. Dalam birokrasi pemerintah, kepemimpinan administratif didasarkan pertama-tama atas kewenangan-kewenangan
formil tersebut. Mengenai sumber-sumber kepemimpinan tersebut terdapat perbedaan, karena kewibawaan didasarkan atas teori penerimaan otoritas.
Penerimaan atas otoritas seseorang karena wibawanya, maka komunikasi dari padanya diterima oleh orang lai. Seringkali hal ini dihubungkan pula
dengan adanya karisma atau penerimaan berdasarkan tradisi pada seseorang. Defenisi dari chester I. Barnard adalah sebagai
berikut:”Kewibawaan adalah sifat atau ciri dari komunikasi perintah di dalam suatu organisasi formil, yang menyebabkan ia diterima oleh seorang
anggota organisasi tersebut sebagai sesuatu yang menguasai dirinya untuk bertindak, yaitu sesuatu yang menguasai atau menetukan apa yang harus ia
perbuat, atau apa yang ia tidak boleh lakukan sepanjang mengenai organisasi tersebut”.
Kontruksi teoritis tentang kewenangan dan kewibawaan tersebut dalam praktek sulit untuk dipisahkan. Dan oleh karena itu kepemimpinan harus
memiliki kedua-duanya, yaitu dasar hokum atau legalisasi yang memberikan hak padanya untuk memimpin, dan kemampuan untuk dapat
diterima kepemimpinannya. Pendapat yang lebih cenderung kepada pendekatan situasional dan bukan pendekatan berdasarkan sifat-sifat
kepemimpinan, juga dikemukakan oleh Selznik dan Nigro, yang
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa kepemimpinan memang menghendaki sifat-sifat kelebihan tertentu. Salah satu contoh disini dikemukakan pendapat Millett:
1 Kesehatan yang baik, energi pribadi dan daya tahan fisik
2 Suatu keyakinan bahwa kegiatannya menuju kearah pencapaian tujuan
yang baik a sense of mission, ada komitmen pribadi untuk pencapain tujuan, bahkan kegairahan dan kepercayaan diri tentang hal itu
3 Perhatian terhadap orang lain, bahkan keprihatinan
4 Intelegensi yang baik ini bukan berarti pengetahuan yang tinggi
tentang hal-hal yang khusus tetapi: good common sense, kemampuan untuk mengumpulkan, membahas dan member informasi yang
diperlukan serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan 5
Integritas, kecenderungan tanggung jawab terhadap kewajibannya, juga sikap hidupnya yang mendapatkan respek dari orang lain
6 Kemampuan untuk persuasi, terutama dalam usaha mendapatkan
penerimaan atas keputusan-keputusannya 7
Kemampuan menilai kapasita kemampuan dan kelemahan orang-orang yang bekerja dengannya, serta bagaimana mencapai pemanfaatkan
yang maksimal bagi organisasi 8
Loyalitas, pengabdian terhadap tujuan usaha dan juga kepada orang- orang yang bekerja dengannya serta kesediaan membela terhadap
tantangan atau serangan dari luar. 3.
Analisa dan Pembentukan Kebijaksaan Seorang pemimpin, apalagi dalam kedudukan pimpinan pemerintahan
yang tingi, harus mengambil atau memutuskan suatu kebijaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan mengambil atau memutuskan kebijaksanaan itu sering juga disebut sebagai pengambilan keputusan. Namun ada juga ada pengarang
yang membedakan antara pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang, dengan pengambilan keputusan sesuatu kebijaksanaan yang mempunayi
implikasi yang cukup luas. Karena yang terakhir ini memerlukan analisa dan pertimbangan berdasarkan informasi yang cukup. Seringkali
merupakan suatu kegiatan bagian dari pada suatu proses analisa dan pembentukan kebijaksanaan. Proses tersebut ada yang formil maupun yang
informal, dan berjalan dalam suatu lingkungan tertentu tujuan-tujuan politik, tahap pertumbuhan ekonomi, perkembangan social dan lain-lain.
Dan dalam konteks seperti tiu administrator berperan dalam mengambil, merumuskan atau memutuskan suatu keijaksanaan
Proses analisa dan pembentukan kebijaksanaan Negara atau pemerintah, sudah barang tentu termasuk dan terutama kebijaksanaan pembangunan
dapat dibagi dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1
Policy germination , penyusunan konsep pertama dari suatu
kebijaksanaan 2
Policy recommendation , rekomendasi mengenai sesuatu kebijaksanaan
3 Policy analisis
, analisa kebijaksanaa. Di mana berbagai informasi dan penelaahan dilakukan terhadap adanya rekomendasi suatu
kebijaksanaan. Biasanya juga mempertimbangkan berbagai alternatif implikasi pelaksanaannya.
4 Policy formulation
, formulasi atau perumusan dari pada kebijaksanaan yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
5 Policy decision
atau policy approval, pengambilan keputusan atau persetujuan formil terhadap suatu kebijaksanaan. Biasanya hal ini
kemudian disyahkan dalam bentuk perundang-undangan atau peraturan legitimisasi
6 Policy implementation
, pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan 7
Policy evaluation , evaluasi pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
Dapat dilakukan dengan mengikuti secara berkal, ataupun pada sesuatu waktu tertentu. Seringkali menghasilkan suatu penyesuaian melalui
analisa kebijaksanaan dan formulasi kebijaksanaan baru. 4.
Pengambilan Keputusan Mengenai pengambilan keputusan ini dapat dilihat sebagai salah satu
fungsi seorang administrator, dan roses pengambilan keputusan sebagai salah satu segi dalam proses administrasi. Pertama akan diuraikan di sini
pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi kepemimpinan administrative. Dalam pelaksanaan kegiatan untuk menterjemahkan
berbagai keputusan politk dan perundang-undangan berbagai alternative data dilalui, dan untuk itu pemilihan harus dilakukan. Kepemimpinan
administrative harus menentukan pilihan-pilihan ini, harus mengambil keputusan. Pengambilan keputusan adalah soal yang berat oleh karena
seringkali menyangkut kemungkinan adanya suatu kesalahan, atau menyangkut kepentingan banyak orang. Tidak ada sesuatu yang pasti
didalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan administrative harus memilih diantara alternative-alternatif yang ada dan kemungkinan
implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di Negara- negara baru berkembang, proses pengambilan keputusan atau masalah pengambilan keputusan, merupakan persoalan yang banyak
memerlukan perhatian. Tidak saja bahwa di dalam cara maupun proses pengambilan keputusan seringkali menghambat cara bekerjanya
pemerintahan untuk bergerak secara dinamis, tetapi juga diperlukan pembaharuan di dalam cara dan roses pengambilan keputusan itu sendiri.
Bintoro Tjokroamidjojo,1974.
1.5.4 Peran Pemerintah 1.5.4.1 Peran Pemerintah Pusat